Kehadiran Kia Sonet perlu diantisipasi brand lain. Ia berani menetapkan standar tinggi dalam permainannya di pertarungan crossover mungil seharga kurang dari Rp 300 jutaan. Value for money sangat tinggi, dibekali fitur mewah tanpa perlu membanderolnya tinggi. Segmen baru dihuni dan menasbihka diri sebagai pionir. Setidaknya ada dua pabrikan lain sedang menyiapkan produk mereka.
Besar kemungkinan ia segera didatangi Nissan Magnite sebagai rival terdekat dalam segmen SUV “Sub-4m” India. Debut 21 Oktober 2020 kemudian resmi mengaspal di Anak Benua 2 Desember lalu, boleh jadi Magnite ikut hadir di Indonesia . Belum ada informasi resmi, tapi konon sudah mendarat di sini untuk diuji. Kalau benar didatangkan, ekspektasinya mejeng sebelum 2020 benar-benar berakhir atau bisa saja malah tahun depan.
Tidak boleh dipandang sebelah mata. Melirik kelengkapan market India, Magnite tidak kalah menarik ketimbang Sonet. Layakkah kita tunggu kehadiran sang crossover mungil Nissan atau Sonet dapat dipastikan jauh lebih menarik? Mari simak gudang senjatanya.
Baca Juga: Hyundai Kona Electric atau Nissan Kicks e-Power, Pilihan Crossover Berpenggerak Motor Listrik
Di Anak Benua, Magnite dan Sonet bertarung di ring tinju SUV sub-4m (memiliki panjang kurang dari 4 meter). Anggota Nissan sendiri mencatatkan hasil pengukuran 3.994 x 1.758 x 1.572 mm (PxLxT). Mungkin ketika masuk sini ada sedikit penyesuaian ukuran tanpa berpengaruh pada kelapangan kabin. Paling banter akibat adaptasi desain bumper. Yang jelas dari basis dimensi dipastikan berimbang dengan Sonet versi Nusantara sebesar 4.120 x 1.790 x 1.615.
Urusan desain, Magnite turut memainkan image SUV yang dipadatkan. Beratap empat pilar dikombinasi postur badan meninggi. Ia berusaha tampil gahar lewat lampu memicing dan grille besar. Namun, cukup disayangkan wajahnya malah terasosiasi dengan image entry level Datsun. Tak masalah memang, hanya saja Magnite terganggu paradigma kelas teri ketika Sonet tidak mencirikan. Well, suka atau tidak, itu kembali ke selera masing-masing.
Crossover Nissan pun seakan berusaha keras menunjukkan bahwa ia sebuah keturunan SUV. Cladding tebal meramaikan sepatbor, dilanjut pula ke bumper belakang bak pelindung besar. Semua permainan ornamen tubuhnya disudahi pemakaian sepatu 16 inci khusus trim tertinggi.
Rancangan tubuh tadi dilengkapi perbekalan fitur yang cukup memberikan nilai tambah. Misal ia bisa saja mengadopsi penerangan utama LED Bi Projector dibarengi fitur pengaturan ketinggian manual. Di samping itu, strip lampu siang dari dioda meramaikan fasad depan bersama LED foglamp. Urusan akses kabin, smart entry disiapkan untuk menambah kemampuan. Semua ini dinilai masih dapat menambah rasa sebuah crossover mungil meski tidak setajam Sonet dengan ekstra sunroof dan remote start.
Desain interior Magnite boleh jadi tidak semenggugah Sonet. Layout dasbor agak monoton dan konservatif. Memosisikan monitor multimedia mengambang di tengah center stack dengan batas horizon didominasi oleh kisi AC trapezoidal. Tidak terlalu membosankan, tapi tidak juga membawa impresi berkesan.
Meski begitu, nantinya Magnite mungkin sanggup mengimbangi Sonet dalam hal kelengkapan kabin. Dengan catatan, Nissan mengikuti langkah Kia yang memboyong mayoritas fitur unggulan. Yep, gudang senjata fiturnya terbilang komplet dan royal. Misal dari komponen seperti push start/stop button, AC otomatis, dan cruise control. Mereka turut mengisi daftar spesifikasi.
Lebih menarik lagi ketika membahas set layar di dasbor pada trim tertinggi. Panel instrumen memainkan layar 7 inci atraktif untuk menampilkan berbagai informasi berkendara. Termasuk di dalamnya spidometer dan takometer, TPMS, konsumsi bahan bakar, sampai animasi 3D sebagai sambutan. Digadang sebagai komponen pertama di segmennya.
Tak kalah memikat dari Sonet adalah fungsionalitas sarana hiburan dan sokongan gawai. Pada monitor floating 8 inci tertanam fitur Android Auto dan Apple CarPlay yang dapat terhubung secara nirkabel. Juga tersedia opsi Tech Pack untuk wireless charging dock. Nah, pelengkap dalam Tech Pack dapat membuat crossover Nissan semakin percaya diri. Kalau Sonet punya Bose, Magnite siapkan sound system JBL ditambah air purifier, ambient lighting, dan pelengkap visual lain.
Fitur kelas kakap juga dapat ditanam ke dalam kabin Magnite. Adalah Around View Monitor, alias kamera pemantau 360 derajat yang menambah kemampuan sistem multimedia. Terdengar aneh dalam mobil semungil Magnite. Namun setidaknya, bisa dijadikan bantuan bagi para pengemudi pemula.
Baca Juga: 7 Alasan Ini Membuat MG HS Ignite Layak Dipinang
Penetapan standar tinggi Kia tidak hanya terletak di pendukung kenyamanan berkendara. Urusan safety turut menjadi pertimbangan utama. Bagaimana tidak, crossover semungil itu sudah dibekali airbag enam titik khusus varian termahal, Premiere. Belum lagi sokongan keselamatan berkendara seperti Electronic Stability Control dan Hill Assist Control melengkapi ABS+EBD+BA untuk tiga trim teratas. Semua berperan menambahkan image safety Kia.
Nissan mungkin tidak bisa seroyal Kia menyoal peranti keselamatan. Namun potensi perbekalannya tidak jauh lebih payah juga. Airbag dua titik siap melindungi penumpang depan, kontrol stabilitas elektronik dan asisten di tanjakan turut dimiliki. Juga geng pengereman ABS+EBD tidak perlu lagi dipertanyakan kehadirannya. Minimal semua ini diharapkan dapat membuatnya tampil kompetitif.
Ketika Sonet menyapa Indonesia, ia menggendong pemacu yang benar-benar berbeda dari market asal. Tidak terhambat regulasi apapun, unit 1,5 liter kemudian dijebloskan sebelum produknya diterbangkan. Ekstraksi di atas ambang moderat. Siapkan lontaran tenaga 115 PS dengan torsi puncak 144 Nm, tersalur ke roda depan via transmisi otomatis IVT (Intelligent Variable Transmission)
Berbasis platform CMF-A+ Renault Triber, Magnite mengadopsi pemacu kembangan aliansi Nissan-Renault. Basisnya tersedia unit tiga silinder 1,0 liter naturally aspirated berkekuatan 72 PS/96 Nm atau tiga silinder 1,0 liter turbo sekuat 100 PS/160 Nm. Entah akan beralih ke jantung 1,5 liter atau tidak nantinya, belum ada bocoran apapun. Jika akhirnya diganti, mungkin memanfaatkan dapur pacu Duster sekuat 106 PS/142 Nm.
Mengacu rentang harga jual di India, Magnite tampak memikat lantaran berada di bawah Sonet. Lebih terjangkau dengan banderol 499 -935 ribu Rupee atau sekitar Rp 95,5 sampai Rp 179 jutaan. Sebagai perbandingan, Sonet dilego 671.000 sampai 1.199.000 Rupee, berkisar Rp 128,8 – 230 jutaan. Melansir Cardekho, komparasi atas harga dan kelengkapan di atas kertas membuat Magnite tampil lebih menarik.
Dari kelengkapannya, Magnite cukup layak ditunggu. Meski begitu, mungkin satu atau dua komponen boleh jadi tidak benar-benar mengimbangi Sonet. Namun jika memang akhirnya dibanderol lebih murah tentu akan semakin kompetitif. Semua tergantung bagaimana strategi pemasaran. Kita tunggu saja kehadirannya kalau benar sang crossover resmi didatangkan. (Krm/Odi)
Baca Juga: MG ZS Ignite Vs Kia Sonet Premiere, Crossover Murah Saling Perang Fitur
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.