Pilihan Motor Besar Berbagai Tema dengan Bujet Rp200 Jutaan
Hasrat dan anggaran dana kadang kala tak selaras datangnya. Ketika sudah menggebu ingin punya motor besar, apa daya uang di kantong tak sama besar. Kendati begitu, sebetulnya tak semua moge dibanderol intimidatif. Bahkan masih banyak pilihan di angka Rp200 jutaan, malah beberapa belum tembus kepala dua.
Kawasaki Z900
Kategori motor besar bisa dilihat mulai dari etalase geng hijau. Ya, Kawasaki memang selalu unggul soal pengemasan harga motor-motor besarnya. Bahkan naked bike 900 cc ini dibanderol Rp235 juta OTR Jakarta. Bukan lagi kelas tengah yang Anda dapat. Melainkan sosok monster bertenaga buas. Lebih dari cukup untuk meninggikan status sang pengendara.
Dentuman suara empat piston rasanya layak dipamerkan bukan? Apalagi dengan kubikasi yang tidak kecil pula, tepatnya 948 cc DOHC 16 katup. Niscaya rongrongan knalpot mengintimidasi siapapun yang berpapasan. Tentunya bukan hanya “pandai bersuara”. Ekstraksi dapur pacu berhasil mencatat output besar, 123 Hp/9.500 rpm serta torsi puncak 98,6 Nm/7.500 rpm. Meskipun bobotnya 210 kg, pastinya tetap menjambak keras kala berakselerasi.
Peranti pendukungnya juga lengkap. Girboks enam percepatan telah mengaplikasikan sistem Assist dan Slipper Clutch. Di motor sebesar ini, tuas kopling ringan dan pencegah ban terkunci saat down shifting cukup krusial. Sebab mengontrolnya saja perlu effort lebih.
Dua cakram 300 mm di depan dan 250 mm belakang pun senantiasa menghentikan laju cekatan. Lengkap dengan sensor ABS. Sementara urusan pengendalian, rangka teralis berpadu dengan upside down 41 mm. Serta Horizontal back-link rear suspension kebanggan Kawasaki.
Kalau bicara desain, kembali ke selera masing-masing. Tapi menurut kami Z900 bakal mudah disukai oleh mereka yang doyan gaya modern sporty nan ekspresif. Lekukan motor cukup tegas merepresentasikan dirinya sebagai monster, sekaligus diberi aksen tulang rangka hijau yang mencolok.
Kawasaki Z900RS
Selain versi naked sport, Kawasaki turut punya line up retro. Z900RS hadir menjawab hasrat pecinta klasik. Secara bentuk, merepresentasikan moge empat silinder di era 80an. Cukup kental nuansa lawasnya. Tentu, sudah dibekali perangkat elektronik masa kini. Ia dilego mulai Rp291 juta untuk versi standar dan Rp301 juta yang seri Café.
Jangan terkecoh dengan nama. Walaupun sama-sama Z900 series, setingan dapur pacu dan konstruksinya lain. Mesin empat silinder segaris 948 cc DOHC memuntahkan output sedikit lebih kecil, serta rasio kompresi diturunkan. Seri RS mencatat tenaga 107 Hp/8.500 rpm dan torsi 95 Nm/6.500 rpm. Sementara rasio kompresi 10,8:1.
Tapi tenang saja. Perangkat Assist dan Slipper Clutch, Dual Throttle Valves, sampai ABS tetap menjadi standar. Bahkan ia dibekali Kawasaki Traction Control (KTRC), sampai fitur sound tuning. Karena itulah harganya selisih lebih mahal.
Area bawah juga sama persis. Mengenakan suspensi upside down 41 mm adjustable serta monoshock horizontal. Namun, strukturnya menyesuaikan naked bike klasik, rata di bagian subframe. Kalau urusan deselerasi, roda depan turut dipasang dual disc brake 300 mm serta 250 mm belakang. Cukup.
Disediakan dua varian Z900RS. Yang standar, tampil telanjang layaknya motor retro. Opsi warnanya abu-abu dan hijau. Sementara tipe Café, lebih bercorak berkat adanya fairing lampu serta kombinasi grafis cerah. Pilihan kelirnya hijau dan biru muda.
Kawasaki W800
Lagi-lagi dari Kawasaki. Jajaran motor besarnya memang paling lengkap. Jika sebelumnya mewakili segmen naked sport dan modern retro, W800 adalah motor klasik tulen. Interpretasi desain roadster 70an dituangkan penuh, embel-embel modern hanya menjadi bumbu pemanis. W series yang legendaris ini dijual Rp291 juta hingga Rp298 juta OTR Jakarta.
Karena itu tenaga dan teknologi modern bukan sajian utama darinya. Cukup nikmati saja berkendara dengan si tua. Tak perlu menarik tuas gas dalam-dalam, apalagi bermanuver tajam di tikungan. Esensinya lain.
Ia merupakan pesaing abadi Triumph Bonneville. Bahkan disebut-sebut, di era 70an W800 lebih sukses ketimbang buatan pabrik Britania Raya. Konfigurasi mesinnya memang begitu mirip. Ia mengandalkan dapur pacu vertical twin 773 cc, atau biasa dijuluki mesin “T”. Tenaganya biasa saja untuk ukuran volume besar, 50 Hp/6.500 rpm dan torsi 62,9 Nm/4.800 rpm. Malah masih berjenis SOHC.
Untungnya sudah pakai sistem suplai bensin injeksi, berikut punya ABS di dua roda. Tapi hanya itu yang bisa dibilang modern. Sisanya benar-benar lawas, yang pastinya memikat para classic enthusiast!
Yamaha MT-09 dan MT-07
Di samping Kawasaki, Yamaha juga tak ketinggalan menawarkan motor besar berharga masuk akal. Tak lain adalah duo naked sport bertampang brutal. Serta dijuluki master of torque. Masing-masing bernama MT-09 dan MT-07. Adik kakak ini bermain di angka Rp243 juta – Rp290 juta OTR Jakarta.
MT-07, mungkin bisa jadi pilihan pertama kalau memang budgetnya pas. Paling tidak ia sanggup mengeluarkan daya maksimal dari mesin dua silinder 689 cc DOHC delapan katupnya. Tercatat tenaga 73,7 Hp muncul di 9.000 rpm dan torsi maksimal 68 Nm pada 6.500 rpm.
Versi terbarunya ini mendapat penyempurnaan suspensi belakang supaya handling makin akurat. Disertai frame tubular ringan, hingga fork mumpuni meski masih teleskopik. Soal tampangnya jelas atraktif, serba penuh dan dibuat begitu kekar.
Tapi, kalau masih punya sisa, ada baiknya langsung meminang Yamaha MT-09. Sebab dari segi harga tak terlalu jauh. Apabila melihat yang ditawarkan Yamaha. Jelas lebih canggih, begitu pula punya tenaga besar.
Dari mulai suspensi depannya, fully adjustable. Dan tentu hal ini bisa dilakukan karena memakai fork upside down dengan tube ukuran besar. Kalau perihal struktur dan shock belakangnya kurang lebih bertipe mirip. Hanya saja ini makin advance.
Lanjut ke perangkat elektronik, ia lebih baik lagi. Selain memang sudah memiliki kemampuan menampilkan data komplet lewat instrumen digital, di sana pula segala pengaman aktif dioperasikan. Ya, terdapat driving mode. Hingga kontrol traksi demi menjinakkan tenaga besar ke roda belakang.
Sebab, bekalan dapur pacunya tak main-main. Memiliki format tiga silinder 847 cc DOHC 12 katup. Mampu memuntahkan daya 113 Hp di 10.000 rpm dan torsi maksimal menyentuh 87,5 Nm pada 8.500 rpm. Besar. Belum lagi, didukung assist serta slipper clutch pada girboks. Termasuk perangkat quick shifter. Komplet bukan?
Baca Juga: Motor Adventure Layak Dipertimbangkan
Honda CB650R
Nah, yang satu ini agak berbeda. Di saat teman-temannya memasang harga Rp200 jutaan untuk motor telanjang sport kelas 900 cc, di gerai Honda baru cukup ditukar naked bike 650 cc. Ialah CB650R, yang disebut Honda bergaya Neo Sports. Banderolnya mencapai Rp298,3 juta OTR Jakarta.
Bukan berarti tidak menarik. Malah kami rasa secara desain, CB650R menjadi yang paling cantik. Perpaduan modern klasik diterjemahkan sempurna. Melihat sosoknya tak terlalu futuristik, juga tak terlalu lawas. Pas.
Meski tak punya suara seberisik yang lain, serta tenaga semelimpah 900 cc, catatan outputnya masih mencukupi. Dapur pacu empat silinder 648 cc DOHC mampu memompa power 89 Hp/11.000 rpm dan torsi 60,7 Nm/8.000 rpm. Takaran yang masih aman dibawa harian, namun bisa buas juga untuk memenuhi hasrat adrenalin. Penyaluran tenaga itu pun diperbantukan lagi dengan kontrol traksi yang bisa disesuaikan. Atau lebih dikenal dengan nama Honda Selectable Torque Control (HSTC).
Bagian kaki-kaki tak kalah mumpuni. Struktur diamond dipasangkan bersama suspensi upside down 41 mm buatan Showa, berikut adjustable monoshock di belakang. Dan untuk menghentikan laju, dua cakram 310 mm empat piston masing-masing bertugas di depan, sementara belakangnya 240 mm. Plus, terkoneksi ABS dua kanal.
Royal Enfield Interceptor dan Continental GT
Royal Enfield Interceptor 650 dan Continental GT 650 dibuat serba cukup, sederhana, sehingga membuatnya karismatik. Wujud reinkarnasi roadster dan racer klasik bermesin dua silinder puluhan tahun silam ini memang sengaja dibuat demikian. Tanpa banyak embel-embel, namun berbekal racikan teknis memuaskan. Interceptor sendiri dijual mulai Rp205 juta – Rp210 juta tergantung pilihan warna. Sementara Continental berkisar Rp216 juta – Rp221 juta OTR Jakarta, dengan acuan tema pula.
Mereka berdua dibangun dalam satu basis. Persis sampai mesin, hanya saja konsep penampilan jauh berbeda. Sekilas memang mirip. Lantaran keduanya sama-sama terinspirasi digdaya motor era 1960-an. Namun Interceptor dibuat lebih simple, sementara GT mengusung gaya balap lawas.
Sementara Interceptor sendiri tampilannya jauh lebih kalem. Menggunakan tangki model bulat, yang juga punya aksen lekukan indah di bagian belakangnya. Jok pula lebih tebal guna memberi kenyamanan pengendara. Pun kalau diduduki berdua tak jadi masalah besar, konturnya tidak mengganggu. Lantas bentuk stang, cukup lebar dan tinggi. Kolaborasi itu membuatnya lebih nyaman dikendarai sehari-hari maupun jarak jauh.
Komposisi wajah dan bentuk Interceptor sederhana saja. A la motor klasik. Mengenakan lampu utama bulat dengan sein terpisah. Plus stoplamp minimalis khas era 60an yang proporsional. Atas kombinasi bentuk-bentuk tadi, dirinya begitu mudah dipersonalisasi dengan selera masing-masing. Bahkan, sesederhana mengganti ban bawaan dan knalpot saja bisa makin beringas.
Panel instrumennya tak memiliki begitu banyak menu. Hanya terdiri dari dua kluster menunjukkan speedometer dan takometer dengan jarum mekanis. Tapi ada layar digital kecil, menunjukkan sensor dan hal fundamental. Presentasi ini kami kira sesuai konsepnya. Justru tampilan kokpit minimalis menguatkan karakter klasik.
Ada sedikit diferensiasi pada dimensi, di mana Interceptor sedikit lebih besar dari GT. Jarak sumbu roda mencapai 1.400 mm dan jarak kursi ke tanah setinggi 804 mm. Tapi, tak membuat kaki kesulitan menjangkau permukaan. Semestinya masih ramah postur orang Indonesia. Di lain sisi, daya tampung bensinnya juga lebih besar. Interceptor mampu menelan 13,7-liter bensin. Sedangkan Continental GT lebih sedikit, 12,5-liter.
Sasis penopang sang karismatik cukup serius. Rangka tubular double cradle-nya hasil ramuan Harris Performance Inggris. Mereka adalah pembuat rangka motor legendaris. Semestinya konstruksi ini bisa membuat manuver kedua motor semakin mantap diajak bermanuver. Rangka itu berkolaborasi dengan suspensi teleskopik 41 mm di depan dengan travel 110mm. Sedangkan di belakang, ditanamkan dua shock breaker tabung dengan piggyback reservoir. Suspensi ganda ini juga bisa disesuaikan dalam lima pilihan setelan.
Bagian paling menonjol tentunya ada di dapur pacu. Mesin anyar ini meneriakkan suara merdu, berkat mesin 648 cc parallel-twin SOHC. Outputnya mencapai 47 Hp/7.250 rpm dan torsi 52 Nm/5250 Nm. Mungkin tarikan torsi tak bakal seinstan jajaran motor silinder tunggalnya, agak bermain menengah ke atas. Namun mereka tetap mengklaim mesin mampu mendorong sejak putaran bawah.
Baca Juga: Lima Skutik Nyentrik yang Jarang Kena Lirik, Mana Paling Menarik?
Honda Rebel
Selain motor tadi, masih ada beberapa malah dijual tak menyentuh kepala dua. Semisal Rebel, banderol diset Rp191 juta – Rp196 juta (OTR Jakarta). Penganut paham Cruiser ini memiliki bekalan cukup menarik. Apalagi buat para pemula, sebab tak begitu intimidatif.
Di versi terbarunya, fasad makin atraktif. Lampu bulat lama bercahaya halogen kena revisi. Diganti dioda empat titik dengan lensa proyektor. Unik sekaligus sangar. Stop lamp pun LED, beserta keempat sein. Instrumen sepenuhnya digital berjenis LCD negatif, supaya mudah dibaca. Informasinya lengkap, hingga informasi posisi gigi.
Bentuk tak ubahnya dari generasi lalu. Tapi soal pemberian kelir beda cerita. Salah satu warna anyar paling atraktif adalah Matte Jeans Blue, sangat kasual juga sporty. Berikutnya Matte Armored Silver Metallic, untuk mereka yang suka gaya monokrom. Terakhir, warna lama bertajuk Graphite Black.
Pembaruan signifikan tertera pula dalam girboks enam percepatan. Versi terkini ditambah assist dan slipper clutch. Ini menjadi penting, sebab tenaga besar berkemungkinan memberi efek mengentak saat downshift keras. Atas slipper clutch risiko ban mengunci jauh terminimalisir. Sekaligus, feedback tuas kopling jauh lebih ringan.
Sedang dapur pacu tetap. Dua silinder paralel 471 cc DOHC injeksi elektronik (PGM-FI). Komposisinya square engine, selisih ukuran bore dan stroke cuma terpaut angka desimal. Sementara rasio kompresi 10,7:1, menghasilkan output 44,9 Hp di 8.500 rpm dan torsi puncak 43,6 Nm mulai 5.500 rpm.
Baca Juga: Cari Naked Sport di Bawah Rp30 Juta? Pertimbangkan Lima Spesies Ini
Kawasaki Vulcan
Sementara kompetitor Rebel, juga main di nilai sepantaran. Kawasaki Vulcan dijual mulai Rp182,7 juta OTR Jakarta. Alias hanya baru mendekati kepala dua. Konsepnya sama-sama cruiser, namun temanya lebih mengarah ke futuristik.
Vulcan dibekali mesin besar, otomatis lebih bertenaga dari Honda. Konfigurasi paralel-twin 649 cc DOHC menempel di rangka double pipe perimeternya. Dengan ukuran bore dan stroke 83 x 63 mm, serta dua injektor bensin, ia sanggup memberi pusaran daya 61 Hp/ 7.500 rpm dan torsi 63 Nm/ 6.600 rpm. Besar.
Hanya saja, Vulcan cenderung konvensional kalau bicara fitur. Meski informasi yang disajikan pada instrumen kurang lebih sama, namun bentuknya masih perpaduan analog digital. Displaynya sangat sederhana. Dan selain itu, sektor pencahayaan masih memakai bohlam. Tak ditemukan LED baik di headlight maupun stoplamp.
Secara desain, ia dibuat lebih modern. Tampak dari bodinya yang memberi siluet futuristik. Lampunya saja oval, lantas tangki membulat dibuat memanjang. Ditambah lagi monoshock berada di tengah, dengan posisi setengah tidur. Ini sangat mencirikan motor modern.
Baca Juga: Skuter Sultan di Indonesia
Kawasaki Versys 650
Terakhir adalah Versys 650. Bagi pemula yang baru mencicip moge adventure, ini bisa jadi pilihan pas. Selain harganya berada di angka Rp180,9 juta, tenaga dan bobotnya pun masih terbilang jinak. Dibandingkan versi 250, tampangnya jauh berbeda. Terlihat lebih modern sekaligus agresif, berkat desain menyudut di tiap sisi.
Tentu yang ditawarkan pada seri ini, tenaga lebih besar. Dan Kawasaki menjawabnya dengan menjejali amunisi 648 cc dua silinder DOHC, bertenaga 68 Hp/8.500 rpm dan torsi 64 Nm/7.000 rpm. Bersinergi pula dengan transmisi enam percepatan, berteknologi assist dan slipper clutch. Namun cukup disayangkan. Belum ada kontrol traksi dan mode mengendara. Perangkatnya kurang lebih sama dengan versi 250.
Pun pada panel instrumen, memakai paduan analog-digital. Putaran mesin masih ditunjukkan jarum mekanikal, dengan cluster cukup besar. Sementara layar digital, menginformasikan aspek penting kendaraan plus mengomputasi konsumsi bahan bakar. Standar. Untung saja pencahayaannya sudah LED sepenuhnya.
Pada konstruksi, versi 650 lebih mumpuni dengan adanya fork upside down, dengan pengaturan rebound dan preload. Lantas di belakang, monoshock laydown juga bisa dipersonalisasi dengan operasi pengaturan yang sangat mudah. Urusan penjinak lajunya, tentu berbeda dengan sang adik. Menempel dua disc brake semi-floating 300 mm diapit kaliper besar. Lengkap dengan koneksi ABS dua channel. (Hlm/Ind)
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test