Perjalanan Satu Abad Moto Guzzi, Realisasi Mimpi Tiga Personel Angkatan Udara Italia
Selalu ada arti di balik logo. Identitas yang secara tidak sadar melekat di benak, memang bukan soal estetika belaka. Meski hanya ornamen kecil di sebuah produk, ada serangkai kisah di balik pembuatannya. Seperti visual kepakan sayap elang, selama seratus tahun menempel di tubuh Moto Guzzi.
Carlo Guzzi, Giorgio Parodi dan Giovanni Ravelli adalah tokoh kunci dari eksistensi satu abad. Ketika perang dunia pertama masih pecah, tiga personel angkatan udara Italia ini telah menyusun visi. Untuk kemudian membangun bisnis sepeda motor, saat peperangan berakhir.
Maret 1921, akhirnya manufaktur roda dua, penjualan, sekaligus produsen barang-barang berbahan metal mereka dirikan. Mimpinya mulai terealisasi. Sementara perusahaan terkait ditajuk “Societa Anonima Moto Guzzi”. Sayangnya, tanpa kehadiran Ravelli. Dua tahun sebelum kisah berbuah manis, ia gugur ketika sedang melakukan percobaan terbang. Dan lambang divisi militer udara, menjadi pilihan Carlo dan Giorgio usai kematian rekannya. Untuk menjadi sebuah penghargaan – sekaligus mengenang cerita mereka bertiga. Lantas elang itu menjadi simbol hingga kini, sampai menjadi salah satu merek ternama dunia.
Mandello del Lario, menjadi lokasi basis industri. Tempat pertama motor Moto Guzzi dibuat, bahkan bertahan hingga saat ini. Lahir nama-nama besar di sana. Seperti GT 500 Norge buatan 1928, dikendarai saudara Carlo hingga ke Kutub Utara. Adapun Airone 250 lahiran 1939, Galleto (1950), ia menginisiasi motorisasi massal pasca perang dunia dua. Di pabrik Mandello pula, terdapat terowongan angin pertama di dunia untuk keperluan riset motor. Yang merupakan buah dari gagasan tim berisikan insinyur hebat dan legenda desain, Giulio Cesare Carcani.
Baru saat memasuki 60an, Guzzi menciptakan motor V-Twin longitudinal 90 derajat dengan penggerak gardan. Titik inilah yang jadi karakter kuat, identitas, sekaligus hal paling dibanggakan hingga sekarang. Sebab mesin 700 cc dua silinder itu akhirnya diaplikasikan ke V7. Dan secara konsisten berevolusi, dengan pengembangan fitur kontrol elektronik termutakhir. Serta berkembang biak lagi ke seri V9 Roamer, Bobber, hingga sesosok tourer bernama V85TT.
“Seratus tahun perayaan Moto Guzzi merupakan momen yang membanggakan bagi Piaggio Group. “Eagle Brand” telah bergabung sejak 2004, maupun bagi industri di Italia secara keseluruhan, tidak hanya sepeda motor. Kemampuan berinovasi, keberanian melangkah maju, semangat kompetitif, kecintaan terhadap produk, serta perhatian detail terhadap kualitas produksi merupakan keterampilan selama bertahun-tahun yang dikombinasikan Moto Guzzi dengan hubungan uniknya pada komunitas lokal. Sejak tahun 1921, setiap Moto Guzzi yang telah diluncurkan di dunia diproduksi oleh pabrik di Mandello, tempat perusahaan ini didirikan seratus tahun lalu. Semua ini akan terus berlanjut hingga sejarah di abad berikutnya,” ungkap Roberto Colaninno, Bos Piaggio Group.
Dan kembali lagi, kepakan sayap elang itu tak jadi sekadar logo. Filosofi kuat dan nuansa otentik terus dipertahankan. Buktinya selama seratus tahun Guzzi memenangkan serangkai lomba di sirkuit balap dunia. Mereka telah mengibarkan bendera Italia untuk 14 gelaran kejuaraan internasional. Termasuk pernah mencatat rekor motor kecepatan tertinggi.
Baca Juga: Asal Muasal Nama Mobil Terkenal yang Jarang Diketahui
Yang Paling Ikonik Selama Satu Abad
Ya, ketika baru muncul, mesin V-Twin longitudinal belum eksis. Justru pertama kalinya (1921), Normale 500 lahir dengan dapur pacu silinder tunggal dan posisi silinder head aneh. Atau kerap disebut single horizontal. Dan konfigurasi itu bertahan puluhan tahun. Enjin berjenis empat tak 500 cc, dengan gapaian tenaga 8,5 Hp. Berpadu girboks tiga percepatan serta kecepatan puncak 85 kpj. Menjadi wujud awal Guzzi lahir. Tentunya dengan komposisi suspensi serba rigid, sekaligus kurus. Platform ini terus dipakai belasan tahun dalam beberapa penyempurnaan.
Baru pada 1939, muncul spesies baru. Adalah Airone 250. Dengan kubikasi mesin seperempat liter. Namun tentunya mempertahankan konfigurasi nyeleneh dari leluhur. Rem teromol diperbesar lagi. Berikut dipasang garpu teleskopik demi mendapat kualitas peredaman baik.
Sementara teknis, tentunya sudah jauh berbeda dari versi lama. Meski ber-cc kecil, ia mampu keluarkan 13,5 Hp dan memiliki top speed hingga 120 kpj. Ukuran rasio kompresinya sendiri juga dipadatkan, jadi 7:1 serta memakai karburator Dell’ Orto SS 25 mm.
Pasca perang dunia kedua – tepatnya 1950 - ada sedikit pergeseran tren dalam memilih roda dua. Masyarakat Eropa mulai tertarik motor ringan, murah, serta andal. Makanya moped dan skuter banyak lahir pada era terkait. Momentum ini ditindaklanjuti Guzzi dengan memasarkan Galleto. Spesies gabungan moped dan skuter.
Cukup banyak varian disediakan. Meski wujudnya itu-itu saja, mereka memasang dapur pacu 160 cc, 175 cc, hingga 192 cc di akhir hayatnya. Masing-masing selain punya beda kubikasi serta output tenaga, jumlah gir transmisi juga beda. Yang kecil tiga speed, agak besaran dapat empat speed.
Masih dalam dekade sama, mereka membangun sebuah motor khusus balap. Tentunya dengan fairing membulat khas masa-masa itu. Bahkan terbilang brutal dari segi wujud dan teknis mesin. Adalah V8 500 GP Racer. Ya, Anda tak salah baca. Volume mesin total 500 cc berasal dari delapan piston. Dan tentunya semburan bensin karburator Dell’ Orto ukuran 20 mm tiap silinder. Makanya ia mampu melesat sampai 275 kpj. Alias mengerikan pada tahun 50an. Namun, teknologinya diklaim terlalu rumit. Hingga tak dilanjutkan berevolusi.
Baca Juga: Histori Mesin Diesel Mercedes-Benz, Pelopor untuk Mobil Penumpang
Ada kisah unik saat pertama kalinya mesin V-Twin 90 derajat longitudinal diaplikasikan. Ya, Guzzi di tahun 1961 sedang kena imbas industri motor Eropa yang turun. Maka dari itu sang insinyur memutar otak. Untuk ikut pengembangan membuat mesin mobil 500 cc V-Twin, dan ditawarkan ke Fiat. Sayang, pabrik tak menyanggupi jumlah produksi. Lantas ditolak dan proyek terhenti.
Namun, hal itu terlanjur rampung. Maka aparat kepolisian jalan raya di Italia justru tertarik dengan proposal mesin tadi. Dan memang secara konsep dapur pacu dibuat tangguh, sekaligus memiliki biaya perawatan minim. Maka terciptalah V7 700, dengan tenaga mencapai 40 Hp. Bahkan laku juga dibeli salah satu departemen kepolisian di Amerika Serikat.
Masuk ke era 70an, mungkin Anda akrab dengan Moto Guzzi LeMans 850. Tentu namanya berasal dari balap ketahanan seharian asal Prancis yang begitu pamor. Konsep bentuknya terinspirasi café racer dan sedikit tourer. Ketimbang V7, motor ini punya mesin lebih besar. Menciptakan 71 Hp dan bisa melesat sampai 209 kpj. Produksinya cukup lama. Dari tahun 76 hingga 93, sekadar disempurnakan lewat revisi minor.
Pada era milenium awal mereka pernah membuat naked sport dengan nuansa kental Italia. Serta merta mesin 1.100 cc dari konfigurasi khasnya. Tampilan begitu brutal. Dan sangat jelas menantang keberadaan Ducati Monster saat itu. Namanya, Grisso 1100.
Terakhir, dua tahun kemarin, mereka kembali mencetak motor ikonik. Di saat tren petualang sedang marak, akhirnya Guzzi menerjemahkan lewat V85TT. Sebuah petualang tangguh dengan wujud klasik. Yang sangat anti mainstream. Tak cuma soal penampilan. Mesin, kepintaran teknologi, hingga daya jelajah serta handling dibuat detail sekaligus presisi. (Hlm/Odi)
Sumber: Moto Guzzi, Ride Apart
Baca Juga: Jejak Bersejarah Vespa Super di Indonesia
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Motor Moto Guzzi Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel Motor Moto Guzzi dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Road Test