Kami mendapatkan momen bertemu langsung Hyundai Stargazer. Low Multi Purpose Vehicle (LMPV) terbaru yang dibuat di pabrik Hyundai Motor, Cikarang, Jawa Barat. Woojune Cha, Presiden Direktur PT HMID mengungkapkan, Stargazer menjadi produk keempat yang mendapat status "Made in Indonesia" setelah Creta, Ioniq 5 dan Santa Fe. Kehadiran Stargazer menjadi wujud komitmen Hyundai sebagai customer centric brand.
Setelah hanya sempat mengulik sisi data spesifikasi, akhirnya kesempatan melihat secara langsung tiba. Hyundai Stargazer memang memiliki desain atraktif untuk kelas low MPV yang lebih menekankan harga.
Ukuran sekilas tidak berbeda jauh dengan pemain lain di kelasnya. Panjang 4.460 mm, lebar 1.780 mm, tinggi 1.690 mm dengan jarak sumbu roda 2.780 mm. Berkonfigurasi tiga baris, juga memiliki jarak overhang depan sejauh 800 mm dan overhang belakang 880 mm. Soal ukuran panjang dan lebar, Stargazer lebih besar dibanding Avanza. Namun jika dibandingkan New Xpander, Stargazer lebih pendek di ukuran panjang dan tinggi.
Bahasan soal desain menjadi utama pada pertemuan perdana ini. Hyundai menginginkan Stargazer menjadi produk yang menarik perhatian baik saat diam atau di jalan raya. Tidak heran, garis desainnya menggunakan pendekatan premium seperti Staria. Mudah dikenali dari DRL horizontal yang bergaya futuristik. Perhatian dilanjutkan ke grille depan dan under bumper yang memiliki kisi-kisi udara besar. Headlamp diletakkan di bumper berukuran besar yang didesain bersatu dengan lampu sein, serta foglamp.
Profilnya terlihat seperti satu tarikan garis mulai dari depan hingga ke belakang. Ini membuat kesan modern plus tambahan informasi mengenai hambatan udara di angka 0,33. Sementara New Xpander hanya 0,38.
Melihat sisi samping, ternyata tidak terlalu polos-polos amat. Masih ada garis tajam di wheel arch serta bagian pintu. Varian teratas Prime memakai pelek 16 inci dengan desain diamond cut. Hyundai sendiri juga mengungkapkan kesan tangguh SUV turut banyak menginspirasi.
Buritan Stargazer juga menjadi salah satu cara Hyundai membuat produk yang memiliki ciri khas. Stop lamp membentuk siluet huruf H dari kejauhan, dengan garis horizontal merah LED. Selain itu ada high mount stop lamp, logo Hyundai dan tulisan Stargazer berukuran besar di pintu belakang. Bemper bawahnya terlihat sederhana dengan kehadiran reflektor dan under guard.
Soal desain memang selera. Beberapa ada yang mengungkapkan seperti mirip beberapa rival yang hadir jauh lebih dulu. Ada juga yang bilang, tidak terlalu menggemari gaya van atau MPV ala Staria. Namun yang pasti, desainnya sungguh menarik untuk di kelasnya. Pasti ini akan menjadi tolak ukur baru untuk meminang produk Stargazer.
Baca Juga: Tampilan Hyundai Stargazer Dirilis, Harganya Mulai Rp243 Jutaan
Terasa sekali, interior Stargazer sangat mengutamakan kenyamanan. Perhatian pertama, banyaknya ruang penyimpanan di dasbor. Dari sisi penumpang sudah ada tiga area untuk meletakkan barang bawaan. Kemudian cup holder tersedia di masing-masing pintu hingga konsol tengah. Bahkan bagian kanan dasbor memiliki ruang untuk meletakkan telepon genggam.
Bagi yang mencari detail soft touch mungkin akan kecewa. Bahan plastik keras masih digunakan hingga door trim. Untungnya Hyundai punya cara lain untuk memperlihatkan kesan premium. Tidak lupa, ambient light bisa memberikan suasana berbeda.
Lingkar kemudi Stargazer menyerupai Creta. Tombol pengaturan audio, akses telepon, akses menu, cruise control dan pengaktifan fitur Hyundai SmartSense berada di sisi kiri dan kanan. Dipastikan tidak ada paddle shifter di balik setir.
Meter cluster display berukuran 4,2 inci dan tampilan atraktif dengan warna memberikan kesan tersendiri. Lewat layar ini beragam informasi juga terlihat jelas meski membutuhkan waktu untuk mengakses menu pengaturan soal kendaraan. Plus, Stargazer juga memiliki fitur tire pressure monitoring. Perlu sedikit penyesuaian melihat meter cluster ini terutama petunjuk putaran mesin. Angkanya selalu berubah cepat dengan satuan dipisahkan koma dan petunjuk perkalian 1.000 rpm. Meter cluster ini juga memberikan warna yang berbeda saat pengemudi mengakses mode berkendara yang dipilih.
Beranjak ke head unit. Ukuran 8 inci mengingatkan milik Creta. Soal menu dan kemampuannya pun terbilang mirip. Termasuk pengaturan sambungan telepon yang nantinya akan digunakan untuk Bluelink. Soal kualitas suara audio cukup baik tanpa masalah.
Pengaturan AC terdiri dari gabungan tombol fisik dan sentuhan. Tombol untuk mengatur semburan dan suhu. Sedangkan pengaturan sirkulasi, arah semburan, auto AC, off menggunakan panel sentuh yang cukup responsif.
Bagian bawah AC digital ada port pengisian daya serta ruang untuk pengisian daya tanpa kabel. Di kolom tengah tuas transmisi, tampak tombol mode berkendara dan kontrol traksi. Stargazer masih menggunakan rem tangan konvensional model tarik. Bisa jadi bahan cemoohan Toyota Veloz dan Mitsubishi Xpander. Alasannya mungkin karena harga.
Duduk di jok baris pertama kesannya cukup nyaman. Ini berkat penggunaan material kulit yang nyaman. Desain jok juga ergonomis menopang punggung selama mengemudi, terutama bagi tubuh dengan ukuran besar. Pengaturan maju mundur dan tinggi rendah hadir secara manual. Bagi pengemudi dengan tinggi badan 170 cm tidak ada masalah untuk mengatur posisi berkendara senyaman mungkin.
Baris kedua, Stargazer memberi semakin banyak ruang penyimpanan. Khusus varian Prime terdapat saku penyimpanan di belakang kursi pengemudi dan meja lipat di belakang penumpang depan. Cup holder tentu ada di masing-masing pintu kiri dan kanan baik di bagian atas maupun bawah.
Formasi tempat duduk captain seat ditawarkan dengan tambahan biaya Rp1,5 juta. Kursi ini memberikan armrest agar nyaman bagi penumpang. Ada juga pilihan kursi tersambung dengan arm rest yang bisa dilipat di tengah. Soal bahan jok, termasuk nyaman dengan sentuhan kulit.
Kenyamanan lainnya tentu blower AC dengan tiga tingkat semburan. Selain itu terdapat dua port USB untuk pengisian daya gawai dengan ruang penyimpanan. Soal ruang kaki, cukup lapang. Ini karena kursi baris kedua bisa diatur maju dan mundur sesuai kebutuhan. Ruang kosong di tengah juga bisa menjadi akses mudah untuk beranjak ke baris ketiga.
Bahasan soal baris ketiga dimulai dari cara masuk. Kursi baris kedua bisa dilipat dengan one tumble alias satu sentuhan tuas. Saat masuk ke paling belakang, penumpang ditawarkan pegangan tangan yang tertanam di pilar C. Ini membantu penumpang masuk ke dalam dengan nyaman.
Duduk di baris ketiga, ruang kaki tidak bisa dikatakan lega. Sebab penumpang harus berkompromi dengan penumpang baris kedua. Bahkan saat kursi baris kedua dimajukan maksimal, paha penumpang dewasa tidak tertopang seluruhnya alias sedikit terangkat. Beruntungnya jika bagasi belakang tidak digunakan, sandaran punggung baris ketiga bisa direbahkan hingga sekitar 60 derajat. Termasuk nyaman untuk sandaran punggung.
Masih ada cup holder di sisi kiri dan kanan serta power outlet di bagian kanan. Kursi baris ketiga bisa dilipat rata lantai untuk memberikan ruang penyimpanan lebih besar. Dari sebelumnya 200 liter menjadi 585 liter jika kursi dilipat.
Itu dia tadi impresi perdana bertemu langsung dengan Stargazer. Tunggu tulisan berikutnya mengenai impresi performa dan berkendara di kanal Road Test. (Sta/Odi)
Baca Juga: Buka Pemesanan, Hyundai Stargazer Bisa Dicicil Mulai Rp2,4 Juta Sebulan
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.