Sketsa paten Honda tahun lalu akhirnya diterjemahkan dalam wujud asli. Rebel 1100 mendebut di Thailand, dalam sebuah pagelaran Motor Show. Ia sepenuhnya lahir sebagai spesies baru, sekaligus kasta tertinggi dari cruiser retro-modern merek logo sayap burung. Unit dibanderol mulai Rp184,4 juta untuk varian standar serta DCT Rp198,2 juta di negeri gajah putih.
Unsur paling menarik tentunya ada di dapur pacu. Amunisi milik Africa Twin - saudaranya dari segmen tualang dicangkok mentah-mentah ke kerangka cruiser. Otomatis ia memangku mesin dua silinder paralel-twin 1.084 cc SOHC bertenaga brutal. Kurang lebih outputnya sama, kendati sedikit mengecil. Yakni 85,8 Hp dan torsi sebesar 98 Nm. Dengan format overbore, alias lebih besar diameter silinder ketimbang langkahnya.
Dengan dipasang mekanikal sekuat ini tentu Honda begitu nyata menantang cruiser asal Amerika Serikat. Secara volume mesin sudah begitu memadai. Apalagi ketika dilihat output, sesosok Harley-Davidson Sportster semestinya mampu diasapi dengan mudah. Bahkan tak cuma itu. Suara kasar yang dikeluarkan harusnya tak kalah gahar. Sebab kita bisa menerka dari Africa Twin, eksis lebih dulu.
Baca Juga: Honda CRF250 Rally Dapat Pembaruan Minor untuk 2021
Kalau dibandingkan perlengkapan Rebel 500, peranti pendukungnya jauh berbeda. Bahkan sekelas Harley-Davidson tak dapat berbicara banyak. Disediakan penyalur daya manual biasa. Serta girboks DCT persis teknologi saudaranya. Yang berarti, gigi bisa berpindah secara otomatis. Saat Anda hendak berkendara santai, atau ketika ingin agak agresif, disediakan pula tombol untuk naik turunkan gear.
Cara kerja DCT sebagaimana mestinya. Rentetan gear masih tetap sama seperti manual, hanya beda urutan (N-1-2-3-4-5-6). Makin impresif lagi, dua kopling bertugas saat proses shifting. Begini, kopling pertama menggerakkan gigi ganjil, sementara yang satunya bertanggung jawab pada gigi genap. Jadi saat proses perpindahan dari satu ke dua misalnya, gigi satu sebetulnya masih terhubung tanpa dapat tekanan dari crankshaft. Seperti estafet yang begitu halus. Alhasil, proses shifting semakin cepat sekaligus lembut.
Tidak selesai dengan itu. Selongsong penyalur daya tentu sudah mengaplikasikan throttle-by-wire. Karena itu ia bisa memiliki tiga driving modes. Yang satunya merupakan setingan manual mengikuti personalisasi gaya mengendara. Ada lagi, peranti standar pengaman traksi, Honda Selectable Torque Control (HSTC).
Masih terdapat beberapa komputerisasi pengaman aktif. Mulai dari anti-free rotation bisa diset tiga tingkatan, wheelie control system dan anti-lift front wheel. Demi menambah kenyamanan khas cruiser, dipasang pula cruise control untuk varian atas. Melimpah bukan?
Urusan penampilan sesungguhnya tidak banyak berbeda sengan Rebel seperempat liter. Gaya duduk tengil khas masih sama. Jok rendah serta stang tinggi. Irama lampu bulat di depan serta stop lamp minimalis pun begitu. Kurang lebih mirip. Dengan teknologi pencahayaan dioda tentunya.
Soal penopang utama pun juga begitu. Pakai rangka teralis dengan paduan fork teleskopik serta dua shock breaker tabung. Semua dilabur hitam demi menambah kesan sangar. Sama sekali tanpa aksen mencolok seperti emas atau kromium.
Yang membedakan, pelek palang tampak lebih sporty ketimbang milik Rebel kecil. Beberapa sisi juga terlihat kekar. Berikut panel digital agak membesar. Sekaligus diletakkan agak ke atas, serta memiliki menu komplet.
Baca Juga: Honda Gyro E Segera Rilis di Jepang, Motor Kargo yang Kini Bertenaga Listrik
Di saat bersamaan, Honda X-ADV juga dapat perubahan. Meskipun variabel tambahan terbilang minor. Secara umum bentuk dan perlengkapannya masih serupa. Hanya saja disempurnakan lewat beberapa teknologi terkini. Dan harga jual Rp196 jutaan.
Adalah sistem konektivitas gawai ke layar kokpit. Dari situ, fungsi voice command dapat difungsikan. Sehingga pengendara tak perlu repot memainkan tombol di sisi kiri stang. Meminimalisir hilangnya fokus saat berpergian. Berikutnya, ditambah pula sistem throttle-by-wire anyar. Kini ada lima mode mengendara. Sementara sisanya kurang lebih sama.
Bicara fitur, banyak yang menarik darinya. Mulai dari HSTC (Honda Selectable Torque Control). Fitur ini bekerja untuk mengatur torsi yang tersalur ke roda belakang. Ini bisa disesuaikan pada beberapa level. Lalu ada pula mode berkendara (D dan S). Dalam mode sport, ada lagi sub-level yang bisa dipilih, salah satunya mode manual. Selain itu, ada juga G-Switch. Tombol itu perlu diaktifkan saat melalui medan dengan permukaan kerikil atau tanah. Selain fasilitas mengendara, tampilan instrumen juga sudah canggih. Layar digital berukuran besar sanggup menyajikan informasi yang sangat lengkap, menunjang kebutuhan perjalanan jauh.
Soal jantung pacu yang ditanam, rasanya sudah cukup buas buat sesosok skuter. Bersemayam mesin dua silinder segaris, berkubikasi bersih 745 cc PGM-Fi. Ukuran silindernya dibuat overstroke (77 x 80 mm) guna mencapai torsi besar di putaran rendah. Ya, tenaga 54 Hp bisa diraih di 6.250 rpm dan torsi puncak sebesar 68 Nm mulai dari rentang 4.750 rpm. Terakhir, yang membuatnya beda dari skuter lain, ia mengadopsi transmisi otomatis konvensional 6-speed dengan dua kopling (DCT).
Walaupun diiming-iming ground clearance tinggi (162mm), posisi mulut knalpot di atas, serta ban semi pacul, jangan siksa motor ini terlalu jauh. Ya, kalau hanya tanah kering, genangan kecil dan medan non aspal yang cenderung ringan masih aman. Tapi kalau memasukkannya ke jalur offroad terlalu ekstrem, ia tak disiapkan untuk itu. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Sentuhan Warna Baru untuk Honda CB650R 2021, Makin Gagah
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.