Mitsubishi Xpander Cross Rockford Fosgate Black Edition amatlah memikat. Dipasarkan hanya 500 unit membuat bak barang kolektor yang pantas dibeli. Sentuhan khusus di desain dan penambahan sistem audio, membuatnya lebih istimewa ketimbang Cross standar. Banderol tentu menyesuaikan, menduduki kasta tertinggi di keluarganya dengan tebusan Rp 304,7 juta.
Selain dua elemen khusus itu, ia tetaplah Low SUV paling jadi incaran di pasar Indonesia. Eksistensinya tidak sendiri, bahkan sudah sangat ramai. Suzuki XL7 Alpha, model yang masih gres juga, pantas diadu sebagai pertimbangan utama. Walau bukan edisi terbatas, kelengkapan tak kalah memikat
Urusan gaya, masing-masing pabrikan punya rumus tersendiri guna menciptakan nilai tambah. Sebagai edisi terbatas, jelas Xpander Cross Rockford Fosgate Black Edition menyuarakan diferensiasi. Basis pembeda versi crossover dibuat semakin istimewa. Tampil lebih spesial ketimbang Xpander Cross biasa dan tentunya bawa kebanggaan ‘satu dari lima ratus unit’ – meski terbilang mudah untuk direplikasi.
Kini ia mengadopsi berbagai finishing gelap pada berbagai elemen tubuh. Sebut saja penghias front lower bumper, rear lower bumper, cover spion, trim jendela, sampai peleknya digebyur cat hitam mengilap. Begitu pula roof rail. Tak ketinggalan penegas identitas berupa emblem spesifik.
Baca Juga: Komparasi Mitsubishi Pajero Sport Dakar 4x4 vs New Toyota Fortuner VRZ 4x4
Di lain sisi, Suzuki XL7 Alpha memang bukan varian khusus. Hanya saja, ia membawa nilai pembeda dari basis Ertiga. Eksekusi rancangan patut diacungi jempol lantaran lebih dari sekadar menempelkan cladding. Wajahnya dirombak habis demi sebuah identitas baru meski masih begitu terasa nuansa sang saudara LMPV. Sila nilai sendiri siapa lebih sedap dipandang.
Terkait dimensi, Xpander Cross dan XL7 sebenarnya sepantaran. Mitsubishi mencatatkan figur 4.500 x 1.800 x 1.750 mm (PxLxT) dengan wheelbase 2.775 mm. Sementara itu, hasil pengukuran Suzuki adalah 4.450 x 1.775 x 1.710 mm berikut wheelbase 2.740 mm. Melirik perbandingan wheelbase, boleh jadi ada selisih tipis pada ruang penumpang. Juga bagian keunggulan Xpander Cross adalah ground clearance 225 mm, beda 25 mm dari XL7.
Fitur bawaannya pun mirip. Penerangan LED menjabat di headlamp dan lampu kombinasi belakang. Bedanya, Mitsubishi sematkan sumber dioda untuk fog lamp sementara Suzuki bekali headlamp leveling. Satu kesamaan persis adalah smart entry, memudahkan akses masuk kabin hingga menyalakan mesin. Berikan sensasi mewah dari set fitur itu.
Sama-sama sanggup memuat tujuh penumpang dengan cita rasa berbeda. Jok Xpander Cross sudah dibungkus leather seat. Sementara XL7 memanfaatkan campuran leather dan fabric. Kendati begitu, bungkus leather di roda kemudi sudah diaplikasikan di kedua kontestan. Begitu pula sarana hiburan touchscreen, lengkap dengan konektivitas smartphone.
Menjadi nilai plus sang limited edition adalah sistem audio dari Rockford Fosgate. Power amplifier dan subwoofer menambah nikmatnya keluaran suara. Sebuah upgrade dari sebatas tweeter dan speaker midrange. Berikut juga eksistensi cruise control yang tak dimiliki para pesaing Xpander Cross. Meringankan beban perjalanan di jalur bebas hambatan tanpa perlu menahan pedal gas.
Baca Juga: Punya Anggaran Rp 150 Jutaan, Pilih Toyota Agya atau Honda Brio Satya?
Namun, kelengkapan kabin lain dalam Xpander Cross Rockford Fosgate Black Edition mungkin terdengar moderat. Pasalnya, Suzuki telah jebloskan sistem Automatic Climate Control sebagai pusat kendali temperatur kabin. Di samping itu, cup holder depan pun ikut didinginkan. Tidak bakal ditemukan dalam LMPV Mitsubishi.
Tawaran kelengkapan Suzuki belum selesai sampai di situ. Ada fitur Smart e-Mirror sebagai bantuan alat pantau dalam perjalanan. Fungsi spion tengah dapat berganti menjadi monitor pemantau kamera belakang. Juga disisipkan fungsi kamera dasbor alias dashcam.
Baik itu Mitsubishi atau Suzuki, mereka bermain di tingkatan ‘biasa-biasa saja’ menyoal potensi memacu. Sebelas-duabelas pula tanpa signifikansi. Coba bandingkan saja, ekstraksi unit empat silinder 1.500 cc K15B dicatatkan sebesar 104,7 PS dengan torsi 138 Nm. Di lain sisi, Jantung empat silinder 4A91 Mitsubishi siapkan 105 PS berikut disokong momen puntir 141 Nm.
Drivetrain sama persis, menyalurkan ke roda depan melalui girboks otomatis empat percepatan sebagai wakil di trim termahal. Bahkan rasio gigi tidak ada perbedaan hingga ke final gear. Yep, kalau dilihat lagi, torsi XL7 terpaut 3 Nm. Lebih kecil namun kemungkinan sulit menemukan perbedaan kentara bila dirasa.
Imbang pula menyoal peranti keselamatan. Keduanya memiliki Anti-lock Braking System (ABS), Brake Assist (BA), dan Electronic Brake force Distribution (EBD) sebagai standar. Ditambah lagi dukungan dari kontrol stabilitas elektronik serta bantuan rem saat menanjak (hill start assist). Terkait perlindungan pasif, dual SRS Airbag setidaknya sudah siap melindungi.
Sulit untuk menilai kalau melekat fanatisme edisi terbatas. Jika sudah kepincut atau memang fans berat, apa mau dikata? Hal logis pun menjadi percuma. Tak masalah memang bila senang dengan Xpander Cross Rockford Fosgate Black Edition. Dari pabriknya sudah ditentukan tema khusus tanpa perlu repot mengeksekusi sendiri, ditambahkan pemanja telinga merek ternama pula. Tentu cruise control dan ground clearance tinggi bisa dinikmati.
Terlepas dari selera rancangan atau keistimewaan edisi terbatas, meminang Suzuki XL7 Alpha menjadi langkah lebih bijak. Bagaimana tidak, ia dapat dibawa pulang dengan tebusan Rp 269 juta – untuk tipe transmisi otomatis. Lebih murah Rp 35,7 juta. Secara safety features dan potensi memacu di atas kertas dapat dianggap imbang. Pun kelengkapannya boleh diadu meski belum memiliki cruise control. Sebut saja Automatic Climate Control dan ventilated cup holder. Belum lagi gimmick fungsional Smart e-Mirror. Ekstra anggaran tadi bisa saja dipakai untuk personalisasi meski harus pikir dua kali menyoal dampak ke garansi. (Krm/Odi)
Baca Juga: New Toyota Innova V AT vs Wuling Cortez CT Type L CVT, Selisih Harga Jauh Apakah Berimbang?
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.