OTO Media Group mendapat kesempatan menjajal langsung Rolls-Royce Spectre akhir pekan lalu. Sedan dua pintu ultra-mewah elektrik pertama di dunia, sudah dijual di Indonesia akhir tahun lalu. Harganya gelap (price by order). Dilihat dari segmentasi, ia sebetulnya menyasar segmen di antara Cullinan dan Phantom. Banyak aspek yang telah disempurnakan dengan arsitektur serta teknik terbaik. Ada beberapa fakta menarik mengenainya.
Tidak Langsung Jadi EV
Memang betul kalau Roll-Royce Spectre sepenuhnya EV. Ia bukan sekadar mobil listrik, namun juga sebagai simbol kendaraan ultramewah berbasis baterai serta kecanggihan tinggi. Rancang bangun dibuat amat spesial, karena dibuat sebagai Rolls-Royce dulu, barulah dijadikan sebagai electric vehicle. Hal ini tidak dilakukan oleh pabrikan lain, membuatnya begitu istimewa.
Ia dibangun di atas luxury platform dan merupakan hak milik pabrikan. Ia berpijak dari sasis spaceframe, yang seluruhnya terbuat dari aluminium. Fleksibilitas ialah fokus utama mereka, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan sekat, lantai, penyangga dan panel, sesuai di masing-masing produk. Para insinyur Rolls-Royce membuka potensi yang belum tereksplorasi sebelumnya dalam membangaun Spectre.
Bagian aluminium ekstrusi nan canggih serta integrasi baterai ke dalam struktur membuat sasis mobil 30 persen lebih kaku dibandingkan Rolls-Royce lain. Arsitekturnya juga memungkinkan para insinyur untuk menempatkan lantai rata di tengah. Bukan di atas atau di bawahnya. Saluran perkabelan dan pengatur suhu terletak di antara baterai dan lantai. Penyimpan arus listrik dipasang di bawah, menghasilkan profil lantai rata.
Alhasil penumpang bisa merasakan posisi duduk rendah serta nyaman. Termasuk memberi ruang kabin ekstra lapang. Sensasi ini diperkuat oleh kaca depan Spectre yang dibuat secara dramatis. Alhasil berkontribusi terhadap aerodinamis mobil sangat apik. Tak ketinggalan, posisi baterai memberikan fungsi sekunder. Terintegrasi penuh ke dalam arsitektur mobil, sekaligus menjadi alat insulasi akustik tambahan seberat 700 kg.
The Spirit of Ecstasy Lebih Bungkuk
Sebagai EV, ia harus sanggup memberikan nilai aerodinamika lebih. Makanya Roll-Royce pun membuat logo depan atau dikenal sebagai The Spirit of Ecstasy dibuat lebih membungkuk. Tak main-main, dibutuhkan 820 jam bagi mereka dalam merancang patung agar memiliki hambatan udara terkecil. “Jadi memang mobil ini dibuat sangat mendetail. Eleanor (patung itu) dibuat lebih membungkuk agar memiliki nilai aerodinamika semakin bagus,” terang Daffa Raffiano Dally, Product Genius Rolls-Royce Motor Cars Jakarta, selama sesi test drive di Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Tidak Ada Mode Berkendara
Lain dari mobil listrik secara umum. Roll-Royce Spectre justru tidak memiliki mode berkendara seperti Eco, Normal, Smart hingga Sport. Di balik setir, terpasang tuas transmisi dengan isian D, N, P, R dan B. Nah B (mode) sendiri bukan pengganti gaya berkendara. Melainkan mode pedal yang digunakan, layaknya e-pedal secara tunggal. Kalau kita melepas akselerator otomatis mobil mengalami perlambatan alias deselerasi.
Jantung elektrik Spectre menggunakan Excited Synchronous Motors (SSMs). Motor listrik depan menghasilkan tenaga 258,32 PS / 365 Nm. Sedangkan motor belakang memberi power 489 PS / 710 Nm. Dari segi performa, ini setara dengan mesin pembakaran internal berkekuatan 430 kW (585 PS) berikut torsi puncak 900 Nm. Dalam hal akselerasi, Spectre sanggup mengilat dari 0-60 km/jam dalam tempo 4,4 detik.
Daya jelajah Rolls-Royce Spectre berdasar metode WLTP mencapai 530 km (329 mil). Menurut perusahaan, ia sangat cocok dengan gaya hidup klien mereka. Sebab rata-rata memiliki lebih dari tujuh mobil di garasi mereka yang dipilih untuk acara tertentu. Bahkan rata-rata berkendara bersama Rolls-Royce saat ini 5.100 km per tahun. Sedangkan waktu pengisian daya dari 10-80 persen ialah 34 menit. Tapi syaratnya menggunakan pengisi daya cepat (ultra-fast charging DC) berkekuatan 195 kW. Diklaim sanggup memberi pengisian daya kuat, cukup buat menempuh jarak 100 km dalam waktu sekitar sembilan menit.
Rear Wheel Steering
Yang menarik lagi, saat berkendara bersamanya terasa praktis. Khususnya ketika Rolls-Royce Spectre bermanuver dan parkir. Bayangkan dengan panjang kendaraan mencapai 5,4 meter padahal jenis coupe. Pastilah kalau tanpa teknologi rear wheel steering bakal semakin kerepotan. Jadi, ban belakang ikut sedikit berbelok, misal ketika putar balik. “Betul roda belakang ikut berbelok sekitar 3 derajat dalam kondisi kecepatan mobil di bawah 80 km/jam. Fungsinya memudahkan pengemudi,” imbuh Daffa Raffiano.
Material Bateri Tidak Sembarangan
Rolls-Royce Spectre Spectre memiliki baterai lithium-ion 102 kWh, dibuat menggunakan kobalt dan litium dari sumber yang dikontrol secara ketat di Australia, Maroko dan Argentina. Sel baterainya konon diproduksi menggunakan 100 persen listrik ramah lingkungan. Unit telah diuji secara ekstensif dalam suhu mulai dari -40°C hingga +50°C. Kendaraan memiliki sistem manajemen termal on-board, menjaga suhu pengoperasian optimal setiap saat. Jadi, sumber baterai yang digunakan tidak sembarangan. Makanya di Eropa sendiri mewacanakan penggunaan paspor baterai agar mengetahui rekam jejak digital mengenai asal-usul baterai. Bukan dari penambangan ilegal tak ramah lingkungan. (Alx)
Baca Juga: NJKB Toyota Veloz Hybrid Mulai Rp264 Juta!
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.