Cara Toyota Wujudkan Netralitas Karbon di Industri Otomotif dan Produknya
Toyota menjalankan banyak langkah dalam mengurangi emisi gas buang. Mulai dari proses manufaktur, pendistribusian kendaraan, hingga menyuguhkan produk ramah lingkungan. Semua itu dilakukan sebagai upaya netralitas karbon. Mereka membeberkan bagaimana melakukan secara konkrit hingga menargetkan menuju netralitas karbon pada 2050. Contoh, menyediakan mobil ICE beremisi rendah, menyuguhkan Flex-Fuel, kendaraan elektrifikasi dan EV, hingga bahan bakar sel hidrogen. Begini perjalanannya.
KEY TAKEAWAYS
Toyota melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan netralitas karbon
Toyota targetkan 100 persen netralitas karbon pada 2050Netralitas Karbon di Industri Otomotif
Bicara soal (carbon neutral) netralitas karbon di industri otomotif, bukan hal mustahil. Untuk mencapai emisi CO2 begitu rendah hingga level nol. Maka di semua proses sepanjang siklus hidup kendaraan. Yakni mulai dari manufaktur, pengiriman, penggunaan, pengisian bahan bakar dan/atau daya, serta daur ulang dan pembuangan harus ramah lingkungan. Lantas bagaimana dengan Toyota?
Lingkup netralitas karbon berarti bicara dalam skala luas. Toyota bahkan sudah acuh (peduli) terkait lingkungan sedari lama. Mereka telah berinovasi dan berinvestasi dalam teknologi guna mengurangi emisi dan mencapai netralitas karbon selama lebih dari 30 tahun. Kilas balik ke era 1990-an. Kala itu, perusahaan ingin sekali mencapai tujuan ambisius membangun kendaraan dengan efisiensi bahan bakar dua kali lipat di kelas Corolla. Keandalan tergolong tinggi, plus biaya operasional rendah. Ada banyak pendapat skeptis pada saat itu, tapi mereka berhasil.
Kemudian pada 1996, Toyota mengembangkan dan meluncurkan kendaraan listrik baterai pertamanya, RAV4 EV. Model SUV berjantung elektrik ini menghadapi tantangan signifikan. Misal terkait dengan daya jelajah terbatas, waktu pengisian daya lama dan kurangnya infrastruktur pengisian tersedia. Tetapi insinyur Toyota menggunakan umpan balik pelanggan untuk melakukan penyempurnaan di model lain.
Maka pada 1997, Toyota luncurkan Prius, mobil listrik hybrid (Hybrid Electric Vehicle/ HEV) pertama di dunia yang diproduksi secara massal. Membawa HEV ke pasar tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini melibatkan banyak inovasi dalam motor, inverter, mesin, baterai dan elektronik. Beberapa transformasi pabrikan dalam teknologi, proses manufaktur, peningkatan keselamatan dan uji kelayakan sema, hingga daur ulang bagi manufaktur terus ditingkatkan.
Dari pengalaman itu, selama 25 tahun terakhir. Toyota tetap memegang janji dalam mewujudkan produk baru namun tetap membantu mengurangi emisi karbon. Bisa Anda lihat, sekarang mereka punya kendaraan hybrid (HEV), kendaraan listrik baterai (Battery Electric Vehicle/ BEV), kendaraan listrik hybrid plug-in (Plug-in Hybrid Electric Vehicle/ PHEV) dan kendaraan listrik sel bahan bakar hidrogen (Fuel-Cell Electric Vehicle/ FCEV). Selain itu, Toyota berkomitmen 100 persen guna mencapai netralitas karbon pada 2050 atau bahkan lebih awal.
Jadi, bila Anda merupakan pengguna kendaraan elektrifikasi dan ramah lingkungan Toyota. Maka sudah bagian dari perwujudan netralitas karbon. Untuk pilihan hybrid, Toyota Astra Motor memiliki sejumlah model seperti: Innova Zenix HEV, Alphard HEV, Camry HEV, Altis HEV, Corolla Cross HEV dan Yaris Cross HEV. Opsi PHEV ada Pris PHEV dan All New RAV4 GR Sport PHEV. Selanjutnya kategori EV berupa BZ4X. Tak menutup kemungkinan tahun depan semakin banyak produk green mobility yang disuguhkan buat masyarakat luas.
Netralitas Karbon di Kendaraan
Sebuah produk ramah lingkungan selalu berfokus terhadap netralitas karbon. Ke depan, Toyota akan memperkenalkan lebih banyak lagi pilihan kendaraan berteknologi listrik pada masa mendatang. Hal ini demi memberikan lebih banyak opsi bagi konsumen di seluruh dunia. Volume penjualan gabungan kendaraan listrik Toyota, termasuk HEV, BEV, PHEV dan FCEV saat ini tercatat lebih dari 2 juta kendaraan per tahun.
Kalau berdasar data pabrikan. Mesin siklus Atkinson di model-model HEV dan PHEV Toyota sangat efisien, hingga sekitar 40 persen. Peningkatan ini telah membantu mengurangi emisi di banyak bagian dunia. Dampak positif dari inovasi Toyota memungkinkan pengurangan emisi karbon kumulatif sekitar 140 juta ton dalam lebih dari 20 tahun (total estimasi). Ini setara dengan menghilangkan 1,5 juta kendaraan penumpang biasa dari jalan setiap tahun selama jangka waktu itu. Mereka tidak berhenti di situ saja. Perusahaan siap mengenalkan 15 model kendaraan listrik baterai (BEV) secara global pada 2025. Termasuk tujuh model toyota bZ series.
Toyota juga memperluas dan meningkatkan jajaran produk HEV, PHEV dan FCEV. Untuk mendukung semua produk baru ini. Mereka terus melakukan investasi global di teknologi baterai baru, seperti baterai solid state. Seiring dengan motor listrik yang lebih efisien. Baterai baru ini dapat membantu pengembangan mobil listrik semakin praktis, aman dan berkelanjutan.
Untuk mencapai netralitas karbon tidaklah gampang. Namun Toyota yakin dunia dapat mencapai itu semua. Walau masih banyak tantangan dalam mewujudkan impian bersama ini. Bahkan dengan teknologi baterai yang sempurna, BEV tetap menghasilkan berton-ton emisi CO2 jika diisi oleh listrik yang dihasilkan oleh batubara atau sumber energi tak terbarukan lain. Tak hanya kendaraan elektrifikasi. Perusahaan jua banyak menyediakan alternatif demi menekan emisi. Misalnya teknologi Flex-Fuel, mesin konvensional ICE yang bisa minum etanol, hingga berbahan hidrogen Fuel Cell (FC).
Flex-Fuel Technology
Dalam melakukan pengembangan Flex-Fuel technology untuk kendaraan Toyota bermesin pembakaran internal (ICE). Sekarang Corolla Cross Hybrid bersama Fortuner sudah 100 persen kompatibel dengan bahan bakar Bioetanol (E100). Lalu mobil konsep Corolla Cross yang sanggup menggunakan BBM hidrogen murni (H2) juga ada. Ketiga model mengundang perhatian pengunjung di main booth Toyota GIIAS 2023 Agustus kemarin.
Perlu dicatat, semua model ICE terbaru Toyota telah dirancang supaya dapat memakai bahan bakar Bioetanol (E10) dengan mudah tanpa perubahan apapun. Contohnya Pertamax Green 95 dengan komposisi etanol 5 persen, bisa digunakan tanpa kendala di produk TAM. Intinya, Toyota mengajak pelanggan untuk memberikan kontribusi lebih besar guna mengurangi pemakaian bahan bakar fosil. Termasuk menekan emisi karbon dalam mobilitas sehari-hari.
Kendaraan Internal Combustion Engine/ICE Ramah Lingkungan
Hingga sekarang, lebih dari 1,4 miliar kendaraan di dunia dan sebagian besar memiliki teknologi mesin pembakaran internal (ICE). Toyota sedang menjajaki kemungkinan cara untuk “membersihkan” (membuat lebih ramah lingkungan) kendaraan ICE warisan dunia yang masih akan beroperasi selama 10-15 tahun ke depan.
Bahan bakar hidrogen juga dapat menjadi salah satu opsi bakar yang lebih bersih. Beberapa tahun lalu, Toyota mendemonstrasikan prototipe mesin hidrogen baru yang dapat memperluas pilihan untuk mencapai netralitas karbon lebih cepat. Lalu di dunia motorsports, perkembangan teknologi baru terjadi sangat pesat. Presiden Akio Toyoda, yang merupakan pengemudi ahli, turun langsung mengambil kemudi dan berulang kali mengevaluasi kendaraan dan kemajuan teknologinya. Tugas Toyota dalam membuat “ever-better car” juga memiliki potensi untuk memungkinkan lebih banyak lagi motorsport ramah lingkungan.
Alternatif Bahan Bakar Hidrogen (Fuel Cell)
Inovasi energi hijau yang bertujuan untuk mencapai netralitas karbon di lakukan Toyota di banyak teknologi seperti sel bahan bakar hidrogen (FCEV). Hidrogen merupakan unsur paling melimpah di alam semesta dan dapat diproduksi secara lokal menggunakan energi terbarukan dan air. Hidrogen juga dapat menyediakan penyimpanan energi terbarukan jangka panjang untuk digunakan bahkan jika penggunaannya mengalami masa puncak.
Usai 20 tahun penelitian dan pengembangan, pada tahun 2014, Toyota Meluncurkan Mirai, kendaraan listrik sel bahan bakar hidrogen produksi massal pertama. Ia sempat memenangkan penghargaan World Green Car of the Year 2016. Teknologi sel bahan bakar benar-benar unik. Saat kendaraan bergerak, udara dari luar bergabung dengan hidrogen di sel bahan bakar untuk menghasilkan listrik dan air. Kendaraan tanpa emisi ini dapat diisi ulang dalam tiga menit.
Toyota telah memperkenalkan Mirai generasi kedua pada Desember 2020 yang lalu. Perusahaan telah meningkatkan kinerja, kenyamanan dan efisiensi. Serta meningkatkan daya jelajah EPA (Environment Protection Agency) hingga 647 km. Terlepas dari peningkatan ini, energi hidrogen masih menghadapi banyak tantangan. Misal terkait ketersediaan infrastruktur, efisiensi keseluruhan dan produksi hidrogen bersih (ramah lingkungan) berbiaya rendah.
Namun Toyota terus berinvestasi dalam teknologi untuk mengatasi tantangan ini. Apalagi, mobil penumpang hanyalah sebagian kecil dari potensi masa depan hidrogen. Teknologi ini dapat menjadi bagian dalam membantu pencapaian ekosistem transportasi bersih di seluruh dunia. Hal ini berarti dapat mencapai netralitas karbon di truk dan angkutan berat, kereta api, bus, taksi, penerbangan, pengiriman, forklift dan proses industri. Semuanya merupakan gabungan emisi CO2 melebihi mobil penumpang.
Yang menarik lagi, Toyota juga telah mengembangkan sel bahan bakar modular dan generator sel bahan bakar “mandiri”. Teknologi dapat diposisikan ulang guna menghasilkan listrik di mana saja, sesuai permintaan. Misalnya, Anda dapat menggunakan generator sel bahan bakar mandiri Toyota untuk membuat stasiun pengisian daya bagi BEV maupun PHEV.
Komitmen dan Bukti untuk Mencapai Netralitas Karbon
Toyota memiliki komitmen yang kuat terhadap netralitas karbon. Buktinya mereka memiliki jajaran kendaraan listrik terbesar dan berkembang pesat di dunia (BEV, HEV, PHEV dan FCEV). Karena pengalaman sejarah dalam bekerja dengan elektrifikasi selama hampir 25 tahun. Perusahaan mengantongi teknologi kelas dunia dan posisi kuat dalam membantu berbagai negara di seluruh dunia untuk mengurangi emisi dan mencapai netralitas karbon. lebih cepat. Ini semua dilakukan sebelum aturan yang diamanatkan oleh pemerintah atau gerakan global baru-baru ini dan tumbuhnya kesadaran akan perlunya Netralitas Karbon.
Di sisi lain, dalam upaya mengurangi emisi gas buang. Toyota juga sejak dulu melakukan hal itu. Nah, emisi gas buang merupakan sisa pembakaran yang terjadi di dalam mesin konvensional atau internal combustion engine (ICE). Dalam emisi gas buang terdapat sejumlah unsur kimia. Contohnya seperti air (H2O), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (NO2) dan hidrokarbon (HC). Selain air, keempat unsur lain memberikan dampak buruk bagi kesehatan maupun lingkungan.
Butuh kontribusi semua pihak. Termasuk masyarakat, sangat diperlukan demi mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor. Kita semua bisa memulainya dari hal kecil seperti menggunakan transportasi publik, melakukan uji emisi kendaraan secara berkala. Kemudian servis berkala sesuai rekomendasi pabrikan. Juga, memilih kendaraan ramah lingkungan seperti kendaraan elektrifikasi.
Pemerintah juga telah menegaskan komitmen untuk mencapai target net-zero emission (NZE) pada 2030. Melalui Perjanjian Paris, pemangku kepentingan berjanji hendak menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030. Salah satu upaya untuk mencapai target ini dengan melakukan pengembangan ekosistem mobil listrik di Indonesia. Lalu Kementerian Perindustrian menargetkan tiga juta unit populasi kendaraan listrik di Indonesia pada 2030. Dengan target itu, tingkat CO2 diprediksi bakal turun hingga 4,6 juta ton.
Masih soal emisi gas buang. Toyota telah melakukan gerakan pengurangan emisi gas buang kendaraan bermotor jauh sebelum regulasi-regulasi yang berkaitan dengan itu ditetapkan pemerintah. Langkah itu antara lain mengadopsi teknologi-teknologi rendah emisi. Kalau di kendaraan sejuta umat bisa ditemui teknologi seperti Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing-Intelligent (VVT-I) dan Dual VVT-I. (ZW)
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Mobil Toyota Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil Toyota dari Carvaganza
Artikel Mobil Toyota dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Road Test