Penyajian dua jenis mesin sudah biasa sejak dulu. Umumnya, enjin bensin disandingkan dengan diesel. Perkembangan era sekarang, semakin bergeser ke elektrifikasi. Opsi hybrid pun bermunculan, sebagai pilihan lain pemacu konvensional. Tapi kini Hyundai berani beda sendiri. Hyundai Kona yang sudah beredar sejak tahun lalu, ketambahan varian listrik murni. Bedanya banyak, bukan hanya sekadar melepas unit peminum bensin.
Wujud eksterior kedua anggota itu mungkin sekilas begitu mirip. Lantaran memang pada dasarnya mengusung dasar pahatan yang sama. Meski begitu, Kona Electric memiliki beberapa titik perbedaan guna mendukung fungsionalitasnya sebagai EV. Paling kentara terletak di fasad depan. Anda tidak akan menemukan rongga grille heksagonal, dibikin rata seakan terintegrasi bumper.
Ya, masih digambarkan grille lewat sayatan tipis meski tidak berperan langsung sebagai jalur udara masuk. Di model EV, area moncong itu dimanfaatkan sebagai slot pengisian ulang daya baterai. Pun upaya ini kemungkinan besar memuluskan aliran udara di permukaan bodi mobil sehingga lebih efisien menembus udara. Sekaligus juga bikin rancangan terkesan futuristis nan sederhana. Di samping itu, ornamen cladding menyesuaikan gaya. Plastik hitam sepatbor tidak dilanjut ke mata bak kacamata renang.
Di sisi lain, tingkat diferensiasi tidak sesignifikan fasad depan. Misal di samping, paling banter ditemukan pelek 17 inci bergaya streamline palang mengipas dan agak tertutup. Sementara di belakang, gaya nyentriknya tetap hadir sebagaimana versi konvensional: plastik hitam sepatbor berlanjut ke area lampu. Permainan lampu dan desain bumper menjadi setitik alterasi dari basis peminum bensin.
Rancangan khusus ini berimbas juga pada dimensi eksterior. Kona Electric memiliki panjang 4.180 mm, lebar 1.800 mm, dengan tinggi 1.555 mm. Tidak terlalu kentara. Sebagai pembanding, tipe bensin diukur 4.165 x 1.800 x 1.565 mm (PxLxT).
Urusan fitur eksterior mungkin kurang lebih serupa. Di sektor penerangan keduanya telah menganut sumber cahaya utama dioda dengan fitur Auto Light Control. Termasuk pula ditugaskan sebagai DRL dan lampu kombinasi belakang. Namun, satu yang hadir spesifik di varian bertenaga listrik adalah sunroof.
Baca Juga: Setelah Hyundai Ioniq dan Kona Electric, Deretan Mobil Listrik Ini Juga Bakal Dijual di Indonesia
Mengintip kabin, Kona EV tampak lebih spesial dan futuristis. Well, tak salah kalau menilai setengah bagian dasbor ke atas terlihat mirip. Tapi ketika membandingkan area tengah kabin, versi listrik tawarkan sensasi tersendiri lewat konsol yang tinggi. Tidak ada tuas transmisi apalagi tarikan rem tangan. Mayoritas komando, termasuk girboks, terlaksana melalui seperangkat tombol. Suarakan nuansa canggih.
Selain eksistensi sunroof, kelebihan crossover kompak seharga Rp 600 jutaan itu terletak di kabin. Adalah pengaturan bangku elektris, mungkin diaplikasikan demi menyesuaikan ekspektasi harga. Tapi bicara soal fitur pendukung kenyamanan lain boleh dibilang keduanya berimbang. Misal sistem multimedia 7 inci dengan konektivitas Bluetooth menjadi pusat hiburan dalam kabin. Lalu, material bangku juga sama-sama mengenakan leather.
Tidak perlu ditanyakan lagi, jenis pemacu sudah jelas-jelas berbeda. Begitu pula output-nya. Di balik bonnet Kona Gasoline tersemat jantung empat silinder Nu 2,0 liter MPI. Ia sanggup memuntahkan tenaga 149 PS di 6.200 rpm dengan torsi puncak 179 Nm di 4.500 rpm. Seluruh putaran kemudian diterjemahkan ke roda depan via girboks otomatis enam percepatan.
Lain cerita di Kona Electric. Ia menggendong sepaket baterai lithium-ion polymer 39,2 kWh dengan Permanent Magnet Synchronous Motor (PMSM). Sebagaimana mobil listrik pada umumnya, dipastikan memiliki bobot lebih berat. Tapi semua itu boleh jadi terbayarkan oleh potensinya. Bayangkan saja, total momen puntir 395 Nm dapat ditendang dengan instan ke roda depan meski tenaganya tidak sebesar peminum bensin – hanya 136 PS.
Baca Juga: Versi Listrik Hyundai Kona Dipasarkan Rp 674,8 Juta, Ini Detailnya
Diferensiasi paling utama jelas terkait harga. Perlu bayaran untuk sebuah teknologi canggih, tepatnya Rp 674,8 juta. Nyaris dua kali harga tipe Gasoline yang dibanderol Rp 389 atau 393 juta tergantung warna. Kendati jauh lebih tinggi, dari sudut pandang teknologi, Kona Electric tetaplah salah satu kontestan termurah di pasaran. Melirik tebusan Rp 600 jutaan, setidaknya ada sedikit ekspektasi lebih dari sebatas beda enjin.
Minimal sudah dipaketkan dengan berbagai layanan pembebas rasa khawatir. Misal gratis AC charger dan instalasi di rumah hingga 31 Desember ini. Lalu ada pula ragam garansi dan free service. Termasuk mobile charging gratis, bebas biaya perawatan, garansi standar, dan garansi baterai. Sebagai catatan, ada syarat dan ketentuan berlaku.
Hyundai telah menetapkan standar tinggi menyoal fitur keselamatan Kona. Standarnya saja sudah dibekali airbag enam titik. Belum lagi ragam perlindungan berkendara seperti Anti-lock Braking System (ABS), Electronic Stability Control (ESC), Hill Assist Control (HAC), dan Tyre Pressure Monitoring System (TPMS). Agak disayangkan versi seharga Rp 600 jutaan tidak dituangkan suatu nilai lebih dari itu. (Krm/Odi)
Baca Juga: Hyundai Ioniq Electric Resmi Dijual dengan Harga Mulai Rp 624,8 Juta
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.