JAKARTA – Ada satu gambaran yang bisa mendeskripsikan Mercedes-Benz E-Class. Ibarat sebuah pohon tua di tanah kosong yang terus bertahan meski diterjang badai. Semakin kesini semakin kokoh dan sulit dirobohkan. Pun tangkainya terus menumbuhkan cabang.
Berlebihan? Rasanya tidak Mercedes-Benz E-Class memiliki kekuatan image sedan eksekutif berdiri sangat kuat. Tak luput dari peran para leluhur, jauh sebelum Mercedes-Benz menyuratkan strata kelas.
Terbagi dari Ponton
Ada dua model yang terasosiasi dengan merek ini sejak dahulu: S-Class dan E-Class. Diferensiasi keduanya memang dilakukan pasca Perang Dunia II melalui model kuno W187, W136, dan W191. Saat itu masih terlalu rancu untuk memisahkan karena hampir seluruh karakteristik eksterior nyaris identik. Meski begitu, Mercedes menyatakan W187 adalah nenek moyang S-Class, sementara W136 dan W191 mengawali perjalanan E-Class.
Kalau ditarik garis, pemisahan ini mulai terlihat lebih jelas pada 1953. Saat Mercedes-Benz memasuki babak baru lewat gaya bodi “Ponton”. Merupakan Mercedes pertama dengan rancang bangun unibody dan desain three-box. Ya, Ponton lahir sebagai pelopor sedan modern.
Ponton – atau lazim kita panggil Mercy Kentang – terbagi atas dua spesies: empat silinder dan enam silinder. Dimensi dan kemewahan berbeda meski lenggokannya cenderung mirip. Jika bicara soal pembagian kelas, semua masih tersirat. Namun, model empat silinder – tipe 180 dan 190, kode sasis W120/W121 – dipastikan sebagai ‘mbah’-nya sang sedan eksekutif berukuran medium. Mengisi posisi entry level dengan dimensi lebih pendek dan desain interior sederhana.
Fintail Datang
Melanjutkan kiprah Ponton, Mercedes-Benz memasuki era 60-an dengan mengikuti tren gaya Amerika. Tepat pada 1959 meluncur line-up kelas mewah bermesin enam silinder, kode sasis W111, sebagai jalur S-Class. Garis keturunan E-Class sendiri baru dituliskan pada 1961, mengusung model 190 dan 190 D berkode W110. Semua punya panggilan sayang Fintail, kalau di Indonesia lebih dikenal dengan Mercy Batman, karena memiliki sirip kecil di bagian buritan.
Seperti Ponton, lenggoknya juga sulit dibedakan antara dua tingkatan kasta lantaran berbagi satu desain bodi. Versi E-Class ditunjukkan oleh lampu berbentuk lingkaran di depan, lampu belakang lebih kecil, serta permukaan bodi lebih polos tanpa dihiasi banyak trim kromium. Selain punya gaya unik, Fintail menjadi inisiator Crumple Zone – area untuk meredam benturan ketika terjadi kecelakaan – di mobil penumpang Mercedes Benz.
Di generasi ini, Mercedes perdana memisahkan rancangan kembar identik antara E dan S. Ditandai oleh kelahiran model mewah sebagai pendahulu S-Class, W108, pada 1965. Juga pada zaman Mercy Batman, varian cikal bakal E-Class diperluas. Perdana disematkan jantung enam silinder pada tubuh empat silinder, membawa nomenklatur 230. Lalu, Mercedes Benz pasarkan versi estate pertama mereka meski berstatus rakitan coachbuilder.
Strich Acht
Strich Acht, Stroke 8, “/8”, begitulah ia dijuluki. Menandakan tahun kelahiran model W114/W115 pada 1968. Kalau di Tanah Air lebih dikenal sebagai Mercy Mini. Di titik ini terlihat sang model mid-size memisahkan diri dari desain Fintail. Berubah drastis dan punya gaya tersendiri, tidak terafiliasi langsung dengan kelas atas sehingga semakin menguatkan diferensiasi.
Pasar kian berkembang dan Mercedes-Benz pun tampak berusaha mengikuti permintaan. Percobaan perluasan varian sudah dieksekusi pada generasi W110, lantas upaya itu kian dimatangkan. Bisa dilihat jelas pada penawaran tiga opsi bodi: Sedan, Coupe, LWB (Limosin). Belum lagi seleksi mesin sampai 10 tipe mulai dari 200 hingga 280 E. Belum, penamaan E-Class belum eksis di generasi ini karena huruf E adalah penanda bahwa pasokan bensin ke ruang bakar memanfaatkan sistem injeksi.
Entah diniatkan sedari awal atau tidak, W114/W115 berhasil mendulang popularitas tinggi. Mungkin karena keberagaman varian. Ia menjadi Mercedes pertama yang sukses menembus angka penjualan 1 juta unit. Dicatatkan total produksi sebanyak 1.919.056 unit untuk seluruh jenis bodi, mesin, dan sasis.
Si Manis dan Cantik W123
Mercedes-Benz sudah menerapkan identitas Sonderklasse pada model W116 pada 1972. Sementara itu, penerus intermediate class, W123 yang lahir pada 1976, masih belum mendapatkan kepastian identitas. Tak masalah, setidaknya dibuat manis mengikuti arahan gaya berikut perkembangan teknologi S-Class. Ikonik dan cukup populer di sini, pasti tahu siapa dia.
Gaya S-Class diadopsi dengan melengserkan lampu vertikal untuk visual mengotak horizontal. Begitu pula di bokong, terlihat lampu berukuran lebar. Ubahan masuk dalam kategori evolusi, bukan revolusi. Sedikit nuansa generasi W114/W115 dipertahankan. Meski begitu, jajaran W123 dibuat lebih bervariasi lagi karena ketambahan model station wagon pertama buatan Mercedes Benz.
W123 memadukan kecanggihan generasi sebelum dengan kehebatan S-Class. Contoh pada kaki-kaki, di depan ia menganut perangkat Double Wishbone ala S-Class. Sementara di belakang terdapat komposisi Diagonal Swing Axle W114/W115. Di sektor pemacu daya, W123 mendapatkan enjin serupa generasi sebelum, barulah di pertengahan siklus hidup dibekali serangkaian opsi mesin anyar. Dalam mengembangkan model ini, para insinyur turut mempertimbangkan peningkatan keselamatan berkendara. Selain crumple zone, W123 dibekali airbag sebagai komponen opsional.
Kelahiran E-Class
Cerita dilanjutkan ke generasi W124 pada 1985. Mercedes Benz membuat sedan mid-size mereka kian nyaman dan canggih. Misal sektor kaki-kaki, dirancang sedemikian rupa untuk menjamin kenyamanan. Di depan mendapatkan strut shockbreaker independen, dan multi-link nan kompleks eksis di poros belakang. Untuk pemacu daya, banyak pilihan racikan mesin baru seperti 260 E dan 300 E.
Segala baru bahkan teknologi dan performa seakan menjadi prioritas utama. Kultur penggerak empat roda 4MATIC eksis kali pertama di model station wagon. Model yang kita kenal sebagai Boxer ini menampilkan fokus Mercedes-Benz terhadap performa tinggi melalui kelahiran 500 E. Di samping itu, line-up semakin variatif lagi karena jenis bodi cabriolet datang meramaikan.
Pada generasi ini identitas tiap model jadi jelas terdefinisi. Sebagaimana S-Class dan C-Class, seluruh seri 124 efektif mendapatkan penamaan E-Class pada Juni 1993. Berarti setelah pengenalan banyak model baru dan facelift tengah siklus. Cara penulisan nomenklatur berbeda: diawali huruf, baru dilanjutkan angka penunjuk kubikasi mesin (Contoh E 320). Sebagai pengingat, akhiran E pada nomenklatur lama ditempatkan sebagai akhiran. Menunjukkan bahwa pasokan bahan bakar menganut sistem injeksi.
Terus Berlanjut Hingga Saat ini
Begitulah cerita para leluhur E-Class membentuk jati diri hingga identitasnya jelas: sebagai sebuah mid-size luxury sedan. Lebih dari lima generasi bergulir memancangkan tonggak pencapaian Mercedes. Tidak berhenti sampai di situ. Perjalanan terus berlanjut dan tampak jauh dari kata usai. Lihat saja, sudah berapa generasi berlanjut setelah W124.
Coba dihitung, pada 1995, W210 “New Eyes” bermata empat ikut mengantarkan Mercedes Benz melewati peralihan Millenium. Baru setelah itu ia digantikan W211, lanjut ke W212, dan terakhir datang W213. Generasi terakhirnya belum lama ini melewati fase setengah siklus hidup. Tinggal menunggu sang penerus mulai menampakkan diri dalam balutan kamuflase dan kemudian setelah itu E-Class terlahir kembali. (Krm/Raju)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.