JAKARTA – “The Genesis of a new motorcycle legend.” Demikian kalimat pertama yang saya baca ketika membuka situs induk Triumph Motorcycles. Yap, kalimat ini digunakan jenama asal Inggris itu untuk menggambarkan kehadiran model Triumph Rocket 3. Triumph tak main-main dengan model barunya ini. Mereka menyebut sebagai, “The ultimate high performance muscle roadster.”
Ada tiga kata penting yang perlu mendapat garis bawah di kalimat unggahan Triumph tersebut: high performance, muscle, dan roadster. Triumph sepertinya ingin memberikan identitas baru bagi Rocket.
Pemikiran terhadap Triumph Rocket 3 yang konservatif, patut dieliminasi. Terlebih dengan fasadnya kini. Tak lagi menawarkan cruiser tulen, melainkan bergeser konsep menjadi sebuah roadster. Bukan penyegaran semata. Rasanya inilah evolusi paling radikal yang dilakoni pabrikan Inggris terhadapnya.
Jika ditarik mundur 14 tahun ke belakang, Rocket 3 identik dengan motoris kelas atas. Wajar mengingat lini cruiser Harley-Davidson lah yang dijadikannya sebagai 'banchmark'. Sementara image tersebut sudah lama melekat pada jajaran kuda besi asal Amerika Serikat. Namun, paradigma tersebut memudar seiring lahirnya generasi terbaru Rocket 3 ini.
Identitas
Tentu tak menghilangkan sepenuhnya trah Rocket lawas. Buktinya, dual headlamp bulat yang menjadi identitasnya sejak lahir masih dipertahankan pada edisi 2020 ini. Hanya saja, didesain lebih kekinian dengan ornamen canggih, DRL dan lampu berbasis LED. Pendaran dari lampu serupa pun ditularkannya melalui lampu sein berbentuk minimalis itu.
Setang, masih khas cruiser, walau sekarang posisinya lebih rendah dan lebar. Pun demikian dengan area jok. Tetap menggunakan desain bertingkat, meski terlihat slim ketimbang versi pendahulu. Sementara untuk footpeg model forward, juga tersedia pada Rocket 3 terbaru. Namun, sematan tadi hanya bisa ditemui pada varian Rocket 3 GT saja.
Sebaliknya, ciri cruiser tadi justru hilang pada Triumph Rocket 3 versi R. Ya, varian kedua inilah yang sejatinya menawarkan impresi berkendara bak roadster sejati. Diracik dengan setang tak setinggi model GT, serta foot step di belakang mesin. Jangan harap menemukan sandaran jok belakang seperti tipe GT.
Tentu saja demi alasan menyelaraskan tampilan roadster yang sekarang diusung. Apalagi saat menilik ke bagian buritan. Lampu rem LED, sudah terintegrasi pada tubuh belakang Rocket 3 versi 2020. Sementara lampu sein dibuat menyatu dengan sepatbor model terpisah. Kendati begitu, tetap proporsional dengan Rocket 3 GT yang kami coba ini.
Apalagi tipe GT maupun R memiliki rancang bangun serupa. Begitu pula dengan perangkat kaki-kaki, mesin hingga fitur. Dimulai dari peredam kejut. Keduanya sama-sama berbekal suspensi depan berdiameter 47 mm untuk mengawal roda depan. Perangkat ini sudah dilengkapi dengan penyetelan compression dan rebound. Sedangkan suspensi berpelengkap piggyback reservoir RSU dengan setelan preload hidrolik lansiran Showa, bersarang di bagian belakang.
Perlengkapan tadi mendampingi laju roda berukuran 150/80-17 dan 240/50-16 (depan-belakang). Sementara untuk penghenti laju, Rocket 3 memanfaatkan kinerja rem Brembo 4-piston radial monoblock calipers untuk mengapit cakram ganda 320 mm di bagian depan. Sedangkan untuk belakang, mengandalkan kaliper monoblok 4-piston sebagai pasangan disc brake 300 mm pada ban belakang. Dan yang paling penting, kedua roda Rocket 3 sudah disematkan pula fitur cornering ABS. Satu lagi, Rocket 3 juga sudah dipasangi fitur traction control (TSC) yang bertugas mencegah roda terkunci.
Jantung Pacu
Lanjut ke bagian mesin. Rocket 3 kini menggendong jantung mekanis DOHC 3-silinder, berkubikasi total 2.458 cc. Terdapat penambahan kapasitas yang cukup signifikan dari versi Rocket terakhir (2018). Wajar jika terdapat peningkatan output. Untuk daya dikatakan meningkat 11 persen. Alhasil kini torehannya mencapai 164,9 Hp/6.000 rpm dan 221 Nm/4.000 rpm.
Performa tersebut tersalurkan melalui transmisi 6-percepatan lewat gardan. Untuk momen puntir masih sama dengan versi lama. Namun perlu diketahui, Rocket 2020 khususnya tipe GT ini cuma punya berat 294 kg. Diet 40 ketat hingga 40 kg dari sebelumnya 334 kg sukses dilakukan pada motor ini demi memberi performa yang lebih optimal.
Meski begitu tak bisa dibilang enteng. Ditambah lagi dimensinya yang terbilang bongsor ini. Geometrinya cruiser sebesar ini terasa kurang ramah dan cenderung intimidatif jika memikirkan postur tubuh kami (173 cm). Perkenalan, baru akrab ketika jok dengan tinggi hanya 750 terduduki. Soal setang lalu fotpeg, butuh penyesuaian. Namun tetap bersahabat. Padu padan inilah yang kemudian mengalihkan impresi kami ke performa dan handling. (Ano/Raju)
(Bersambung ke bagian 2)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.