Meski Jadi Generasi Baru, Dua Motor ini Tak Memiliki Perubahan Berarti
Tahun lalu serangkai motor baru datang. Mengundang harap para konsumen untuk dapat fitur tambahan atau tampilan gres selayaknya kendaraan anyar. Di saat mayoritas pabrikan berhasil menyajikan hal terkait. Justru, dua motor ini muncul dengan perubahan tak begitu berarti.
Suzuki Nex Crossover
Kami kira Anda semua setuju, paling minim bersolek adalah Suzuki Nex Crossover. Mereka merilis motor dengan seremoni dan uji jalan seakan semuanya baru. Padahal, hanya soal aksesori. Bahkan penampilan wujud hampir tak ada beda dengan seri lama. Plus, ada kenaikan harga jadi Rp 17,9 juta OTR Jakarta.
Ia menyandang nama berbeda dari versi lama. Tapi merupakan wujud evolusi dari Nex Cross yang sebelumnya hadir. Kompetitor Honda Beat Street dan Yamaha X-Ride ini agak bias jika dibandingkan dengan generasi lawas. Biar kami jelaskan jika Anda tak menemukannya.
Jika dulu dashboard dan panel instrumen masih dibungkus cover, kini dilepas semua. Stang benar-benar diekspos dan terlihat punya dimensi lebih tinggi dan besar. Otomatis posisi mengendara berubah. Lebih rileks sekaligus relevan dengan karakter semi dual purpose-nya.
Urusan penampil informasi, tak lagi memakai model analog. Melainkan sudah ditukar jadi monitor digital berdisplay oranye. Bentuknya sederhana tapi sangat mudah dilihat, karena ukurannya besar. Bahkan paling besar di antara kompetitor. Selain itu, datanya lumayan komplet menunjang keperluan pengendara.
Warna turut jadi agenda perubahan Nex Crossover. Dulu hanya disediakan dalam kelir kuning dan biru, kini dihapus semua. Diganti warna tema Stronger Red-Titan dan Solid Black. Secara penampilan, memang ia sedikit lebih segar sekaligus menyiratkan kesan maskulin. Ditambah kaliper dan karet shock breaker merah menjadi aksen sporty di sosok kecil nan macho.
Sebetulnya tambahan itu cukup berfungsi. Namun, dari sudut pandang kami tanggung. Bukankah orientasi orang membeli motor baru cenderung berharap dengan wajah segar? Apalagi jika ada penambahan fitur fungsional lain. Atau operasi jantung pacu.
Lantaran sisanya kurang lebih masih sama. Pahatan bodi serba lancip, dengan lampu depan agak masuk menjadi ciri khas yang dipertahankan. Sorot cahayanya juga tetap LED, dilengkapi USB soket, serta sudah mengenakan ban dual purpose sebagai bawaan. Dan masih memiliki ground clearance paling tinggi dari pada rival sekelas.
Tidak ada sentuhan ke area teknis. Nex Crossover masih memangku mesin 113 cc SOHC dengan pendingin udara. Boleh dibilang, tenaganya ada di pertengahan antara Beat Street dan X-Ride. Total menghasilkan daya kuda 9,2 Hp.
Baca Juga: Opsi Skutik Termurah Awal 2021, Tak Sampai Rp 17 Juta
Royal Enfield Himalayan
Eskalasi harga Royal Enfield Himalayan 2021 lumayan banyak. Tadinya berkisar Rp 102 jutaan OTR Jakarta. Kini, tembus Rp 114,3 juta OTR Jakarta. Belasan juta Rupiah itu pada kenyataannya tak teralokasi terlalu banyak. Meski memang, ia punya segmen tersendiri yang kadang menutup mata soal harga.
Tapi apapun itu, digadang sebagai generasi anyar tampaknya kurang relevan. Perubahannya tak signifikan. Dari segi penampilan pun identik. Tetap klasik tanpa basa-basi revisi aksesori. Fokus mereka, tunggal terletak di area keamanan deselerasi.
Ya, kini Himalayan tak menugaskan cakram sendirian untuk berdeselerasi. Kedua piringan terkoneksi sensor Anti-lock Braking System (ABS). Supaya saat diajak berjelajah terhindar dari gejala ban terkunci. Namun cukup disayangkan, kami tak menemukan saklar pemati fungsi ABS. Padahal di India ada. Dan begitu berguna saat melintas medan off-road.
Dapur pacunya, direvisi soal emisi. Sama seperti di India, gas buang Himalayan memenuhi regulasi BS6, atau setara Euro 4. Lantas rangkaian dapur pacu diklaim masih sama, satu silinder 411 cc SOHC bertenaga 24,3 Hp pada 6.500 rpm dan torsi 32 Nm memuncak di 4.500 rpm.
Hampir tak ada efek dari perubahan tadi. Baik dari segi respons gas maupun kekuatan saat berlari. Sama. Begitu pula perihal konsumsi bahan bakar. Dari pengetesan kami, angkanya ada di kisaran 24,2 kpl. Ini sebetulnya lumayan irit, sebab jika dalam keadaan penuh sanggup melaju 364 km lebih.
Soal wujud, Himalayan baru disegarkan lewat tambahan opsi kelir saja. Ia tak lagi tampil monoton. Mengingat sebelumnya hanya dikemas putih atau hitam. Kurang ekspresif. Kini coraknya jadi segar. Salah satu pilihan yang dijagokan adalah Rock Red, percampuran merah-hitam. Susunan warna depan tangki disemprot cat merah glossy, sementara belakangnya dihitamkan – terpisah garis diagonal. Aksen silver sebetulnya juga tertera di wadah bensin, sampai ke fender hitamnya.
Lake Blue turut menjadi opsi tema cerah. Yang satu ini memadukan biru dan putih, dengan garis pemisah diagonal sama dengan si merah. Komposisinya serupa, hanya beda warna. Keduanya seperti menunjukan alter ego dari citra konvensional Himalayan selama ini.
Dilanjut Gravel Grey, rasanya pas bagi yang suka tampil minimalis-modern. Tangki abu-abu mengilap merepresentasikan gaya motor masa kini. Diberikan juga aksen hitam pada lekuk bodi, menguatkan nuansa maskulin. Dan Sleet Grey,memiliki corak ala seragam kamuflase prajurit. Sementara kelir Snow (putih) dan Granite (Hitam) tetap tersedia.
Mengenai bentuk dan kelengkapan bawaan lainnya masih sama. Panel instrumen dipresentasikan dalam perpaduan analog digital. Informasi kecepatan, putaran mesin, serta fuel meter ditunjukkan jarum mekanik. Sementara sisanya di dalam layar, berikut fitur kompas yang jadi ciri khas-nya. Hanya berubah warna display lampu. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Skutik Murah Tak Sampai Rp 20 Juta yang Cocok untuk Wanita
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test