6 Naked Bike Yang Bisa Ditebus Mulai Rp 20 Jutaan
JAKARTA -- Penggemar motor berjenis skuter matic mungkin tak perlu pusing. Mereka punya banyak model yang bisa dipilih. Dari tampilan, kelengkapan fitur hingga ragam harga. Bagaimana dengan Anda yang berminat dengan motor bergenre naked bike.
Anda tak perlu khawatir. Tak hanya skutik bisa ditukar budget Rp 20 jutaan. Masih banyak jajaran motor telanjang yang dibanderol setara, bahkan beberapa dijual di bawah itu. Dari merek alternatif hingga arus utama, dari bergaya klasik sampai modern.
Tak butuh merogoh kantong dalam-dalam untuk mendapatkannya. Sebagian punya harga yang cukup ramah untuk dijangkau. Berikut enam pilihan yang kami rangkum.
Benelli Motobi 152
Satu nama ini sudah mulai bersuara di Tanah Air, Benelli. Jenama asal Italia berkebangsaan Cina itu merilis Motobi 152. Dua tahun ke belakang, gairah motor custom sedang tinggi-tingginya. Dan sosok café racer mungil menjadi amunisi naked bike klasik kelas pemula Benelli. Sekaligus digadang jadi kanvas kosong para pegiat modifikasi.
Harga jual menjadi andalan Benelli ketimbang kompetitor – terutama merek besar. Hingga sekarang, banderolnya masih di kisaran Rp 19,8 juta OTR Jakarta. Ini jauh di bawah rata-rata. Walau begitu, bukan berarti apa yang dipunya tak menarik sama sekali.
Representasi motor lawas begitu jelas tergambar. Padanan bodi minimalis, berpadu lampu bundar dan stoplamp kecil menjadi penerapan wajib dalam kultur terkait. Lengkap dengan pahatan tangki ala motor tua, serta aksesori berupa buntut tawon dan handlebar clip on.
Walaupun area jok penumpang tertutup cover, tak sulit untuk mengembalikan ke fungsi awal. Sepintas seperti satu set dengan jok pengendara, padahal tutupan itu bisa dibuka mudah dengan melepas beberapa kuncian baut. Praktis.
Tapi bukan berarti tak ada minus. Tema klasiknya dinodai material kurang bagus. Sepatbor depan bukannya pakai bahan besi, malah mengenakan plastik. Begitu juga di belakang. Mungkin bagian ini menjadi salah satu dampak dari harganya yang murah. Untung saja, pengrajin fender besi mudah ditemukan baik di kota besar maupun kecil. Tak sulit menggantinya jika hendak memodifikasi suatu waktu.
Di bagian kaki-kaki, Benelli memasang komponen pengendalian standar saja. Bagian depan ditopang fork teleskopik dengan jarak main 110 mm. Beda lagi di belakang, dual shock agak terlihat mahal sebab sudah pakai tabung. Namun perlu pembuktian lebih lanjut soal kualitas peredamannya.
Fitur dan performa terbilang apa adanya. Tak tertera perangkat elektronik canggih. Satu-satunya medium informasi adalah speedometer analog bulat dan MID kecil di dalamnya. Informasi juga belum komplet, bahkan fuel meter absen.
Dapur pacunya juga masih mengandalkan karburator. Mesin satu silinder 149 cc dua katup mengeluarkan tenaga 11,8 Hp dan torsi 11 Nm, standar. Disalurkan melalui girboks manual lima percepatan. Untung saja bobotnya ringan, mestinya cukup untuk sekadar dipakai harian.
Urusan deselerasi, merupakan paduan cakram 220 mm dan teromol di belakang. Karena temanya klasik, belum ada sensor ABS sama sekali. Peranti penahan laju itu menempel pada roda 17 inci depan belakang.
Viar Vintech 200
Di arena motor retro, Viar turut menghadirkan sosok serupa dengan nama Vintech 200. Harganya memang sedikit lebih mahal dibandingkan Benelli, mulai Rp 22 juta. Tapi ia dapat menawarkan performa jauh di atas Motobi, bahkan mengalahkan W175 sebagai pemain utama.
Di sektor mesin ia menggendong jantung pacu 198,8 cc SOHC satu piston, dengan diameter bore 65.5 mm dan stroke 59 mm. Sama seperti yang lain, masih pakai karburator, tapi ekstraksi tenaga mesin 200 cc jelas lebih besar. Catatan pabrik mengatakan Vintech mengeluarkan output 18 Hp pada 8.500 rpm dan torsi 15 Nm di 6.500 rpm, tersalur lewat transmisi lima percepatan manual.
Dari sisi bentuk, ia tak kalah menarik. Viar memilih bersolek ala roadster klasik ketimbang café racer seperti Motobi. Perawakannya jadi agak mirip W175. Terutama dari model tangki membulat dan padanan lain yang terlihat senada.
Viar tak banyak mendandani model ini dengan ornamen. Bahkan tak ada grafis sama sekali. Sekujur tubuh polos. Satu-satunya yang menempel hanyalah emblem Viar di sisi tangki. Sederhana. Mungkin di satu sisi agak membosankan, namun di sisi lain aura klasik makin terpancar. Sekaligus maskulin, sebab kebanyakan dikemas dalam warna gelap.
Proporsinya kekar. Tak lepas juga dari peran ban 17 inci bertapak lebar. Depannya ukuran 90/90, sementara belakang 120/80. Secara bersamaan, dimensi total masih dianggap wajar walaupun memakai mesin besar. Panjang total 1.885 mm, lebar 770 mm, serta tinggi 1.080 mm. Jarak sumbu rodanya pun 1.290 mm, terbilang ringkas pun jika digunakan untuk harian.
Bagian penopang motor kurang lebih serupa teman sejawat. Area depan diredam fork teleskopik dan belakang suspensi ganda, tapi belum dilengkapi sub tank. Lantas peranti deselerasi juga menerapkan perpaduan cakram dan teromol.
Tak banyak fitur tersedia. Konsep lawas benar-benar diadopsi, hingga ke area kokpit. Untungnya ada tiga kluster instrumen analog menginformasikan kebutuhan fundamental seperti: Kecepatan, putaran mesin, serta fuel meter. Sementara soal pencahayaan, baru tail light yang pakai LED. Sisanya masih halogen.
SM Sport GY 150
Yang satu ini mungkin agak mengejutkan. Sila cari saja, mana lagi dual purpose yang dijual kurang dari Rp 20 juta? Adalah SM Sport GY 150, datang melalui kepanjangan tangan PT MForce Indonesia, yang juga mendistribusikan merek SYM di Tanah Air. Dengan spesifikasi ala motor trail, banderolnya hanya Rp 19,88 juta OTR Jakarta.
Dari segi tampilan, ia serupa dengan motor trail lainnya. I menjadi pesaing berat Kawasaki KLX150, atau trail lain keluaran Yamaha dan Honda seperti WR 155 R dan CRF150L. Namun sebetulnya ada sedikit konsep berbeda. Ia lebih pantas disebut petualang, sebab ukuran jok dan bodinya cenderung lebar. Bukan penggaruk tanah murni.
Panel fairing di sekeliling tubuh menunjukkan identitas motor lintas alam. Seperti moncong spakbor plastik yang diposisikan tinggi. Hingga sayap lancip dan penutup samping penyembunyi knalpot ala trail. Perlengkapan kaki-kakinya pun begitu. Fork jenis upside down menjadi penopang depan, lengkap beserta cover pelindung shock. Sementara monoshock menyangga redaman belakang, dilengkapi setelan preload. Persis seperti peletakkan KLX atau CRF. Kombinasi roda 19-17 bertapak kasar turut dipasang pada GY 150.
Dari sisi fitur, lumayan modern. Perpaduan model analog digital menunjukkan data-data penting. Bagian jarum menginformasikan putaran mesin, sementara layar mempresentasikan posisi gigi, kecepatan, odometer, sampai penunjuk bensin. Untuk pencahayaannya sendiri lampu utama masih halogen. Tapi sein dan tail light sudah dioda.
Sumber tenaga mengandalkan mesin satu piston 150 cc dua katup. Jenis dapur pacu dibuat square engine (57,3 mm x 57,8 mm) guna mengeluarkan tenaga di putaran merata. Dengan mesin ini, GY sanggup mengekstraksi daya 11 Hp pada 7.000 rpm dan torsi 12 Nm di 5.500 rpm. Dan untuk penahan laju, kedua roda sudah dilengkapi rem cakram.
Honda CB150 Verza
Honda masih memiliki wakil di daftar ini. Tak hanya merek alternatif, Honda menyediakan pula sosok naked bike berharga ekonomis. CB150 Verza dijual Honda mulai Rp 20,08 juta – Rp 20,773 juta, selisih Rp 300 ribuan dari Scoopy si skutik stylish jagoan sayap burung. Namun secara kemasan memang tak masuk aliran khusus, cenderung sederhana layaknya motor jantan era 2000an.
Memang ornamen penghias tak ada. Verza tampil begitu sederhana. Desain konservatif ini memang diturunkan langsung dari leluhurnya, Megapro. Tapi paling tidak, proporsi semacam ini masih menyiratkan kesan maskulin dan tangguh.
Verza punya kelebihan soal ground clearance. Jaraknya mencapai 156 mm, seharusnya membuat pengendara lebih percaya diri saat situasi jalan dinamis. Melewati kontur berlubang dan polisi tidur tinggi harusnya tak menimbulkan kekhawatiran. Secara bersamaan, jarak jok ke tanah hanya 773 mm, ramah postur standar.
Komsumsinya sudah pasti irit. Salah satu unsur utama memang efisiensi mesin. Dengan satu liter bahan bakar diklaim bisa menempuh jarak 46,3 km. Sementara kapasitas tangki 12,2 liter. Jika klaim terbukti, Anda tak perlu isi bensin selama 500 km perjalanan.
Performa juga lumayan. Basis mesin 150 cc PGM-FI satu tipe dengan CRF150L, melontarkan output 12,8 Hp di putaran 8.500 rpm dan torsi 12,73 Nm lewat 6.000 rpm. Power delivery diterjemahkan ke roda belakang lewat girboks lima percepatan manual.
Anda memang tak bisa berharap banyak fitur dari motor seharga ini. Toh teman-temanya pun tak punya banyak peralatan elektronik canggih. Satu-satunya teknologi modern hanyalah panel instrumen digital, itu pun tanpa informasi komplet. Lampu LED, sensor ABS, juga belum ada. Peranti pengereman pun masih kombinasi cakram dan teromol.
Yamaha Byson FI
Dari bendera Yamaha ada satu wakil. Ia bisa jadi alternatif jika Anda tidak terpuaskan oleh Verza, merasa terlalu konservatif, serta kurang canggih, naked bike lansiran Yamaha mungkin bisa jadi jawaban. Byson FI punya tampilan sporty, serta kelengkapan fitur lebih modern. Selisih harganya pun tak beda jauh, dijual mulai Rp 22,95 juta OTR Jakarta.
Beda dengan Verza yang kental dengan stigma motor bapak-bapak, Byson bersolek ala motor anak muda, dengan kombinasi warna dan grafis ekspresif. Lampunya juga tak cuma bundar. Plus pahatan bodi agak mengotak, serta mengenakan model jok terpisah. Tampilan terlihat kekar dikarenakan pakai fork teleskopik berdiameter besar. Sekaligus ban lebar dengan pelek palang hitam.
Area panel instrumen dilengkapi pula layar full digital. Informasinya setingkat lebih komplet. Tertera juga indikator ECO dan trip meter. Serta informasi fundamental terkait kondisi motor.
Kalau dapur pacu kurang lebih sama. Mengandalkan mesin 150 cc SOHC berjenis square engine. Lontaran daya mencatat angka 12,8 Hp/8.000 rpm dan torsi maksimal 12,98 Nm/6.000 rpm, tersalur melalui transmisi lima percepatan. Sayang, tak disebut berapa klaim konsumsi bahan bakarnya.
Kawasaki W175 TR Standar
Satu lagi jenama Jepang ikut menempatakn wakilnya. Hampir seluruh line up Kawasaki W175 menembus angka Rp 30 juta. Hanya satu tersisa, masih dijual Rp 29,9 juta, adalah varian TR standar. Beda dengan yang lain, konsep TR merujuk pada dual purpose klasik. Suspensi lebih tinggi, berikut ditempel aksesori penunjang lintas tanah.
Dibanding perlengkapan kaki-kaki W175, seri TR memiliki kaki jenjang. Selisihnya lumayan. Pada fork teleskopik depan saja mencapai 35 mm lebih tinggi. Pun di belakang, dinaikkan sekitar 27 mm. Guna dapat melibas medan dinamis.
Yang berbeda lagi adalah bagian tangki bensin. Kawasaki merevisi model wadah bensin membulat dan besar, menjadi lebih ringkas. Guratnya tampak mengotak. Tapi di sisi lain mengurangi kapasitas bensin jadi 7,5 liter, dari sebelumnya 13,5 liter. Area jok dan belakang juga diracik ulang, sehingga TR dapat berdiet sampai 5 kg.
Varian TR SE bertabur aksesori, beda dengan seri standar sangat polos. Hampir tak tertera corak khusus, apalagi pelindung dek mesin dan pembungkus jok berkontur. Tampilannya benar-benar sederhana. Tema kelir pun hanya tersedia satu opsi: Putih berpadu jok hitam.
Menengok sisi teknis, tak ubahnya dari W175 lain. Kawasaki memasang basis mesin satu silinder 177 cc SOHC, dengan sistem pengabut bensin karburator. Catatan tenaga sama persis. Melontar daya 12,8 Hp pada 7.500 rpm dan torsi maksimal 13,2 Nm di 6.000 rpm. (Hlm/Raju)
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Motor Unggulan
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test