Buang jauh-jauh kesan Hyundai Ioniq 5 itu mobil biasa. Melihat tampilannya saja sudah seperti datang dari masa depan. Ibarat mobil konsep berjalan dan begitu memikat pandangan siapa saja. Belum lagi teknologi yang terkandung di dalamnya. Tak sekadar butuh intelegensi dalam memahami semua, tapi juga harus pintar beradaptasi terhadap pengalaman berkendara baru.
Itulah yang saya rasakan ketika bercengkerama selama 2 hari bersama Ioniq 5. Langsung diajak road trip oleh PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) menuju Cikole, Lembang, via kota Bandung. Kebetulan mendapat unit tes tipe teratas Ioniq 5 Signature Long Range. Harganya Rp829 juta dan jadi varian paling banyak dipesan.
Perjalanan Senayan-Cikole-Senayan memakan jarak 325 km. Sekaligus membuktikan Ioniq 5 bisa dibawa keluar kota tanpa perlu mengisi baterai, asalkan kemampuan jelajah mobil. Konsumsi energi setiap pengemudi pasti berbeda-beda. Tergantung cara memperlakukan mobil listrik dan memanfaatkan segala kecanggihannya. Itulah mengapa mengendarai Ioniq 5 tidak selazim mobil konvensional. Sangat unik, penuh tantangan, nyaman dan ternyata juga menyenangkan.
Siapa yang tergoda dengan torsi 350 Nm tersedia spontan bahkan dalam keadaan diam. Ketika pedal akselerator dibejek dalam, seketika tubuh terhembar kuat menahan gaya gravitasi. Tenaga dari motor listrik sebesar 217 PS. Berdasarkan klaim di spesifikasi resmi, sprint dari diam menuju 100 km/jam secepat 7,4 detik. Tentu tarikannya bak sebuah mobil sport.
Namun jangan terlalu larut dalam euforia saat sedang menuju luar kota. Bisa-bisa, baterai habis di tengah jalan atau tak sampai ke charging station. Ibarat gawai elektronik bertenaga baterai, semakin intens dipakai konsumsi energinya pun tambah besar. Begitu pula Ioniq 5. Semakin sering digeber, persentase baterai cepat turun sekaligus mengurangi daya jelajah. Perlu diingat juga, infrastruktur stasiun pengisian daya listrik belum banyak. Jarak tempuh wajib diperhitungkan.
Harus diakui, torsi besar Ioniq 5 membuat ketagihan. Khususnya saat bertemu jalanan menanjak. Bila mobil bensin maupun diesel butuh momen hingga torsi menguat di putaran tertentu, tidak bagi mobil listrik. Seketika butuh akselerasi, torsi sudah siap dan melesat tanpa susah payah.
Baca Juga: Fakta Tersembunyi Hyundai Ioniq 5 yang Bakal Banyak Dipertanyakan
Ya, mengendarai Ioniq 5 bisa tanpa perlu menginjak pedal rem sama sekali. Di mobil ini, Hyundai sekaligus memperkenalkan teknologi i-Pedal. Memang bukan barang baru dalam dunia mobil listrik. BMW dan Nissan sudah punya duluan. Tapi sangat memudahkan berkendara dan bikin rileks. Fitur semacam ini memang hanya dapat berlaku di mobil penggerak motor elektrik. Yang tanpa memakai transmisi multi-percepatan.
Fitur i-Pedal benar-benar memberi pengalaman berkendara hanya menggunakan satu pedal. Hanya pakai pedal akselerator untuk berakselerasi dan deselerasi, bahkan sampai keadaan berhenti. Saya merasakan khasiat ini dalam kondisi apapun. Baik jalanan dalam keadaan lancar dan juga macet. Efek positifnya, kaki tak mudah lelah akibat berpindah-pindah dari pedal throttle dan rem.
Cara mengaktifkan i-Pedal sangat mudah. Ini berhubungan juga dengan pengaturan regenerative braking. Setelannya dari tuas berbentuk paddle shift di balik kemudi. Ada 4 level dari 0 sampai 3. Tiap tingkatan akan terasa dari besaran rasa engine brake ketika pedal akselerator diangkat. Level teratas masuk model i-Pedal. Dalam kondisi ini, engine brake kian kuat dan mampu memberhentikan laju.
Saat kondisi engine brake itulah baterai kembali terisi energi hasil deselerasi. Sangat bisa menghemat baterai kala bertemu kemacetan atau sekadar stop & go. Terbukti saat perjalanan dari Cikole melewati Bandung untuk menuju ke tol Pasteur. Baterai berkapasitas 72,6 kW hanya turun 1% dan menyisakan jarak tempuh tak berubah. Bisa seperti menabung untuk menghadapi kondisi jalan tol yang bakal lebih boros energi.
Mengendarai Hyundai Ioniq 5 akan percuma kalau memanfaatkan teknologi yang ada. Apalagi kalau tidak bisa memahami cara penggunaannya, sungguh semua itu akan mubazir. Perjalanan Jakarta-Bandung-Jakarta yang dominan tol, mampu dilakukan secara santai dan tenang. Bukan hanya pakai satu pedal saja, bahkan tanpa menyentuh pedal dan setir pun bisa. Tentu tidak semua kondisi bisa dilakukan seperti itu. Perlu melihat situasi aman dulu.
Tentu saja Ioniq 5 dilengkapi sistem Hyundai SmartSense. Paket teknologi di dalamnya memungkinkan berkendara di tol tanpa menginjak pedal throttle, rem dan tangan juga bisa lepas dari kemudi. Smart Cruise Control with Stop & Go Function (SCC w/S&G) adalah adaptif cruise control yang membuat mobil mengatur kecepatan dan menjaga jarak dengan mobil di depan secara otomatis. Tak hanya dalam keadaan lalu lintas lengang, tapi juga kondisi macet dan bisa sampai berhenti. Ketika mobil depan beranjak jalan, tinggal tekan throttle sedikit maka SCC kembali aktif.
Lalu aktifkan juga tombol bergambar setir di kemudi. Lane Following Assist (LFA) akan menyala dan melacak garis jalur. Kemudi akan bergerak secara otomatis mengikuti marka dan menjaga mobil tetap di tengah jalur. Asal jangan terlalu jumawa. Kalau terlalu lama tangan terlepas dari kemudi akan muncul peringatan. Dan perlu diingat, setiap mau berpindah lajur wajib menyalakan sein terlebih dahulu.
Segala pemanfaatan teknologi mutakhir turut membantu efisiensi energi. Berangkat dari Cikole baterai dalam kondisi 52%. Tiba di Senayan Park masih ada 32% dan sisa jarak 145 km. Membuktikan rute Jakarta-Bandung-Jakarta tanpa perlu charge baterai. (Odi)
Baca Juga: Melalui V2L, Hyundai Ioniq 5 Bisa Dijadikan Sumber Listrik Perangkat Elektronik Apapun
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.