Honda All New CBR150R lahir kembali. Berubah banyak dari generasi lalu, ikut membawa jargon total control seperti kakaknya. Dari segi wujud, kini diseragamkan dengan seri seperempat liter. Tentunya disertakan perangkat keras semakin mumpuni. Namun, dari segala transformasi itu, sejauh mana ia bisa mengungguli Yamaha R15?
Boleh dibilang, hari ini CBR150R menjadi paket paling lengkap untuk ukuran sport fairing 150 cc. Lantaran seabrek fitur fundamentalnya lebih maksimal dari Yamaha. Paling tidak, dilihat dari perbekalan sensor di area deselerasi.
Honda menyediakan opsi varian non-ABS, serta ABS. Konsumen dapat memilih untuk mendapat pengamanan ekstra ketika suatu saat melakukan pengereman mendadak. Ini cukup penting, mengingat motornya cenderung dibawa agresif. Sehingga risiko ban mengunci ketika sedang hard braking sangat terminimalisir.
Yamaha, belum punya itu. Sayangnya R15 sekadar membekali perangkat deselerasi dengan dua cakram depan belakang. Kerjanya konvensional saja. Konsumen mereka tak memiliki pilihan. Semua seri seragam tanpa menggunakan ABS.
Perihal fitur elektronik lain pun, keduanya bisa dianggap setara. Dari segi pencahayaan mereka sudah menerapkan sistem full LED. Yang memberikan cahaya terang sekaligus menghemat konsumsi daya. Panel meter digital turut menempel di keduanya. Berikut sajian informasi lengkap di dalam layar. Pun kalau ada perbedaan, hanya faktor minor.
Baca Juga: Impresi Dua Sport Fairing Seperempat Liter di Lintasan Pacu, Begini Hasil Pengujian Kami
Dulu CBR tak mampu bicara banyak. Forknya masih teleskopik, belum lagi tak punya amunisi untuk menjawab sistem transmisi R15. Hari ini kedua variabel direvisi. Sehingga mereka layak jika disebut memiliki spesifikasi sepantar. Tinggal hasil pengujian langsung saja untuk pembuktian kinerjanya.
Struktur diamond milik CBR, di generasi baru berpadu fork inverted dengan diameter tabung 37 mm. Tentunya berkelir emas di bagian pipa atas. Ini bukan soal penampilan saja. Melainkan bakal memberi dampak pada rasa pengendalian di lapangan. Mestinya shockjenis begini lebih rigid dan mampu memberi respons kendali maksimal. Relevan dengan jenis sport fairing.
Lantas R15, sudah mengaplikasikan model shock depan upside down sejak tahun-tahun lalu. Hanya saja berbeda suplai pabrik. Besar kemungkinan, milik Honda disokong oleh Showa sementara Yamaha mengambil dari KYB. Nah, urusan di belakang, keduanya sama-sama menggunakan peredam kejut tunggal dengan beberapa pengaturan.
Honda bebenah diri di sektor transmisi. Mereka memasang perangkat assist dan slipper clutch di dalam girboks enam percepatan manual. Hasilnya, beban lever clutch berkurang sampai 15 persen. Dan paling penting gejala selip gigi dan efek engine brake berlebihan bisa tereduksi. Sebagai gambaran, ketika downshift dari putaran tinggi mekanisme slipper clutch segera meminimalisir efek ban belakang mengunci. Aman. Hal yang memang seharusnya ada di motor sport fairing. Dan Yamaha turut memiliki itu. Setara.
Harus diakui, Honda masih kalah dari segi performa jantung pacu. Mereka memilih untuk membenamkan teknologi generasi lalu. Tanpa perubahan berarti. Diklaim, hanya ada revisi di area pembuangan. Tak lebih dari itu. Lagi pula secara output atas kertas pun tidak ada ubahnya.
Mesin sama-sama 149,16 cc DOHC 4-katup dengan pendingin cairan serta fan otomatis. Ini persis dengan yang lama, hingga ke ukuran bore dan stroke (57,3 mm x 57,8 mm). Tentunya beserta mekanisme injeksi elektronik, atau disebut Honda PGM-FI. Sayang jika ada yang berharap CBR meningkatkan output, perlu bersabar. Catatan atas kertas sama persis: 16,8 Hp/ 9.000 rpm dan torsi 14,4 Nm/7.000 rpm.
Sementara Yamaha, bisa cukup sombong soal perolehan output. R15 sanggup memproduksi daya 19,5 Hp di 10.000 rpm dan torsi 14,7 Nm pada 8.500 rpm. Berasal dari mesin dengan kubikasi lebih besar, 155 cc, serta berteknologi VVA. Setidaknya dari cakup pandang daya kuda CBR tertinggal lumayan, sebab hasil output data kertasnya 16,8 Hp/ 9.000 rpm dan torsi 14,4 Nm/7.000 rpm.
Baca Juga: Deretan Sport Bike Fenomenal Terbaru 2020
Mereka kini punya interpretasi serupa. CBR mengikuti gurat sang kakak di kelas seperempat liter, sementara R15 mewariskan wajah R25. Kedua motor jadi terlihat seakan lebih besar dari segmentasinya. Tentu, tak bisa dinilai data. Ini perihal selera saja.
Honda benar-benar mengganti wujudnya, tak lagi pakai dua mata terpisah polos. Arah desain CBR250RR diaplikasikan penuh ke fasad CBR kecil. Malah hampir membuatnya identik. Maksudnya, dual headlight itu tak didiamkan telanjang. Ada cover lagi yang membagi tempat DRL serta lampu utama. Seperti separator. Rasanya hal ini menjadi identitas baru sport fairing Honda untuk ukuran kecil. Dan kami kira positif. Mukanya jadi lebih agresif sekaligus intimidatif. Berikut,memberikan nuansa kental modern sporty.
Bagian pembungkus muka hingga ke fairing pinggir ada dalam satu paket. Desainnya berubah juga. Garis-garis tajam terlihat lebih banyak. Berikut terdapat kisi-kisi angin di sekitaran situ. Cantik. Dan jika diperhatikan, model visor jadi lebih ringkas sekaligus enak dilihat. Lantaran ada bingkai menyangga hingga ujung atas. Beda dari yang lama, seperempat mika frameless. Karakteristik motor sport tentunya lebih keluar.
Yamaha tak kalah garang. Muka motor dengan split headlamp dihias kisi angin di tengah. Lebih menyiratkan kesan motor performa. Lantas sayap-sayap fairing serta lekukan di sekujur panel tampak berotot. Memiliki karisma tersendiri, terutama bagi penggila sport fairing Yamaha. Kalau boleh disimpulkan, Honda lebih mengusung konsep sporty serba futuristik, sementara Yamaha mengarah ke desain sport fairing konservatif. Tinggal pilih suka yang mana.
Yang bisa dibandingkan, mungkin secara data dimensi. CBR baru berbeda dari model lama. Kini panjangnya 1.983 mm, sedikit melebar jadi 700 mm, serta tinggi 1.080 mm. Dan jarak sumbu rodanya justru sedikit meringkas, kendati cuma berkurang 1 mm. Tepatnya 1.310 mm. Lantas beratnya, bertambah 2-4 kg (tergantung tipe) dari generasi lama, alias jadi 137 kg – 139 kg.
Angka itu lumayan bagus. Karena R15 memiliki kombinasi angka dimensi lebih besar. Ukuran total (PxLxT) 1.990 mm X 725 mm X 1.135 mm, serta jarak sumbu roda 1.325 mm. Kalau mengacu informasi ini, ada kemungkinan CBR lebih tangkas. Mengingat beratnya pun kurang lebih sama, 137 kg.
Nah, perihal tempat duduk juga begitu. CBR baru makin rendah ke tanah. Total tinggi jok 782 mm, di saat R15 tembus 815 mm. Lumayan jauh. Bakal terasa nyata ketika Anda memiliki postur pas-pasan. Boleh jadi, duduk di atas CBR bakal lebih memijak sempurna.
Soal nilai jual,seri termurah CBR150R (Non-ABS Rp 35,9 juta OTR Jakarta – Rp 36,6 juta OTR Jakarta. Masih memulai dari angka lebih kecil ketimbang R15, meski CBR sudah mengalami eskalasi harga beberapa ratus ribu Rupiah. Yamaha menjual sport fairing kompaknya mulai Rp 36,08 juta – Rp 37,685 juta OTR Jakarta. Sementara seri CBR ABS – di mana Yamaha absen menyediakan – dibanderol Rp 39,9 juta – Rp 40,8 juta OTR Jakarta. Rasanya selisih itu sangat wajar, mengingat perlengkapan lebih maksimal dari R15 bukan? (Hlm/Odi)
Baca Juga: Rekomendasi Motor Sport Full Fairing 250 cc ke Atas
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.