Akhir 2022, OTO Media Group melakukan road test Mitsubishi Xpander Cross Premium CVT. Banyak pengetesan jalan dilakukan. Paling utama, merasakan langsung bagaimana pengendalian dan respons dalam berkendara. Ubahan suspensi dan penggunaan transmisi baru sangat mempengaruhi aspek kenyamanan. Di kelas small SUV, ia tergolong menyenangkan saat dibawa melesat. Meski sayang, tanpa fitur ADAS dan hanya dual airbag.
Mesin berkode 4A91 yang terpasang di balik kap Xpander Cross sangat legendaris. Dari tahun ke tahun terbukti keandalannya. Sempat juga dipakai Lancer 2007 dan Colt CZ3 2005. Namun sesuai regulasi Euro 4 di Indonesia, enjin sudah ketambahan exhaust gas recirculation (EGR). Hasil pembakaran empat piston MIVEC 1,5 liter DOHC. Didapat torsi tertinggi 141 Nm, pada 4.000 rpm dan tenaga 105 PS pada 6.000 rpm. Format sama dengan model lama. Namun respons berbeda.
Ini berkat transmisi baru jenis CVT, memberi penyaluran daya lebih mulus nan halus ke roda depan. Bahkan dibanding dengan model lama yang bertransmisi AT konvensional 4-speed. Dari kondisi diam, lantas pedal gas ditekan sedikit. Putaran mesin Xpander Cross berada di bawah 3.000 rpm. Speedometer bergerak cepat sekitar 40 km/jam dalam hitungan beberapa detik saja.
Baca Juga: Mitsubishi Xpander Cross Facelift Dibekali Active Yaw Control, Ini Fungsinya
Umumnya kendaraan dengan transmisi jenis CVT kerap dikeluhkan lamban saat tarikan awal. Namun tidak berlaku di Xpander Cross. Begitu kita tekan dalam pedal gas, sontak mesin menyalurkan tenaga ke roda depan. Cekatan. Ya memang, raungan mesin pasti terdengar. Tapi tidak lama, selanjutnya mobil bergerak cepat sesuai bukaan throttle. Perubahan rasio (virtual gear) terasa mulus tanpa jeda. Formulasi enjin bareng sistem penyaluran tenaga dari Mitsubishi patut diapresiasi.
Lalu mengenai pengendalian. Sebagai penyangga roda depan, terpasang jenis suspensi MacPherson Strut. Di belakang pakai Torsion Beam. Mitsubishi bilang, racikan dan diameter mirip kepunyaan Pajero Sport dengan katup. Nah, sistem valve seperti ini biasanya ditemukan di sedan mewah Eropa. Tapi Anda sudah bisa merasakan di kelas Xpander Cross. Saat mobil melindas jalan tak rata. Sistem mampu mentranslasikan guncangan sebagai getaran lembut di kabin.
Sebagai catatan pengujian. Xpander Cross yang dipakai road test menggunakan tekanan ban 32 PSI di depan maupun 30 PSI belakang. Sebab kendaraan tidak membawa beban banyak. Hanya ditunggangi satu sampai dua orang saja. Kalau tekanan lebih dari itu, pastilah membuat karakter bantingan suspensi seolah terasa sangat keras. Jadi, disesuaikan dengan jumlah muatan.
Tapi, ramuan baru suspensi ini bikin Xpander Cross sedikit lebih keras dari Xpander tipe Ultimate reguler. Namun pengembalian pegas (rebound) saat mobil melindas gundukan polisi tidur (speed bump) terasa halus. Di model lama, cenderung kaku dan cepat membal. Ini yang bikin mobil lebih stabil walaupun dengan ground clearance setinggi 220 mm. Mengilat di jalan tol terasa nikmat, cenderung menurut alias gampang dikendalikan. Sedangkan saat melahap jalan becek semi off-road di kawasan Bogor, tetap terasa nyaman. Guncangan masih dalam batas toleransi. (Alx/Odi)
Baca Juga: Perbedaan Varian Mitsubishi Xpander Cross dengan Xpander Ultimate CVT
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.