Benelli Patagonian Eagle dan Motobi 200 Evo kerap dijadikan bahan modifikasi. Pecinta motor cruiser bergenre klasik pasti mengenal dua model itu. Rasanya sayang kalau ingin merombak total dari barang gres. Unit bekas pun masih sangat layak jadi bahan utak-atik agar dibikin semakin menarik sesuai kebutuhan maupun keinginan personal. Bisa dibuat gaya bobber, tracker, chopper, scrambler hingga café racer. Siapkan saja dana Rp30 jutaan.
Di pasar bekas, Patagonian Eagle keluaran 2018 dijajakan Rp30 jutaan. Sedangkan lansiran 2019 dilepas sekitar Rp33 jutaan. Jenis ini menggunakan karburator, bukan injeksi (EFI). Mari lihat dari spesifikasi mesin lebih dulu. Ia mengusung jantung pacu 250 cc plus konfigurasi dua silinder segaris. Enjin mengeluarkan tenaga sampai 17,4 Hp pada 8.000 rpm. Torsi puncaknya 16,5 Nm di 6.000 rpm. Daya disalurkan lewat girboks manual lima percepatan.
Untuk menyemprotkan bahan bakar ke dalam dapur pacu, ia masih mengandalkan karburator besar. Jenis ini lebih digemari lantaran mesin memiliki suara bulat dan gahar bak moge betulan. Untuk mendinginkan mesin, Benelli menyediakan sistem pendingin cair. Radiator kecil terletak tepat di depan mesin. Sepintas mirip mesin empat silinder. Biarpun berkubikasi kecil, agaknya Patagonian lebih mentereng buat bergaya. Layak diprioritaskan dalam daftar pembelian.
Bicara fitur, sebetulnya tak ada yang menonjol pada Patagonian Eagle. Lampu depan klasik berbentuk bulat. Masih pakai bohlam. Jadi penerangan seadanya saja. Kemudian panel instrumen bertipe analog. Selain bentuknya bulat dan sederhana, fungsi panel tak lengkap. Hanya menunjukkan kecepatan, jarak tempuh dan indikator lampu sein kanan-kiri. Tak ada indikator bahan bakar. Anda harus rajin-rajin mengecek bensin dengan membuka tutupnya. Ya, manual sekali, sehingga perlu dimodif lebih baik lagi.
Baca Juga: Benelli 1200GT Mulai Dijual, Alternatif Murah Honda Gold Wing
Opsi lain datang dari Motobi Evo. Harga bekas tahun produksi 2019 sekitar Rp27 jutaan sampai Rp29 jutaan. Mesin berkapasitas 197 cc, satu silinder SOHC. Enjin bisa memuntahkan torsi puncak 13,9 Nm pada 6.000 rpm. Daya maksimalnya 12,7 Hp pada 7.500 rpm. Penyaluran tenaga mengandalkan transmisi manual lima percepatan. Lalu mekanisme penyemprotan bahan bakar sudah injeksi (EFI). Tapi perlu dicatat, suara yang disemburkan tak sebagus mesin dua silinder. Tanggung sekali, mending tambah sedikit bisa dapat Patagonian Eagle 250 karbu.
Fitur Motobi 200 Evo sedikit lebih unggul. Meski cuma pakai satu panel meter tapi sudah digital. Di dalamnya ada informasi speedometer, tachometer, tripmeter, odometer dan indikator bensin. Kedua model ini memang dibuat sederhana. Pasalnya salah satu pasar yang digaet, pehobi atau modifikator motor klasik. Saat ini builder lokal juga makin menjamur serta tambah kreatif dalam merombak motor. (Alx/Odi)
Baca Juga: Benelli TRK 800 Mendebut, Penantang Serius Yamaha Tenere 700
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.