Toyota Kijang Innova Reborn mengubah sosok mobil keluarga yang ‘merakyat’ menjadi MPV modern bertabur fitur canggih. Harganya pun melambung tinggi hingga membuatnya naik kelas dan merecoki pasar medium MPV. Kehadiran Toyota New Venturer menegaskan target kompetisi yang ingin dicapai Toyota Astra Motor. Terdiferensiasi dengan varian All New Kijang Innova yang lain, harganya sudah lewat Rp 400 juta, menjadi tantangan serius bagi Upper MPV segmen seperti Nissan Serena, Toyota NAV1 dan Mazda Biante.
Mahal? Jelas saja untuk sebuah Kijang. Makanya opsi unit bekas pantas dilirik. Dari hasil penelusuran di lama mobil bekas, harga Innova Venturer 2.0 bensin tahun edar 2017 berada di rentang Rp 295 - Rp 315 juta. Kenapa bensin? karena pesaing dari segmen MPV high-roof tak ada yang diesel.
Kami coba adu dengan Nissan Serena C26. Mengingat hanya memiliki satu jenis mesin, trim tertinggi Highway Star pantas masuk incaran. Ternyata nilainya lumayan jatuh. Lebih bersahabat dibanding Venturer, berada di rentang Rp 220 - Rp 240 juta untuk tahun pembuatan sama. Perbedaan harga memang tergolong besar, tapi Venturer memiliki formula lama yang masih disukai konsumen di Indonesia.
Kedua mobil ini memiliki model dasar yang sangat berbeda. Venturer alias Kijang termahal tetap mengakar pada mobil kategori minibus. Konstruksinya saja masih menggunakan sasis ladder frame layaknya mobil angkutan berat. Formatnya pun tetap mesin depan untuk menggerakkan roda belakang (RWD). Sehingga tampak tinggi dengan kekuatan kaki-kaki yang telah teruji selama ini.
Sangat berbeda dengan Nissan Serena. Mengedepankan kenyamanan seluruh penumpang, model boxy merupakan jawaban untuk mendapatkan kabin super lega. Model kotak cenderung ceper dan atap tinggi, membuat 8 orang dewasa leluasa duduk tanpa kesempitan. Suspensinya juga lebih nyaman, karena bertumpu pada sasis monokok dan penggerak roda depan (FWD).
Soal interior, kabin Serena jelas lebih unggul dibanding Venturer dari segi akomodasi dan fleksibilitas. Adanya fitur pintar Seat Center SMART yang dapat dimajumundurkan antara baris pertama dan kedua, memberi fleksibilitas tinggi pengaturan konfigurasi kursi tengah. Disaat butuh mengangkut penumpang lebih banyak, baris kedua tetap dapat menampung 3 orang dengan nyaman.
Kabin Venturer lebih sempit dengan akses bukaan pintu konvensional tidak seperti pintu geser Serena. Kursi baris kedua model captain seat sehingga total hanya dapat menampung 7 orang saja. Kursi baris ketiganya juga tidak seluas Serena dengan akses yang lebih sempit.
Interior Venturer lebih banyak gimmick kemewahan dibandingkan Serena. Salah satunya balutan kulit hitam yang membuatnya terasa elegan, trim kayu di beberapa panel dan ambient light LED di plafon yang sebenarnya hanya hiasan belaka. Serena malah tampil jauh lebih sederhana dan mementingkan fungsional saja. Belum memakai jok kulit dan tanpa panel kayu, memang terbayar dengan ukuran kabin super lega.
Mesin sama-sama mengendong 4-silinder DOHC berkapasitas 2,0-liter. Venturer 2.0 masih mengandalkan mesin peninggalan Innova generasi pertama, 1TR-FE yang kini ditambahkan teknologi Dual VVT-i. Penyalur daya merupakan transmisi otomatis konvensional terbaru, dengan 6 tingkat percepatan plus mode sequential/manual di tuas.
Tenaga 139 PS dan torsi 183 yang tersalur ke roda belakang (RWD) Venturer masih kalah dari Serena dengan 147 PS dan 206 Nm. Sumbernya berasal dari mesin MR20 berkapasitas 2,0-liter yang dilengkapi teknologi katup varibel CVVT. Diteruskan menuju roda depan (FWD) melalui transmisi CVT, yang sangat halus dan membantu efisiensi bahan bakar. Performa mesin bensin Venturer tak berbeda dari Innova terdahulu. Masih dianggap lemah dan konsumsi bensinnya boros. Serena unggul sedikit soal ini, meski menekankan performa yang halus untuk kenyamanan dan menunjang efisiensi BBM lebih irit.
Venturer unggul dari sisi fitur hiburan dan sentuhan mewah. Headunit berukuran 8” yang tersemat di center stack, memiliki fitur canggih seperti web browser, air gesture, Miracast, koneksi smartphone, HDMI, Bluetooth hingga voice command.
Serena hanya menawarkan headunit 6” dengan fitur alakadarnya, namun memiliki monitor 10” di plafon untuk penumpang belakang. Adanya cruise control sangat menambah kenyamanan mengemudikan Serena saat bepergian jauh. Tak perlu lagi menginjak pedal gas saat cruising di jalan tol.
Jumlah airbag lebih banyak Serena dengan adanya side airbag dan curtain airbag. Di Venturer, airbag pelindung sisi samping tersebut hanya ada di varian diesel. Tapi setidaknya disediakan airbag lutut di bagian pengemudi saja.
Seperti sudah disinggung, konsumen Indonesia masih suka resep lama yang ditawarkan oleh Toyota Indonesia. Konstruksi ladder frame dan penggerak roda belakang seperti di Kijang Innova dan Toyota Avanza yang masih dipertahankan, sangat cocok untuk kondisi mayoritas jalanan tanah air dan telah terbukti durabilitasnya.
Menyimpulkan mana pilihan terbaik diantara kedua MPV ini mudah saja. Semua dikembalikan kepada kebutuhan dan gengsi masing-masing. Jika lebih bergumul di wilayah dengan jalanan kasar hingga memasuki daerah pedalaman, Toyota Innova Venturer merupakan pilihan paling pas. Tapi jika mementingkan kenyamanan sebagai penumpang belakang dan lebih banyak berkeliaran di perkotaan yang jalanannya relatif mulus, plus anti dengan merek paling mainstream se-Indonesia, Nissan Serena jawabannya. (Odi)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.