Atas Nama Edisi Terbatas, Tiga Vespa Ini Dijual Kembali dengan Harga Tinggi
Jangankan limited edition. Ketika pabrikan motor sekadar memberi kuota pemesanan dalam batch pertama penjualannya saja, insting para pedagang langsung aktif. Entah mereka membeli satu dua unit untuk dijual kembali lebih mahal. Atau bahkan mengepul dalam jumlah lumayan banyak. Seperti yang terjadi pada tiga Vespa edisi terbatas ini, nilai penawaran di pasar jadi begitu tinggi.
Primavera X Sean Wotherspoon
Paling fenomenal tentunya Primavera X Sean Wotherspoon. Kalangan selebriti, para antusias rancang busana, baik secara langsung maupun tidak langsung ikut mendongkrak eksistensi si Primavera silang warna. Ketika baru dirilis, PT Piaggio melego di angka Rp 85 juta OTR Jakarta. Namun saat sudah di tangan pedagang, mereka tak malu-malu menawarkan tak kurang dari Rp 100 juta.
Di salah satu platform jual beli online saja, dengan filterisasi seluruh Indonesia, setidaknya ada delapan unit didagangkan. Percaya tidak percaya, paling murah Rp 139 juta dan termahalnya Rp 180 juta. Kalau mengintip di toko-toko lain, bahkan ada yang tak ragu menaruhnya di angka kepala dua. Dan rasanya ada saja pembelinya.
Kalau melihat kondisi motor itu sendiri, besar kemungkinan memang belum dipakai. Benar-benar masih gres dari diler. Sengaja untuk dijual kembali. Terbukti dari jok yang masih dibungkus. Serta besaran kilometer minim. Kebanyakan pula komponen krusial rapi terbungkus plastik.
Mengapa begitu dicari? Mungkin, tak semua merasa relevan dengan Sean Wotherspoon. Namun bagi pecinta sneakers Nike dan Asics hasil kolaborasi seniman muda asal Amerika Serikat itu, bakal terpukau dengan Primavera edisi terbatas satu ini. Vespa memang menggandeng dirinya untuk mendesain komposisi warna serba ekspresif. Semburat silang warna begitu mengumbar gairah muda.
Panel per panel benar-benar dilabur dengan warna berbeda. Batok lampunya percampuran biru merah, shield serta tepong samping kuning, berpadu dek merah dan sedikit panel hijau. Khas seni kontemporer. Uniknya, sadel dibungkus bahan beludru coklat dengan jahitan dan emblem khusus. Sementara pelek putih diberi aksen tulisan Vespa sekeliling bibirnya. Unik.
Perihal apa yang spesial dari segi perlengkapan, kami kira tidak ada sama sekali. Toh fitur dan performa sama saja dengan Primavera standar. Mesin 150cc i-get menjadi amunisi utama, memberikan tenaga 12,7 Hp/7.750 rpm dan torsi 12,8 Nm/6.500 rpm. Sistem pengereman ABS juga hanya di depan, sebab roda belakang masih teromol. Tapi sekali lagi, pangsa pasarnya begitu tersegmentasi. Mereka yang gila soal keterbatasan unit dan pengagum seniman asal negeri Paman Sam boleh jadi rela menebusnya.
Baca Juga: Skutik Murah Tak Sampai Rp 20 Juta yang Cocok untuk Wanita
Sei Giorni II
Vespa Sei Giorni tentunya mengalami nasib serupa. Ia edisi terbatas dengan identitas khusus: dipasangkan plat menginformasikan urutan produksi. Bahkan basis modelnya pun barang langka. Alias tidak ada di pasar Indonesia. Namun justru, kenaikan nilainya tak sefenomenal Primavera seri Wotherspoon.
Jika si Vespa rupa-rupa warna bisa dua tiga kali lipat harga dasar, pedagang Sei Giorni II rata-rata menaikkan 10 – 20 persen. Kami setidaknya menemukan tujuh unit dijual Rp 175 juta – Rp 185 juta. Dengan catatan harga di diler Rp 155 juta OTR Jakarta.
Khusus kasus Sei Giorni II, kami kira terdongkrak segitu bukan nominal fantastis. Berbanding nilai motornya yang historis. Secara harfiah, tajuknya mengartikan “enam hari” jika diterjemahkan dari bahasa Italia. Dan hal itu merupakan cerita soal kiprah Vespa memenangkan sembilan gelar juara balap ketahanan selama enam hari. Tepatnya di Varese, Italia, 69 tahun silam. Saat bentuknya masih serba membulat seperti serangga, serta memakai lampu utama di spakbor depan. Atau spesies yang kita kerap kita juluki Douglas.
Sebab itulah GTV dipilih sebagai basis penerjemahan kisah legenda. Sebab memang saudara dekat GTS itu menjadi successor Douglas di era Vespa modern. Asal tahu saja, GTV sudah discontinue di Tanah Air. Terakhir versi standarnya pakai mesin 250 cc. Dan sejak 2018 (First Edition) sampai sekarang, edisi khusus jadi opsi tunggal jika mendambakan bodi model begini. Tak ada lagi.
Dari segi upgrade teknis pun sangat menggoda. Ada operasi jantung besar-besaran. Amunisi lawas diganti jenis HPE (High Performance Engine), satu basis seperti di balik bak besi GTS 300 Super Tech. Artinya memiliki persepsi ubahan serupa pula. Dari mulai klep, piston, tekanan injektor, serta ECU Magneti Marelli ada di dalam rangkaian.
Persisnya, volume silinder bersih jadi 278 cc SOHC empat katup. Namun ada sedikit diferensiasi perolehan output. Di GTS 300, total menghasilkan 23,4 Hp di 8.250 rpm dan torsi 26 Nm pada 5.250 rpm. Sementara Sei Giorni, pabrik mengatakan daya maksimal 22,7 Hp di 8.500 rpm serta torsi 25,5 Nm pada 5.500 rpm. Selisih dalam hitungan desimal, serta memiliki pencapaian output pada putaran lebih tinggi. Entah bagian mana yang berbeda, jujur kami belum mendapat informasinya.
Yang menarik, Sei Giorni sengaja dibuat brutal. Selain tampilannya yang radikal tanpa banyak terbungkus cover (terutama stang), tidak ada alat bantu untuk menjinakkan mesin. ASR atau Anti-Slip Regulation dipangkas. Sehingga tenaga dapur pacu ke roda didistribusikan begitu saja. Sangat tajam. Sesuai filosofinya sebagai penerus sejarah balap.
Tapi tenang. Kalau soal deselerasi, mirip-mirip dengan GTS Super Tech. Komponen rem merupakan kombinasi dua cakram 220 mm depan belakang, menempel di roda 12 inci. Tentunya dengan sensor ABS dua kanal yang paten. Tak bisa dinyala-matikan. Toh cakup pandangnya ini motor aspal, jadi memang begitu seharusnya.
Baca Juga: Rekomendasi Motor Sport Full Fairing 250 cc ke Atas
Racing Sixties
Sama seperti Sei Giorni II, edisi Racing Sixties nilai bekasnya ikut terkatrol. Namun masih di batas toleransi, alias masuk akal. Berkisar 10 -20 persen dari harga diler. Unitnya pun banyak diiklankan. Boleh jadi merupakan yang paling mudah ditemukan ketimbang Sei Giorni II maupun Primavera Wotherspoon.
Edisi ini, mencakup dua model sekaligus: Sprint dan GTS. Keduanya menerapkan bahasa desain serta kombinasi tema seragam. Satu berwarna dasar putih dan diberi aksen racing stripes merah, sekaligus pelek emas. Berikutnya Green Bosco, yang sedikit mirip British Racing Green, diberi kontras strip kuning dari depan hingga ke panel samping. Sama, peleknya turut dilabur emas.
Area-area detail keduanya absen dengan tema kromium. List bodi, tutup muffler, dashboard, jambul, serta ring lampu depan dan beberapa aksesori sepenuhnya dicat hitam matte. Tentu berkorelasi dengan nuansa sporty yang diusung. Makin menarik lagi, disediakan tambahan helm full face selaras bodi (Hijau dan Putih) dijual Rp 1,9 juta belum termasuk pajak. Komplet.
Perihal fitur dan spesifikasi, tak sama sekali berbeda dari platformnya. GTS tetap memangku mesin 278 cc bertenaga 23,8 Hp dan torsi 26 Nm. Berikut layar TFT nan canggih di kokpit. Sementara Sprint juga masih mengandalkan dapur pacu i-get 154,8 cc, bertenaga 12,7 Hp dan torsi 12,8 Nm.
Rentang harga untuk Sprint di pasar agak berbeda. Yang hijau kebanyakan dijual lebih mahal, Rp 58 jutaan sampai Rp 70 jutaan. Sementara Sprint putih berkisar Rp 58 juta – Rp 60 jutaan saja. Kalau GTS, jujur saja kami belum menemukan unit dijual. Namun parameter persentasenya kurang lebih sama dengan Racing Sixties lain. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Meski Jadi Generasi Baru, Dua Motor ini Tak Memiliki Perubahan Berarti
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Vespa Unggulan
- Populer
Artikel Motor Vespa dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Road Test