Ferrari 296 GTS meluncur di Indonesia melengkapi versi hardtop 296 GTB. Convertible ini sudah bisa dipesan oleh konsumen, namun harus menunggu kedatangan ke garasi Anda setidaknya selama dua tahun. Informasi terkait banderolnya tak diungkap. Kalau mengacu di Eropa, 296 GTS ditawarkan seharga 300 ribu Euro atau setara Rp4,6 miliar.
Ia convertible perdana dari pabrikan yang menggendong mesin V6 berteknologi Plug-in-Hybrid (PHEV). Meski konfigurasi mesin tak segahar V8 atau V12, output dan raungan enjin mobil ini tetap menawarkan sensasi mendebarkan.
Selling point lain disuguhkan adalah adalah Retractable Hard Top (RHT). Pengoperasian buka tutup dilakukan sepenuhnya secara elektronik dengan durasi 14 detik saja. RHT ini bukan cuma mendongkrak kosmetika namun menghasilkan geometri lebih atraktif dibandingkan model Spider Ferrari sebelumnya.
Hal menarik lainnya adalah peleburan warna baru yang hanya ada di 296 GTS. Kelir ini bernama Rosso Imola, merah yang dihasilkan sedikit lebih gelap dibandingkan merah khas Ferrari. Komposisi tersebut membuat mobil ini bukan hanya misterius namun juga terlihat eksklusif.
Kap berbahan kaca di belakang mengemas mesin 2.992 cc, dual Turbocharged dengan sokongan teknologi hibrida. Racikan enjin ini mampu memuntahkan tenaga maksimal hingga 830 HP dan Torsi 740 Nm yang disalurkan lewat roda belakang dengan transmisi otomatik 8-percepatan paddle-shifter.
Catatan akselerasi dari posisi diam menuju 100 km/jam bisa dituntaskan dalam waktu 2,9 detik saja. Sementara kecepatan puncaknya mampu digeber sampai 330 km/jam.
Gabungan antara mesin bakar dan motor listrik berkapasitas 7,4 kWh-nya bekerja lewat Transition Manager Actuator (TMA). Fungsi lainnya, mobil ini juga bisa berjalan dengan mode full listrik yang mana dalam keadaan baterai penuh bisa dipakai hingga 25 km dengan klaim top speed mencapai 135 km/jam.
Guna memberikan banyak opsi kepada pemiliknya, 296 GTS dibenamkan 4 driving mode. Pertama adalah E-Drive yang mengandalkan tenaga listrik murni tanpa bantuan Internal Combustion Engine (ICE).
Pilihan selanjutnya adalah Hybrid. Ini jadi opsi default yang mengaktifkan kedua sumber tenaga yakni mesin bakar dan motor listrik demi meningkatkan performanya di jalan raya.
Yang ketiga adalah Performance, modus ini bukan cuma mempekerjakan ICE sebagai sumber utama namun juga memerintahkan untuk memasok daya ke baterai motor listriknya. Regenerasi energi dari mobil ini menggunakan MGU-K (motor generator unit – kinetic) yang diadopsi dari Formula 1. Dan terakhir adalah Qualifying yang menghadirkan performa lebih brutal dan mengurangi beban ICE untuk mengisi daya baterai. Seluruh driving mode ini bisa diatur dengan praktis lewat tombol dekat lingkar kemudi.
Perbedaan antara 296 GTS dan GTB, selain bodi convertible ada di bobotnya. Versi atap terbuka dijelaskan lebih berat 70 kg dibandingkan GTB. Ini dikarenakan pemasangan komponen motor untuk fungsi RHT. Kendati demikian sensasi mengendarai mobil gahar ini tetap dijanjikan oleh pabrikan.
Tak salah bila menyebut 296 GTS adalah mobil berperforma buas tapi juga ramah lingkungan. Harganya tentu tinggi, tapi tak apa kalau kemampuan finansial Anda mencukupi. Ingin tampil beda dengan atap terbuka dan berkontribusi mengurangi polusi udara dengan teknologi PHEV yang dimilikinya. (Kit/Odi)
Baca Juga: Supercar Plug-in Hybrid Ferrari 296 GTB Mengaspal di Indonesia
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.