FEATURE: Ini 5 Motor dengan Mesin 6 Silinder
JAKARTA – Belum lama ini pabrikan asal Inggris, Triumph Motrocycles, melansir Rocket 3 yang bermesin besar. Ia diperkuat mesin 2.458 cc dengan tenaga 165 hp dan torsi mencapai 220 Nm. Namun menggunakan sistem 3 silinder. Kemudian ada juga motor bermesin 2 atau 4 silinder yang sudah pasti familiar di telinga kita.
Tapi ternyata, banyak juga pabrikan roda dua yang berlomba-lomba membuat jantung mekanis motor dengan jumlah 6 piston. Bahkan ada beberapa produsen kuda besi yang masih memproduksinya hingga sekarang, entah itu dengan tipe boxer ataupun satu garis lurus.
Berikut daftar motor bermesin 6 silinder yang tercatat dalam sejarah.
1. Benelli 750 Sei (1973)
Benelli menjadi pabrikan motor pertama yang menproduksi motor dengan mesin berkonfigurasi 6 silinder. Diberi nama Benelli 750 Sei. Ia dirancang dan didesain langsung oleh Alejandro de Tomaso, seorang pembalap dan pengusaha dari Argentina. Pertama kali dipamerkan kepada publik di akhir 1972 dan mulai diproduksi pada 1973.
Pada saat peluncurannya, ia membuat pegiat otomotif dunia terpukau khususnya produsen asal Italia di tahun itu. Berawal darinya, para pabrikan lain mulai melirik sepeda motor berkapasitas besar. Desainnya sempat menjadi tren karena jauh dari kesan bulat seperti yang dibuat oleh perusahaan motor asal Jepang.
Meski desainnya kental aura Italia, bentuk mesinnya sempat menjadi perbebatan lantaran mirip kepunyaan Honda CB500 4 silinder. Bedanya ia lebih lebar karena ditanam 6 piston segaris. De Tomaso mengakui kalau motornya bukan hasil dari menjiplak milik pabrikan Jepang. Ciri khas kentalnya yakni penggunaan enam knalpot.
Naked bike ini memiliki spesifikasi mesin 747 cc SOHC, 6-silinder inline berpendingin udara. Motor ini punya tenaga hingga 71 Hp pada 9.000 rpm dan top-speednya diklaim bisa mencapai 202 kpj. Dayanya itu disalurkan ke roda belakang melalui transmisi manual 5 percepatan. Dari mesin 6 silindernya, dipasangkan tiga karburator Dell'Orto VHB berukuran 24 mm. Untuk rasio kompersinya tercatat 9,8:1. Ukuran bore dan stroke dari Benelli 750 Sei memiliki ukuran 56 mm x 50,6 mm, persis sama dengan Honda CB500.
Secara keseluruhan kuda besi itu tampak berat dan tidak praktis bagi pengendara. Tetapi anggapan itu salah besar karena ia mampu memberikan kenyamanan ekstra. Urusan peredam kejut sudah menggunakan suspensi dari Marzocchi dan pelek alumunium dari Borrani. Pengereman depan menggunakan cakram ganda keluaran Brembo tapi belakangnya masih tromol.
Pada 1979, perusahaan telah menjual 3.200 unit 750 Sei. Selanjutnya mereka meluncurkan model baru yakni 900 Sei dengan meningkatkan ukuran bore dan stroke menjadi 60 mm x 53,4 mm. Perbedaaan dengan tipe sebelumnya yakni knalpotnya hanya dua dan bodi dibuat lebih ramping. Versi ini mampu terjual lebih kurang 2.000 unit.
2. Honda CBX1000 (1978)
Kehadiran Benelli 750 Sei, membuat pabrikan Jepang tidak tinggal diam. Untuk menyaingi perusahaan motor asal Italia itu, Honda membuat CBX1000. Ia juga kerap disebut CBX1050, karena mengikuti jumlah kubikasi bersihnya 1.050 cc. Dirinya juga merupakan salah satu produk revolusioner buatan pabrikan sayap kepak di eranya.
Motor ini mampu menjadi kiblat moge di masa itu. CBX1000 diciptakan sebagai produk flagship Honda dan mulai dipasarkan dari 1978 hingga 1982. Mengambil basis dari CB series namun ditambah dengan aksara ‘X’. Huruf terakhir di belakang menandakan kalau dirinya punya tenaga ekstrem, di zamannya. Di lain sisi, pihak pabrikan membuat sepeda motor ini untuk menyaingi motor di kelas 1.000 cc. Dan memang dirancang untuk pasar di Amerika Serikat yang punya falsafah "bigger is better".
Meski hanya bertahan selama 4 tahun, ia diterima dengan baik oleh pecinta roda dua dunia. Hasilnya ia mampu terjual lebih banyak dari saudaranya, Honda CB900F saat itu. Untuk pengembangan mesinnya dilakukan oleh Shoichiro Irimajiri.
Mesin yang disematkan tidak main-main, meski bukan berkonfigurasi V atau Boxer. Honda membekalinya dengan mesin yang cukup mencengangkan, yakni 1.047cc DOHC, 24 valve 6-silinder segaris dengan pendingin udara. Otomatis karburator yang digunakan berjumlah enam buah, mengikuti jumlah setiap silinder.
Ia mampu menghasilkan torsi maksimal mencapai 85 Nm pada 6.500 rpm dan memuntahkan tenaga 105 Hp di 9.000 rpm. Dipasangkan 6 karburator Keihin VB 28. Motor klasik ini sanggup berakselerasi dari 0 sampai 400 meter hanya dalam 11,66 detik. Sedangkan top speed-nya dapat mencapai angka 225 km/jam.
Agar tetap nyaman dikendarai, hanya bagian head saja yang dibuat lebar. Hanya beda sekitar 2 inci dari CB750. Sementara pada crankcase didesain lebih kompak, sehingga posisi kaki pengendara tidak pegal saat berkomunikasi dengan mesin motor ini.
Untuk menopang jantung mekanis yang besar, rangka dibuat dari material baja tipe diamond khas kelaurga CB. Sektor kaki-kakinya juga dibuat kokoh. Suspensi depan menggunakan inverted fork alias teleskopik dan dual-shockbreaker di bagian belakang (diganti Pro-link monoshock pada 1981). Sistem pengereman mengusung double disc brake 276 mm (depan) dan single disc brake 296 mm (belakang).
Jauh sebelum CBX 1000, Shoichiro Irimajiri juga pernah punya motor 6-silinder yakni Honda RC166 yang kubikasinya cuma 250 cc. Namun motor yang keluar di era 60'an hanya khusus buat balap, bukan produksi masal.
3. Kawasaki Z1300/KZ1300 (1979)
Moge selanjutnya yang memiliki kubikasi mesin 6 silinder ada Kawasaki dengan Z1300 atau sering disebut KZ1300. Merek Jepang ini ikut menjadi saingan Honda dan Benellli. Ia muncul satu tahun setelah CBX dilahirkan. Dia merupakan salah satu motor dari Z-Series dengan mesin paling besar. Motor ini eksis selama satu dekade, produksi pertama meluncur pada 1979 dan setop produksi pada 1989.
Z1300 mengusung mesin 1.286 cc DOHC berpendingin cairan. Beda dengan para pesaingnya, Kawasaki merancang model ini menggunakan penggerak poros, bukan rantai. Rincian bore x stroke yakni 62 mm x 71 mm yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 120 Hp pada 8.000 rpm dan torsi 115 Nm pada 6.000 rpm.
Selama sepuluh tahun produksi, pengisian bahan bakar dialihkan dari karburator ke injeksi. Suspensi juga ditingkatkan ke sistem udara depan dan belakang. Meski diganti ke pengabutan injeksi konsumsi bahan bakarnya tetap boros. Tetapi sebagai bonus, tenaga dan torsi meningkat.
Keunikan motor ini adalah dominasi desain kotak. Terlihat pada bagian lampu, spidometer, sinyal belok, tangki hingga buntutnya. Meski beberapa kali mengalami evolusi, motor ini kalah populer dengan Honda. Di pasar Eropa, dirinya kalah bersaing dengan motor-motor Inggris dan Jerman.
4. Honda Goldwing (1987)
Masuk di era 80-an, Honda yang lebih banyak berbicara. Jenama Jepang itu kembali mengembangkan mesin 6 silinder. Kali ini yang didapuk adalah Goldwing generasi ke-4 atau banyak yang menyebut GL1500SE. Dirinya membawa perubahan besar di segmen GL series. Perbedaan utamanya adalah mesin flat-four diganti dengan mesin flat-six. Meskipun masih menggunakan karburator, tenaganya mampu menandingi dominasi motor Amerika Serikat.
Kini model ini sudah masuk generasi ke-6 dan sepenuhnya didesain ulang. Mulai dikenalkan pada 2018 dengan membawa segudang perubahan. Hal itu tentu selaras dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Mesinnya sekarang berkapasitas 1.833 cc, SOHC, enam silinder, 2 katub per silinder dengan PGM-FI dan berpendingin air. Ia mampu memuntahkan power maksimum 125 Hp di 5.500 rpm dan torsi maksimum 170 Nm pada putaran 4.500 rpm. Pabrikan mengklaim kalau konsumsi bahan bakar lebih irit dibanding model sebelumnya. Hal itu dikatakan berkat adanya ubahan di ruang bakar, gesekan komponen dikurangi dan ditambah idling stop.
Di pasar global, Goldwing punya dua pilihan transmisi, manual 6-percepatan dan DCT 7-percepatan. Dua opsi yang dijajakan telah dibekali dengan gigi mundur. Fitur ini sengaja diciptakan untuk memudahkan manuver di area parkir, khususnya saat posisi sedikit menanjak.
Saat ini Goldwing disematkan beragam fitur canggih, seperti sistem throttle-by-wire (TBW) yang memiliki 4 mode riding (Tour, Sport, Econ, dan Rain), Honda Selectable Torque Control (HSTC), Hill Start Assist, dan sistem cruise-control yang dapat disetel untuk kenyamanan pengendara.
Honda juga membuat tampilan dasbor makin canggih. Terdapat layar TFT 7 inci yang sudah terintegrasi dengan navigasi. Tombol-tombol di hadapan pengendara juga dibuat lebih ringkas dan mudah dijangkau. Untuk pasar Indonesia, GL1800 alias Gold Wing, resmi dijual oleh Astra Honda Motor dengan harga Rp 1,71 miliar.
5. BMW K1600 (2011)
Nah, satu nama yang kini berkibar di segmen moge adalah BMW. Mereka melansir Seri K yang kemudian menjadi tonggak penting dalam sejarah BMW Motorrad. Ia diciptakan dengan teknologi canggih, mesin bertenaga, dan bergaya modern. Pada saat itu, pengembangan produk dari mesin boxer merupakan langkah kontroversial bagi produsen asal Jerman. Tapi nyatanya dipakai hingga sekarang.
Model ini sudah ada sejak 1983. Pertama kali muncul dinamakan K 100 atau sering disebut sebagai 'batu bata terbang' karena tampilan mesinnya yang datar. Seiring perkembangan zaman dan persaingan moge semakin ketat, maka pabrikan mulai menaikkan kapasitas mesin.
Berjalan 37 tahun, akhirnya BMW Motorrad memperkenalkan seri K dengan kapasitas paling besar. Pertama kali dikenalkan pada Oktober 2010 di Intermot di Cologne, Jerman dan mulai dilepas ke pasar global pada 2011.
Tidak tanggung-tanggung, motor penjelajah ini dibekali dengan mesin boxer berkapasitas 1.649 cc enam silinder segaris dengan kemiringan 55 derajat. Moge ini mampu menyemburkan power 160 Hp pada 7.750 rpm dan torsi 175 Nm di 5.250 rpm. Dayanya itu disalurkan ke roda belakang melalui gearbox 6-percepatan serta sistem suplai bahan bakar injeksi dan sistem Throttle By Wire (TBW).
Kuda besi ini juga disematkan beberapa fitur yang bisa memanjakan pengendara saat melakukan perjalanan jauh. Seperti ABS Pro, Automatic Stability Control (ASC), lampu depan adaptif, suspensi elektronik Dynamic ESA, penghangat suhu pada jok pengendara dan penumpang, serta penghangat pada handgrip. Tak lupa juga kontrol traksi dan beberapa mode berkendara (Rain, Road atau Dynamic) yang dapat disetel sesuai dengan kondisi jalan raya. (Bgx/Raju)
Sumber Foto : Wikipedia, Google
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test