Sesi kedua di program Electria Vol. 2. OTO Media Group membedah segala kapabilitas berkendara Hyundai Ioniq 6. Termasuk memahami karakter mesin, bersama sistem pengendalian (handling). Mobil yang diimpor utuh (CBU) dari Korea Selatan ini memiliki daya jelajah 519 km dalam kondisi baterai 100 persen. Unit tes berkelir nocturne grey matte ini gunakan platform sama dengan Ioniq 5. Namun harga lebih mahal, dilepas Rp1,2 miliar OTR Jakarta. Seperti apa rasa berselancar bersamanya?
Handling
Langsung saja, saat masuk kabin Ioniq 6 tidak ada nuansa mewah. Malah lebih ke arah kontemporer. Secara umum tampilan dasbor dan lingkar kemudi seperti milik Ioniq 5, meski ada sedikit perbedaan di konsol tengah. Dengan tinggi penguji 173 cm, duduk di bangku depan terasa nyaman. Walau jenis coupe EV, namun penglihatan ke luar sangat mudah didapat. Visibilitas di depan, samping dan belakang oke. Cenderung minim blind spot.
Baca Juga: Bedah Fungsi dan Cara Pakai V2L Hyundai Ioniq 6
Jujur saja, tidak semua orang bisa menerima rancangan tubuh sang coupe BEV itu. Tapi asal tahu, bahasa desain streamliner ini sangat mempengaruhi sensasi berkendara. Kenapa demikian?
Sebagai sebuah sedan coupe, Hyundai Ioniq 6 memiliki koefisien drag 0,21 saja. Artinya ia merupakan kendaraan berdaya setrum paling aerodinamis di muka bumi. Perlu diketahui, kendaraan ini menggunakan platform E-GMP, sama dengan saudara yang lain. Sekadar perbandingan. Nilai koefisien drag Ioniq 5 hanya 0,28. Rasa berkendara malah jauh berbeda.
Hyundai Ioniq 6 menggunakan tipe suspensi MacPherson Strut di depan dan Multi-link sebagai penyangga roda belakang. Lalu jarak sumbu roda 2.950 mm. Selama pengetesan di program Electria Vol. 2 dari SPKLU Gambir hingga daerah Lembang, Bandung Barat. Ia terasa memiliki bantingan yang jauh lebih keras, bahkan jika dibandingkan Ioniq 5, walau formulasi sama. Sebagai penggambaran, unit memakai pelek 20 inci. Lalu ban yang digunakan cukup tipis 40 mm dan lebar 245 mm. Pastilah ketebalan karet turut berpengaruh terhadap bantingan.
Apalagi, tekanan standar ban seperti tertera di Tire Pressure Monitoring System Ioniq 6 ialah 38 psi. Di sini Anda bisa membayangkan seperti apa rasa mobil dengan pelek besar, ban tipis dan tekanan tinggi. Fakta inilah yang membuat mobil tak bisa dibilang lembut. Saat menjadi pengemudi, rasa percaya diri meningkat. Melesat kencang di jalan bebas hambatan pun tak jadi problem. Amat stabil dan mudah dikendalikan. Namun begitu menjadi penumpang di baris kedua, redaman layaknya sports car kebanyakan: keras.
Dengan format suspensi dan desain streamliner macam itu, bikin Ioniq 6 lebih mantap dipacu kencang. Contoh lagi saat ia berselancar di tol Cipularang yang terkenal memiliki embusan udara kencang. Tidak terasa dorongan angin samping, karena ia merupakan sedan dan mungkin insinyur Hyundai merancang sedemikian rupa agar stabil dari aneka tekanan udara.
Performa Mesin
Ioniq 6 menggunakan dual motor yang tertanam di depan maupun belakang. Sistem penggerak menganut all wheel drive. Berbekal baterai 77,4 kWh, mobil mampu menghasilkan tenaga sebesar 239 kW (326 PS) dan torsi puncak 605 Nm. Ini bisa didapatkan pengguna secara instan. Kalau klaim dari pabrikan, ia sanggup mengilat dari 0–100 km/jam hanya dalam tempo 5,1 detik. Lalu kecepatan maksimal tembus 185 km/jam.
Yang pasti saat OTO Media Group menjajal di jalan bebas hambatan di Cipali dan Cipularang. Mengajak Hyundai Ioniq 6 lari hingga kecepatan 100 km/jam, sama sekali tidak kerepotan. Malah kadang saking asyiknya berkendara, tahu-tahu melesat sudah di atas itu. Padahal gaya berkendara Eco. Tapi sudah bisa diajak ngebut. Hanya motor belakang bekerja saat Anda pakai mode ini.
Selanjutnya saat mengubah ke Normal, lewat tombol di kiri setir. Hyundai Ioniq 6 semakin agresif. Traksi ban seakan meningkat, diikuti pergerakan mobil secara tangkas. Makin beringas lagi kalau Anda mengubah ke gaya Sport. Ambient light berubah menjadi merah, termasuk di panel meter. Ketika pedal akselerator disentuh sedikit saja, putaran motor menjadi semakin beringas. Di sini penggerak all wheel drive bekerja, memanjakan pengemudi dengan respons yang bikin adrenalin mengucur deras. Lalu bila kita menekan tombol beberapa detik, mode Snow pun aktif. Lebih cocok dipakai saat jalanan basah atau ketika hujan, untuk mengatasi gejala selip roda.
Regenerative Braking
Terpasang tombol semacam paddle shift di balik lingkar kemudi Hyundai Ioniq 6. Perlu dicatat, fungsinya bukan untuk memindah posisi gigi. Namun ia mengatur regenerative level. Pengereman macam engine brake. Sistem bisa diposisikan di level 0 artinya tidak ada perlambatan saat akselerator dilepas. Terus tambah ke level 1, dengan sedikit pengereman, hingga level 3. Terakhir ialah mode i-Pedal, Anda bisa menghela laju kendaraan tanpa injak pedal rem.
Nah, perlu adaptasi bagi yang pertama kali bawa kendaraan listrik murni. Jika sudah mahir, berkendara di dalam kota paling enak ke level 3 atau i-Pedal. Sebab jarang sekali menyentuh pedal rem. Kaki bisa lebih relaks ketika melenggang di kemacetan jalan. Berkendara bersama Ioniq 6 pun kian menyenangkan. Untuk kelengkapan fitur asistensi mengemudi, bakal tersaji di artikel terpisah. (Alx)
Baca Juga: Biaya Perawatan Wuling BinguoEV hingga 105 Ribu Km Semurah Ini
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.