Dua jenis berbeda, namun masuh segmentasi sama. Honda X-ADV dan Yamaha TMax DX, dua pilihan big scooter Jepang yang patut masuk pertimbangan. Meski harus terkompromi harga terpaut jauh, X-ADV dijual Rp 450 juta dan TMax DX Rp 319 juta. Bukan berarti yang maha lebih unggul unggul, begitu juga sebaliknya. TMax DX punya banyak kelebihan lain yang tak kalah bergengsi di motor seharga itu.
Yamaha TMax DX sengaja dibuat sebagai penakluk medan aspal sejati. Didukung kenyamanan berkendara semisal posisi windshield dan setang tinggi, bentuk jok hingga foot step yang lebar. Sekaligus menegaskan bahwa ia layak menjadi teman untuk perjalanan touring. Sementara dari segi desain, terasa begitu agresif. Tubuhnya memang bongsor, tapi tarikan garis tegas itu jua menyiratkan kedinamisan skutik garpu tala.
Impresi berbeda justru terasa pada X-ADV. Big scooter sayap kepak berpenampilan layaknya tunggangan dual purpose. Punya perawakan jangkung, ditunjang kaki-kaki nan jenjang serta setang lebar khas motor penggaruk tanah. Seolah menandakan kapabilitasnya menaklukkan medan off-road ringan (light off-road).
Nyata adanya, karena X-ADV memiliki ground clearance cuma 162 mm. Memang tak setinggi petarung dua alam lain yang rata-rata punya ketinggian 200 mm ke atas. Namun, setidaknya membenarkan bahwa ia lebih tinggi dari TMax yang punya ukuran 125 mm. Tak cuma itu, ketinggian jok keduanya pun tak sama. X-ADV setinggi 820 mm, sedikit lebih tinggi dari jok TMax DX (800 mm).
Namun, rancang bangun X-ADV seperti ini tentu butuh penyesuaian lebih. Khususnya motoris dengan postur di bawah 175 cm. Tentu akan berbeda jika dia dihadapkan dengan TMax. Meski bongsor, TMax punya dimensi yang lebih ramah, 2.200 x 765 x 1.420 mm (PxLxT). Sementara X-ADV: 2.245 x 910 x 1.375 mm.
Lalu soal kemudahan pengendalian, TMax terlihat lebih bersahabat dengan bobot 216 kg. Stabilitasnya juga mumpuni lewat sematan fork upside down (USD) di depan dan suspensi tunggal di belakang. Kemampuan itu didukung pula ban ukuran 120/70-15 dan 160/60-15 (depan-belakang).
Bobot X-ADV mencapai 238 kg. Kendati lebih berat, bukan berarti sektor handling tak digarap maksimal. Guna kebutuhan dua alam tadilah roda motor Honda dibuat belang, masing-masing 120/70-17 dan 160/60-15 (depan-belakang). Dan ini pula alasan mereka memilih pelek jari-jari, dipadu item peredam kejut teleskopik adjustable (depan) dan suspensi tunggal di belakang.
Baca Juga: Menyingkap Tujuh Motor Honda Berwajah Retro, dari Kelas Bawah hingga Naked Sport Besar
Menyoal kemampuan di jalan tidak rata, jelas menguntungkan X-ADV. Pun halnya dengan output. Skuter tualang Honda dibekali mesin SOHC dua silinder 4 katup. Dengan kubikasi 745 cc, X-ADV sanggup mengail daya 54 Hp/6.250 rpm dan torsi 68 Nm di putaran 4.750 rpm. Bagaimana dengan TMax? Maxi Yamaha tertinggi nyatanya berbekal mesin DOHC dua silinder 4 katup 530 cc berdaya 45 Hp/6.750 rpm dan torsi 53 Nm/5.250 rpm.
Jelas tak bisa dibandingkan karena ada selisih kubikasi antar keduanya. Namun catatan yang tak kalah penting ialah jantung mekanik keduanya berjenis overstroke. Stroke atau langkah piston lebih panjang daripada diameternya. Ya, karakter mesin yang identik dengan output besar di rpm rendah dan menengah.
Hanya saja terdapat perbedaan pada sistem transmisi rodanya. Jika TMax cuma CVT, maka X-ADV mengandalkan sistem perpindahan gigi Dual Clutch Transmision (DTC) 6 percepatan. Terdapat dua kopling yang punya tugas berbeda. Satu kopling bertugas menggerakkan gigi ganjil, sedangkan lainnya peruntukan gigi genap. Honda mengklaim teknologi ini membuat X-ADV dapat berakselerasi dengan baik dan tidak mudah kehilangan momentum, terutama di trek yang menyulitkan.
Tentu harus didukung fitur tambahan lain. Apalagi X-ADV punya output besar. Salah satu dukungan datang dari HSTC (Honda Selectable Traction Control). ECU akan memerintahkan agar putaran roda depan dan belakang tetap selaras, agar tak mengalami kondisi selip.
ADV bahkan ketambahan fitur untuk kebutuhan khusus. Supaya leluasa menerjang rute tidak rata, ia disemati fitur G-Switch. Dengan mengaktifkannya, tenaga besar keluar dengan instan dari crankshaft ke roda belakang. Dengan catatan, fitur HSTC (Honda Selectable Traction Control) harus dinon-aktifkan terlebih dulu.
Kemudian terdapat pula mode berkendara. X-ADV menerapkan dua pola yaitu Drive dan Sport. Khusus Sport terbagi lagi menjadi tiga level dengan perbedaan impresi. Namun, terdapat juga mode manual dengan mengandalkan kinerja DCT tadi.
Lantas bagaimana bekalan fitur Yamaha TMax DX? Sepenuhnya dukungan terhadap produk ini diperuntukkan buat kebutuhan jalan raya. Tenaga dan torsi nyatanya bersanding dengan teknologi YCC-T (Yamaha Chip Controlled Throttle). Perangkat yang diadopsi dari Yamaha R1M ini diklaim mampu memberikan kepresisian dalam setiap bukaan gas.
Kemudian untuk mengoptimalkannya, diaplikasi juga mode berkendara (D-Mode). Ada dua opsi: Town (T) dan Sport (S). Jika ingin lebih agresif, bisa pindahkan pilihan ke mode Sport. Namun jika ingin berkendara lebih rileks kala touring, coba iringi dengan mode Town.
Bila terpaksa berkendara pada malam hari dengan cuaca dingin, manfaatkan fitur penghangat pada handgrip dan jok. Sembari mengatur ketinggian windshield secara mekanis. Fitur inilah yang absen pada Honda X-ADV.
Baca Juga: Tampilan ala Motor Balap MotoGP, Berikut Pilihannya di Kelas Motor Sport 150 cc
Honda X-ADV dijual lebih mahal, berselisih Rp 131 juta dari TMax. Walau kami rasa cukup wajar, mengingat produk Honda punya perbekalan lebih banyak. Mulai dari mesin, sistem transmisi maupun fitur. Namun TMax dengan perlengkapannya itu tetaplah menjanjikan. Tak kalah responsif berkat penggunaan teknologi ala motor sport andalan Yamaha. Apalagi untuk perjalanan jauh karena daya tampung tangki BBM mencapai 15 liter. Sedangkan X-ADV hanya 13,1 liter. Selanjutnya tinggal tentukan, mana big scooter pilihan Anda? (Ano/Odi)
Baca Juga: Opsi Maxi Yamaha yang Paling Rasional untuk Touring Jarak Jauh
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.