Nissan Leaf menjanjikan potensi besar kalau melihat spesifikasinya. Klaim jarak tempuh sampai 311 km berdasarkan hasil uji coba New European Driving Cycle (NEDC), dengan baterai 40 kWh. Harga listrik per kWh yang relatif rendah, pengoperasiannya lebih murah dari mobil konvensional.
Tapi untuk diketahui, itu semua baru sebatas gambaran umum dari data spesifikasi. Hasil akhir akan bervariasi tergantung situasi. Setidaknya terpengaruh kondisi jalan, cara berkendara, cuaca, dan aksesori elektronik yang melekat. Bisa dipastikan realita berkata lain. Mencari tahu lebih lanjut, begini kenyataan konsumsi energi Nissan Leaf saat saya pakai wara-wiri di sekitaran Jakarta.
Untuk memberikan gambaran konsumsi energi lebih akurat, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu seberapa besar kapasitas baterai yang dimiliki. Oke, tercatat figur 40 kWh di atas kertas hanya saja tidak sepenuhnya bisa dimanfaatkan. Seperti dilansir dari Inside EV, diestimasi kurang dari 37 kWh dapat dieksploitasi. Estimasi Useable Battery Capacity serupa juga bisa ditemukan dalam laman EV-Database.
Memperkirakan hal ini bukan hal sulit lantaran informasi daya baterai terbaca dalam persentase. Setidaknya, dapat diketahui dari perbandingan penambahan pada indikator baterai dengan daya terisi. Anggap saja dulu sebagai hitungan kasar. Sebelum memulai perjalanan, baterai Leaf diisi dari 13% ke 87% dengan total kiriman daya 27,46 kWh. Dalam arti lain, peningkatan 74% sama dengan 27,46 kWh. Lewat matematika sederhana, pembulatan kapasitas saat terisi 100% adalah 37,11 kWh.
Berapa biayanya? Di titik awal ini masih gratis. Saya isi di SPKLU milik Pertamina bilangan Fatmawati, Jakarta yang belum membebankan pengguna EV biaya charging sepeserpun. Tinggal reservasi jadwal lewat aplikasi, menunggu antrean, lalu duduk manis selama dicas. Kendati begitu, hanya diperbolehkan mengisi selama satu jam sebab masih ada mobil listrik lain tengah menunggu.
Baca Juga: Mau Beralih ke Mobil Hybrid? Ini Pilihannya
Usai lumayan kenyang disetrum, berangkatlah saya dan EV Nissan teranyar ini berkeliling Jakarta selama akhir pekan. Kondisi tidak sepenuhnya lengang bahkan beberapa titik terlihat normal – terutama malam Minggu – seperti saat sebelum pandemi terjadi. Sebut saja area seperti Jalan Gunawarman, Senopati, hingga Kemang. Juga cukup padat di Blok M dan Hang Lekir. Mungkin saja penutupan tempat berkerumun lebih cepat membuat sebagian berakhir menghabiskan malam di jalan. Di samping itu, boleh jadi diperparah pula penyekatan arus lalu lintas di beberapa ruas.
Situasi agak berbeda pada Minggu pagi. Bisa dibayangkan Jakarta lebih damai ketimbang hari sebelumnya meski tidak sepenuhnya kosong melompong. Suasana jalan lumayan santai dan tidak membuat orang terburu-buru. Tidak terpaku di daerah Selatan saja, kami bawa pula Leaf menjajal aspal Tol Andara lalu diputar kembali mengarah ke Bintaro.
Begitu skenarionya hari itu, berkeliling sekitar kota plus mengitari tol dari pagi hingga petang. Perjalanan dilaksanakan secara dinamis. Sesekali menjajal kemampuan berakselerasi menyenangkan dari torsi instan 320 Nm tanpa mengaktifkan mode berkendara spesial Leaf seperti mode Eco dan e-Pedal. Namun bukan berarti dinonaktifkan. Beberapa kali juga mode Eco ditekan demi memberikan rasa berkendara lebih natural. Juga tidak ketinggalan bantuan kenikmatan pengoperasian satu pedal (e-Pedal) dalam kota.
Hingga akhirnya petang tiba, sang EV saya arahkan ke Kantor PLN Gambir untuk melakukan pengisian ulang daya. Perjalanan pun usai setelah menempuh jarak 156,2 km dan menyisakan baterai sebanyak 25%. Proses charging sendiri terlaksana mulus tanpa kendala lewat aplikasi Charge.IN. Hanya perlu scan barcode, siapkan dana di dompet digital, dan tinggal tunggu ia menenggak setrum di café terdekat.
Perlu waktu 71 menit untuk sampai ke titik 100%. Mengonsumsi energi sebesar 26,795 kWh dengan biaya per kWh Rp66.097,37. Ada tambahan lain seperti pengenaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) 2,4% (Rp1.586,34) dan biaya admin Rp550 sehingga pengisian terakhir ini mengeluarkan Rp68.234.
Berdasar perhitungan, Nissan Leaf sukses menghabiskan 62% daya untuk menempuh jarak 156,2 km. Dikonversi berdasar asumsi kapasitas baterai awal (37,11 kWh), berarti ia menyerap 23,01 kWh dengan figur konsumsi energi 6,79 km/kWh atau 14,73 kWh per 100 km. Berdasar asumsi ini pula tampaknya Leaf tidak mampu memenuhi klaim tempuhan 311 km. Sesuai gaya berkendara dinamis dalam situasi yang berubah-ubah, secara hitungan ia sanggup berjalan sampai sekitar 252 km saja.
Namun ada pertanyaan lain, seberapa murah pengoperasiannya? Dengan sumber listrik rumahan – sesuai tarif listrik Rumah Tangga Besar senilai Rp 1.444,7/kWh – jelas akan sangat rendah. Perjalanan sejauh 100 km, kalau dihitung, hanya butuh bujet energi sebesar Rp21.280,43. Sementara itu, jika memanfaatkan fasilitas fast charging PLN seharga Rp2.466,78/kWh, makanan Nissan Leaf setara Rp36.334,67 per 100 km.
Well, imajinasikan saja Anda tinggal di Bintaro Sektor 9 dan bekerja di sekitaran Sudirman dengan tempuhan sekitar 25 km sekali jalan. Dipakai pulang-pergi, hanya perlu Rp10 ribuan sehari untuk bayar daya listrik rumah. Meski mungkin biaya pengoperasian bukan menjadi masalah berarti, setidaknya ada privilese lain seperti terbebas dari aturan ganjil genap.
Yang jelas, terbukti biaya energi ini lebih rendah dari mobil konvensional. Bahkan ketimbang yang tergolong irit BBM saja masih bisa setengahnya atau lebih. Misal sebagai pembanding, sebuah mobil dengan figur efisiensi 15 km/liter (6,67 liter/100 km) perlu anggaran Rp51.025,5 per 100 km kalau menenggak Pertalite. Lain cerita bila meminum Pertamax, bisa sampai Rp60.030. Yakin pula mereka tidak sajikan gelontoran tenaga 150 PS dan torsi instan 320 Nm seperti Leaf. (Krm/Odi)
Baca Juga: Nissan Leaf vs Hyundai Ioniq, Komparasi Mobil Niremisi Termurah saat Ini
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.