Punya Budget Rp200 jutaan, Pilih Beli Royal Enfield 650 atau Kawasaki W800?
Opsi motor besar berpenampilan klasik tulen dengan harga tak menguras kantong paling tidak bisa dikerucutkan jadi dua. Pertama adalah seri The Twins lansiran Royal Enfield. Dan satunya buatan Jepang, yakni Kawasaki W800. Mereka berdua dijual dalam rentang Rp200 jutaan. Lantas, baiknya pilih mana?
Penampilan
Masing-masing motor kurang lebih menawarkan pilihan wujud serupa. Satunya roadster lawas, satunya lagi gaya balap atau jamak dinamakan café racer. Interpretasi klasik dalam format modern juga diterjemahkan dalam gaya serupa: Serba terekspos dan pakai komponen sederhana.
Semisal Royal Enfield Interceptor, Menggunakan tangki model bulat, yang juga punya aksen lekukan indah di bagian belakangnya. Jok pula lebih tebal guna memberi kenyamanan pengendara. Pun kalau diduduki berdua tak jadi masalah besar, konturnya tidak mengganggu. Lantas bentuk stang, cukup lebar dan tinggi. Kolaborasi itu membuatnya lebih nyaman dikendarai sehari-hari maupun jarak jauh.
Komposisi wajah dan bentuk Interceptor sederhana saja. A la motor klasik. Mengenakan lampu utama bulat dengan sein terpisah. Plus stoplamp minimalis khas era 60an yang proporsional. Atas kombinasi bentuk-bentuk tadi, dirinya begitu mudah dipersonalisasi dengan selera masing-masing. Bahkan, sesederhana mengganti ban bawaan dan knalpot saja bisa makin beringas.
Continental GT 650 beda di beberapa hal saja. Secara platform sama persis. Tapi tangkinya punya tarikan garis berbeda, agak lebih memanjang daripada interceptor. Sekaligus banyak sudut tajam. Menyesuaikan gaya racer. Kemudian jok dan stang, layaknya gaya terkait, dibuat nyaman untuk berkendara sendiri. Plus posisi genggaman tangan agak mengepit.
Kawasaki W800 juga begitu. Versi standar menganut style roadster. Berpengaruh pula ke posisi berkendara nyaman, relevan digunakan harian atau jarak jauh tanpa harus menyiksa tubuh, Tampilan bodi pun lebih banyak didominasi warna cerah. Selain itu diberi aksen kromium. Dari mulai sepatbor sampai area blok mesin.
Versi Café, tidak seekstrem Royal Enfield sampai diganti tangki. Secara keseluruhan masih tetap sama. Beda tema pewarnaan saja. Dan paling kentara adalah pemasangan batok lampu membulat. Serta jok format tunggal. Dan juga, permukaan blok mesin didominasi warna gelap.
Namun yang membuatnya lebih menarik, ia punya sejarah kuat masih dipertahankan. Kami cukup percaya diri mengatakannya bahkan sebagai susbtitusi dari Triumph Bonneville. Kawasaki W800 bukan motor tak punya sejarah. Ia legendaris. Sudah eksis sejak puluhan tahun lalu meski popularitasnya kalah dengan motor Eropa. Tapi setidaknya tampak memiliki kasta tersendiri.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Royal Enfield Interceptor 650, Sosok Karismatik Bernuansa Klasik
Fitur
Kedua motor jelas tidak banyak cakap soal fitur elektronik. Panel instrumen milik Royal Enfield misal, tak memiliki begitu banyak menu. Hanya terdiri dari dua kluster menunjukkan speedometer dan takometer dengan jarum mekanis. Tapi ada layar digital kecil, menunjukkan sensor dan hal fundamental. Presentasi ini kami kira sesuai konsepnya. Justru tampilan kokpit minimalis menguatkan karakter klasik.
Begitu pula Kawasaki. Pada dashboard, dua instrumen analog menunjukkan putaran mesin dan kecepatan. Ada juga layar digital menunjukkan informasi penting. Begitupun beberapa sensor fundamental di sekeliling takometer. Standar. Tapi, kini ia punya penerangan dioda mengikuti standar motor zaman sekarang.
Perihal fasilitas safety aktif, mereka berdua menanamkan perangkat standar. Tidak ada kontrol traksi atau hal sejenis. Semua dibiarkan ke pengendara untuk mengontrolnya. Ya, hanya ada sensor ABS dua kanal. Yang paling tidak bisa menjaga saat berdeselerasi keras.
Baca Juga: Antara Varian Kawasaki KLX 230, Mana Paling Menarik?
Performa
Jelas milik W800 lebih menarik. Bekalan mesin dua silinder 773 cc SOHC bertumpu kuat di rangkanya. Besaran outputnya juga tak main-main. Tenaga maksimal sebesar 51 Hp bisa tercapai pada 6.500 rpm. Torsinya juga melimpah, 62,9 Nm di 4.800 rpm. Langkahnya memang dibuat lebih panjang (77 x 83 mm). Sehingga gapaian torsi mudah dan buas.
Sasis motor berjenis double cradle. Dipadukan dengan fork teleskopik. Serta merta shock breaker ganda dengan setelan preload. Sayangnya, belum memakai tabung seperti Royal Enfield. Masih konvensional.
Lantas jenama Inggris, punya performa di bawah. Kubikasi Royal Enfield lebih kecil. Mesinnya hanya 648 cc parallel-twin SOHC. Meskipun gapaian output lumayan, 47 Hp/7.250 rpm dan torsi 52 Nm/5.250 rpm. Tapi apapun itu, impresinya pasti lebih menyenangkan di W800. Sebab selisih perolehan tenaga agak jauh.
Sasis penopang sang karismatik cukup serius. Rangka tubular double cradle-nya hasil ramuan Harris Performance Inggris. Mereka adalah pembuat rangka motor legendaris. Semestinya konstruksi ini bisa membuat manuver kedua motor semakin mantap diajak bermanuver. Rangka itu berkolaborasi dengan suspensi teleskopik 41 mm di depan dengan travel 110mm. Sedangkan di belakang, ditanamkan dua shock breaker tabung dengan piggyback reservoir. Suspensi ganda ini juga bisa disesuaikan dalam lima pilihan setelan.
Harga
Interceptor sendiri dijual mulai Rp205 juta – Rp210 juta tergantung pilihan warna. Sementara Continental berkisar Rp216 juta – Rp221 juta OTR Jakarta, dengan acuan tema pula. Kalau W800, dilego mulai Rp291 juta untuk versi standar. Sementara Café selisih Rp7 juta lebih mahal.
Atas perbandingan itu, kami kira W800 masih lebih menarik untuk diboyong. Meskipun beda harga sampai Rp70 jutaan. Lantaran performa mesinnya jauh lebih advance. Serta nilai histori begitu tinggi. Dan juga, menyoal jaringan diler lebih luas lagi. Berikut tersebar di berbagai kota besar. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Pilihan Motor Besar Berbagai Tema dengan Bujet Rp200 Jutaan
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test