Lembar Fakta Menarik BMW R 18, Reinkarnasi Cruiser Bavaria yang Lama Absen
Eksistensi BMW R 18 bukan sekadar ajang mengikuti tren motor lawas. Nilai historisnya tinggi. Ia menjadi wujud reinkarnasi cruiser murni BMW setelah puluhan tahun absen. Tentu perkembangan teknologi beberapa dekade berubah signifikan, namun insinyur Bavaria sengaja menginterpretasikan dalam kemasan otentik. Banyak kisah menarik soal kembali lahirnya sang penjelajah, inilah penggalan fakta unik BMW R 18.
Leluhurnya Lahir pada 1936
Jika ingin melihat leluhur BMW R 18, kita tak bisa seperti merunut keluarga Softail Harley-Davidson. Jejak sejarahnya lompat-lompat. Karena itu mari kita berjalan-jalan ke tahun 1936, di saat R 5 lahir ke muka bumi. Yang menjadi inspirator atas terciptanya R 18.
Ya, motor pra Perang Dunia kedua. Sangat klasik, namun insinyur Bavaria sudah terlihat tajinya dalam meracik roda dua. Ada beberapa rangkaian teknis tergolong revolusioner saat itu. Di saat mekanik Amerika Serikat belum sanggup membuatnya. German Engineering!
Adalah model fork teleskopik. Kala itu, peredaman suspensi motor paling jamak menggunakan per semata. Seperti yang dikenakan Harley Springer, menyangga dari titik tengah. Alhasil milik BMW ini lebih mumpuni dan empuk meredam guncangan. Sebab per berpadu oli saat kena obstacle. Mekanisme pedal gigi di kaki, nyatanya juga jadi sesuatu masih baru. Memudahkan proses pengendalian transmisi.
Rangka double cradle jadi penyangga seonggok mesin boxer 494 cc OHC. Juga digunakan untuk menaruh tangki tear drop berhias pin stripe, serta sadel tunggal dengan pegas. Sementara kedua roda dilindungi fender setengah lingkaran dan memiliki lampu utama bundar sempurna. Kecuali mesin setengah liter beserta struktur belakang rigid, nyatanya masih diaplikasikan ke R 18.
Entah momen apa hingga menggugah BMW ingin meniupkan kembali nyawa R 5. Puluhan tahun setelah itu, tepatnya 2016, muncul motor Homage yang sepenuhnya membawa konsep R 5 masa lalu. Hanya saja mulai diracik teknologi modern.
Hingga akhirnya di 2019, konsep R 18 lahir – melanjutkan purwarupa R 5 - dan dipamerkan pada pagelaran otomotif dunia. Tak aneh, publik dan kebanyakan pecinta roda dua merespons takjub. Sebab versi rancangan awal ini bukan tak masuk akal ditranslasikan ke model produksi. Satu per satu komponen begitu nyata. Bukan seperti konsep yang terlalu fantasi.
Dan benar saja, setelah pagelaran usai ia masuk jalur produksi dengan segudang tanda tanya di benak puritannya. Benarkah bakal memakai mesin besar sesuai rumor? Apakah jauh beda dari prototipe? April 2020, semua itu terjawab. Gambaran dari konsep mayoritas sesuai ekspektasi. R 18 resmi mendebut secara global. Makin menarik lagi, kami sudah bisa lihat langsung tujuh bulan setelahnya. BMW Motorrad Indonesia telah mendatangkannya ke Jakarta, bahkan tak kurang dari 20 konsumen telah masuk daftar antri, menurut penuturan sang bos.
Baca Juga: 4 Mobil Unik Bergaya Retro Futuristis Karya Nissan
Memangku Mesin Boxer BMW Terbesar Sepanjang Sejarah
Tentu saja, imbuhan R di nama depannya mengartikan ia memangku mesin boxer. Tapi yang satu ini paling beda. Mungkin kita akrab dengan tenaga besar dari R nine T, atau R 1250 GS yang terkenal brutal. Percayalah, ketimbang dua motor itu R 18 jauh lebih gila. Mesin tidur punya kubikasi gigantic, 1.802 cc. Terbesar sepanjang sejarah!
Diameter bore mencapai 107,1 mm, sementara panjang stroke 100 mm. Boleh dibilang tak benar-benar condong overbore, perbandingan segitu justru mengarah ke komposisi square. Sebab itu, pencapaian daya tergolong cepat. Tenaga 91 Hp sanggup diraih mulai 4.750 rpm. Dan torsi 157 Nm keluar di rentang 2.000 rpm – 4.000 rpm. Titik fokusnya jelas memberi momen puntir sempurna, Klaimnya, ia dapat melesat hingga 178 kpj.
Layaknya cruiser klasik, set kompresi juga tak padat-padat amat. Rasionya 9,6:1 dan minimal diberi minum bensin oktan 90, dengan kandungan etanol maksimal 15 persen. Sangking tradisionalnya, sistem pendinginan mesin pun masih mengandalkan udara, alias tanpa radiator. Namun tentu saja oil cooler tetap dipasang demi menjaga suhu mengingat kubikasinya begitu besar.
Rangkaiannya boleh saja klasik. Tapi komponen pendukung haruslah relevan dengan teknologi sekarang. Sistem suplai bensin sudah injeksi elektronik, yang seharusnya presisi mendistribusi bahan bakar. Dan mekanisme respons gas, juga dibungkus oleh teknologi mutakhir. Ia menganut sistem throttle-by-wire. Sebab itu ada mode berkendara beserta kontrol traksi elektronik.
Menariknya, girboks enam percepatan pun tak sebatas transmisi biasa. Sensor MSR bekerja untuk mengurangi efek engine brake terlalu heboh, ketika down shifting dari putaran tinggi. Mirip slipper clutch, tapi sepenuhnya pakai sistem komputer. Lantas penyaluran ke roda belakang, mengikuti sang leluhur pakai drive shaft yang diekspos pada sisi kanan. Harusnya, proses delivery tenaga lebih instan dan tangguh ketimbang rantai atau belt.
Baca Juga: Menyingkap Tujuh Motor Honda Berwajah Retro, dari Kelas Bawah hingga Naked Sport Besar
Kontradiksi Wujud Klasik dan Perbekalan Teknologi
Jika menuduh R 18 hanya sosok klasik penuh gimmick, tampaknya Anda salah sangka. Betul memang, nilai histori menjadi buah pikir dalam pengembangan motor. Mempertahankan sesuatu yang otentik adalah syarat wajib. Bisa dilihat dari segi styling dan wujud. Namun perihal perbekalan fitur, terutama safety, BMW tak mau ambil risiko. Apa yang dilihat kontradiksi dengan komponen canggih berikut ini.
Dari paling dasar semisal, pencahayaan sepenuhnya sudah LED. Kendati lampu bundar sempurna seperti milik R 5 masa lampau, sorot cahayanya terang. Begitu pula kelip lampu belok depan dan belakang. Yang unik, BMW tak ingin banyak menyimpan ornamen di fender belakang. Sebab itu stoplamp dan sein digabung dalam satu tempat, sangat minimalis dan elegan.
Panel instrumen bentuknya simpel. Tapi coba tengok lebih dekat. Informasi yang disajikan lengkap. Meski didominasi jarum penunjuk kecepatan, layar kecil mampu menampilkan data konsumsi bahan bakar rata-rata, serta trip meter dan lainnya. Sekaligus, tampilan mode mengendara yang ia punya.
Ya, ada tiga opsi gaya berkendara. Setingan paling aman yaitu Rain, mengaktifkan kontrol traksi dalam sensitivitas optimum. Buat motor sebesar ini pastinya begitu berfungsi, mengingat tenaganya liar. Kedua ialah Roll, mode paling moderat di antara keduanya. Biasanya digunakan ketika melaju di dalam kota atau sedang berjelajah di aspal kering. Terakhir Roll, mengurangi sensitivitas kontrol traksi dan respons gas. Mirip mode Dynamic di BMW lain, digunakan saat sedang merasa ingin memuntahkan adrenalin. Tapi, semua fungsi keamanan elektronik tak bakal mati sepenuhnya. Supaya tetap dalam batas aman.
Untuk menyalakan motor, R 18 dilengkapi sistem kunci pintar. Cukup simpan remote di saku seketika sudah bisa menyala. Tapi, ada hal yang tetap dipertahankan konservatif. Untuk mengunci stang harus memutar anak kunci di sisi kanan frame. Dan buat pembuka tutup tangki, memakai kunci yang sama. Menarik bukan?
Lanjut soal deselerasi. Jika kompetitor merasa kombinasi dua cakram cukup, tidak bagi mereka. Roda depan dijaga dua cakram besar dengan kaliper empat piston masing-masing. Yang tentunya buatan Brembo. Pun di belakang, cakram diapit kaliper jenis sama. Tidak dibedakan sama sekali.
Masing-masing terkoneksi ABS demi keamanan saat hard braking. Dan uniknya, ketika mengoperasikan rem depan secara otomatis jepitan belakang ikut bekerja. Seperti mekanisme combi brake. Proporsinya dibagi 70 persen di depan dan 30 persen belakang. Kalau menginjak pedal rem kaki, sepenuhnya menghentikan roda belakang. Komplet.
Yang tak kalah keren, BMW memikirkan betul pengendaranya bakal sulit memundurkan sosok 350 kg (Fully loaded). Karena itu diberikan reverse assist, aktif ketika posisi gigi sudah netral. Mekanismenya menarik. Cara mengaktifkannya lewat tuas besi dekat transmisi, yang berbentuk semacam batang choke. Jika sudah, tinggal memencet saklar starter dan motor pun mundur perlahan. Jadi bukan mengandalkan gigi, melainkan dari tenaga dinamo, seperti Piaggio MP3 atau motor BMW besar yang bisa mundur.
Terakhir mengenai struktur, sepintas terlihat sama dengan R 5. Memakai double cradle dengan belakang rigid. Untungnya, soal rigiditas suspensi belakang hanya sekadar style. Bukan benar-benar pakai mekanisme begitu. Ada shock breaker tunggal tersembunyi di tengah, sehingga tak perlu khawatir ketika menghajar lubang jalanan. Kalau di depan, bentuknya seperti upside down. Tapi sebetulnya bagian atas tabung merupakan cover seperti motor klasik. Aslinya masih teleskopik, tapi dengan diameter besar dan travel lumayan panjang. (Hlm/Odi)
Foto: BMW Motorrad
Baca Juga: 5 Mobil Jerman Klasik Jarang Dilirik, Pantas Jadi Garage Queen
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Motor BMW Unggulan
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor BMW dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Road Test