Siapa tak kenal Suzuki Satria. Kiprahnya panjang di kancah otomotif Indonesia. Sudah diproduksi bertahun-tahun dan telah melalui beberapa generasi. Kuda besi ini sudah terkenal sejak era 2-tak. Saat itu beken sebagai motor bebek underbone dengan performa tinggi. Pertama kali diluncurkan pada 1997. Dan hingga kini ini masih memiliki tempat bagi para pecinta roda dua. Usianya kini 24 tahun, sejak mendebut di Indonesia. Setidaknya sudah mengalami perubahan hingga delapan kali, mulai dari 2-tak hingga 4-tak. Seperti ini kisahnya.
Satria generasi pertama yang dibangun Suzuki Indonesia. Merasakan aspal tanah air pada Oktober 1997, dibangun dari basis RG Sport 110 (tidak dijual di Indonesia). Namun Suzuki menyematkan mesin 120 cc 2-tak. Ia diproduksi dengan platform sport underbone atau yang dikenal dengan sebutan motor bebek sport.
Mesinnya berkonfigurasi tegak, berbeda dari semua jenis bebek yang beredar saat itu. Rem sudah pakai cakram di roda depan dan belakang, padahal rekan sejawat masih menggunakan tromol. Menghasilkan tenaga 13,5 hp di 8.000 rpm dan sudah mengadopsi transmisi semi-otomatis 5 percepatan. Keunggulannya memiliki akselerasi yang bagus sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai kecepatan tertentu.
Tampilan Satria 2-tak benar-benar beda dari bebek lain, sasisnya berbentuk mirip deltabox atau rangka SCAF (Suzuki Computerized Analized Frame). Pakai suspensi tunggal pada bagian belakang (monoshock). Pelek racing dan keren. Ia tampil beda di kelas motor bebek. Peredarannya hanya bertahan dua tahun, karena ia tak lagi diproduksi. Oh iya, saat itu dijual Rp4,6 juta saja.
Baca Juga: Sejarah Skuter Matic di Indonesia, Dulu Tidak Dipandang sekarang Tunggangan Harian
Satria 120 terus melejit dengan legenda motor bebek yang memiliki kekuatan sport dengan suspensi mumpuni. Selang 1 tahun dari kelahiran 120S atau tepatnya 1998, pabrikan melakukan upgrade dengan melahirkan Satria 120R. Ia hadir pada April 1998 dan masih mengusung mesin 2 tak jetcooled yang jadi ciri khasnya. Bedanya dia sudah pakai 6-percepatan dengan kopling manual. Sistem perpindahan transmisinya juga serupa dengan motor sport, gigi 1 diinjak ke depan sedangkan gigi 2 sampai 6 dicongkel atau diinjak ke belakang.
Dilihat dari tampilannya, ia paling menarik dibanding motor bebek lain. Pakai kombinasi two tone, ada varian pelek palang, bodi masih sama tapi rem cakram sudah depan dan belakang, serta menghilangkan starter elektrik. Peningkatan spesifikasi itu dinilai lebih responsif dan bertenaga, tenaganya naik 0,5 hp dari model sebelumnya.
Pada 2000, Suzuki melakukan penyegaran pada RU 120R. Hadir dengan livery Movistar. Banyak penggemar motor ini yang menyebutnya dengan julukan "Satria Lumba-lumba". Inilah awal dari ikon Satria mulai dikenal masyarakat luas, khususnya yang doyan balap. Motor ini secara resmi beredar dari 1998-2005.
Pada akhir 2003 Suzuki mengimpor utuh Satria 120 LSCM dari Malaysia. Menurut beberapa sumber, LSCM kepanjangan dari Lion Suzuki Corporation Malaysia yang merupakan perakit motor Suzuki di Negeri Jiran. Di Indonesia, motor ini lebih dikenal dengan sebutan “Satria Hiu”. Lagi-lagi Suzuki memberikan desain yang berbeda di kalangan bebek saat itu. Banyak bagian bodi yang meruncing dan secara keseluruhan desainnya agresif, persis seperti hiu menerkam mangsa.
Sayangnya varian ini hanya beredar sebentar, karena terganjal peraturan pemerintah saat itu yang mengatur keberadaan mesin 2-tak. Mesin itu dinilai tidak memenuhi standar emisi. Model ini jadi penanda berakhirnya era Satria berasap. Dan kini Satria Hiu menjadi salah satu Satria Series yang paling diburu oleh para kolektor.
Baca Juga: Panduan Memilih Suzuki GSX Series, Mana yang Paling Tepat dan Berapa Angsurannya?
Akibat regulasi pemerintah soal emisi, Suzuki akhirnya berinovasi dengan produk unggulannya itu. Maka pada 2004 lahirlah Suzuki Satria FU150. Inilah awal era Satria bermesin 4-tak. Mulanya ia diimpor langsung dari Thailand dengan sedikit ubahan yang disesuaikan dengan kondisi jalanan Indonesia.
Mengusung tagline "Hyper Underbone", menggunakan mesin DOHC, 4-katup, pendingin cairan, berkonfigurasi tegak dan berkapasitas 150 cc dengan transmisi 6 percepatan. Meski masih mengandalkan karburator, tenaganya bisa mencapai 16 hp di 9.500 rpm dan torsi 12,7 Nm di 8.500 rpm. Basis mesinnya sama dengan Raider 150 (Thailand).
Karena banyak penggila kecepatan yang jatuh cinta kepada FU150, Suzuki Indonesia merakitnya secara CKD pada 2006. Perbedaan versi CBU dengan CKD ada di bagian electric starter. Selain itu, karena dibuat secara lokal maka harganya lebih murah. Saat statusnya masih dikirim dari Negeri Gajah Putih, harganya Rp16 juta.
Pada 2007 Suzuki memberikan facelift pada Satria. Headlamp disegarkan dengan mengadopsi desain dari moge Suzuki GSX-R series. Ada tambahan fitur Suzuki Drive Mode Switch (S-DMS). Teknologinya mirip shift light, yang mengingatkan pengendara untuk pindah gigi. Bisa diatur kapan harus menyala, ada mode Eco dan Power. Kalau mau irit pilih mode Eco, dia bakal menyala di 4.500-5.500 rpm, atau mau kencang pilih mode Pwr, lampu menyala di 8.500 rpm.
Di masanya, ia punya rival dari Honda, CS-1. Tapi produk Honda itu tumbang tak mampu menyaingi Sang Legenda. Satria FU150 punyai masa bakti yang paling lama, hingga 5 tahun. Dalam periode itu, tidak ada perubahan yang signifikan karena hanya ganti striping saja.
November 2013, barulah Satria F150 mendapat ubahan secara menyeluruh. Meski masih nampak mirip, tapi tampilannya lebih stylish dan ramping. Ditunjukkan dengan desain garis-garis tajam, terlihat di bagian headlamp dan buritan. Sedang rangka, mesin dan fitur-fitur lainnya masih sama. Awalnya digosipkan bakal menggunakan teknologi injeksi, tapi petinggi Suzuki dari Jepang masih yakin dengan karburator.
Tahun yang sama, Suzuki mencatatkan penjualan Satria F150 sebanyak 1 juta unit. Prestasi itu dituangkan dengan membuat edisi khusus yang diberi nama Suzuki Satria Fighter. Bedanya ada di pelek dan blok mesin dikelir emas (gold). Spesifikasi masih sama.
Baca Juga: Opsi Naked Bike 150 cc yang Enak Diajak Touring
Juni 2015, New Suzuki Satria punya status baru, lulus uji emisi Euro3. Itu berkat pembaruan di sektor gas buang, ada ubahan pada desain knalpot dan CDI. Sisanya semua masih sama dengan model sebelumnya.
Februari 2016, Suzuki akhirnya mengubah Satria menjadi semakin modern. Perubahan paling signifikan ada di sistem pembakaran. Sebab, sudah mengadopsi teknologi injeksi dan namanya menjadi All-new Suzuki Satria F150 FI. Performa mesin Injeksi diklaim jauh lebih baik ketimbang versi karburator. Makanya Satria baru ini mengusung tagline “The Real DOHC” yang diklaim sebagai paling powerfull di kelasnya.
Dari dulu terkenal karena bodi yang ramping, tidak seperti kebanyakan sepeda motor 150 cc yang bertubuh besar. Hal itu karena selaras dengan konsep yang diusung, ayam jago (ayago). Desain yang kecil, memberikan kedinamisan dan kemudahan berkendara setiap saat. Bagian ekornya tampak seksi dengan lapisan ganda meruncing. Dan struktur tubuh dirancang untuk postur tubuh orang Indonesia.
Berkat bodi yang langsing dan terapan setang jepit, membuat posisi duduknya sedikit unik. Agak menurun jika dibanding motor bebek pada umumnya. Hal ini membuat posisi orang yang dibonceng akan selalu rapat ke depan.
Di balik bodi ramping, ia punya mesin galak. Performa dari sistem injeksinya diklaim jauh lebih baik ketimbang versi karburator. Dibekali mesin berkapasitas 150 cc Double Over Head Camshaft (DOHC), 4-Valve satu silinder yang memang sudah menjadi identitas Satria F150 sejak generasi pertama.
Sanggup menyemburkan tenaga 18,3 hp di 10.000 rpm dan torsi 13,8 Nm pada putaran 8.500 rpm. Keseluruhan output disalurkan melalui sistem transmisi manual 6-percepatan. Untuk menjaga suhu ruang pembakaran tetap adem, pendinginan mengandalkan radiator.
Tidak ingin kalah dari kompetitornya, berbagai fitur modern telah disematkan. Satria mengusung one push electric starter terbaru. Fitur yang diadopsi dari GSX-1000 dan menjadi inovasi di kelas underbone 150 cc, sehingga proses menyalakan mesin lebih mudah dan cepat.
Headlamp sudah mengaplikasikan teknologi LED. Namun untuk stoplamp dan sinyal belok masih bohlam biasa. Berkat terapan lampu dioda, sorotan cahaya lebih terang dibanding model konvensional.
Pada bagian dasbor sudah menggunakan speedometer full digital, memberikan kesan modern dan mahal. Dan yang terpenting, informasi kondisi motor mudah dibaca, karena tampilannya yang ringkas.
Satria juga telah dibekali kunci dengan sistem alarm melalui remote khusus. Lebih lanjut, ada USB chrager tersimpan di dalam kompartemen depan. Jadi pengendara tidak perlu bingung saat kehabisan daya ponsel.
Ada lima opsi warna, antara lain; Titan Black-Mat Triton Blue, Titan Black, Titan Black-Pearl Bright Ivory, Matt Bordeaux Red dan Matt Black. Harga yang ditawarkan saat ini sebesar Rp26,760 juta (OTR DKI Jakarta). (Bgx/Odi)
Baca Juga: Kiprah Dua Dekade Yamaha Aerox, Skutik Bergenre Sporty yang Dulunya 2-Tak
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.