PT Kawasaki Motor Indonesia merilis empat tema baru D-Tracker 150 SE. Coraknya berganti total, sama sekali beda dari generasi sebelumnya. Unit bakal tersedia di diler resmi pada pertengahan Oktober 2020. Lantas untuk harganya sendiri tak naik, tetap Rp 35,5 juta OTR Jakarta.
“Kami menghadirkan variasi baru untuk penyegaran dan memberikan pilihan warna kepada pecinta supermoto di Indonesia,” Ungkap Michael C. Tanadhi, Head Sales & Promotion KMI, dalam paparan rilis.
Keempat tema memiliki corak seragam. Grafis runcing menyelimuti panel bodi, menggantikan motif abstrak-trapesium sebelumnya. Hanya saja dibedakan lewat komposisi warna. Salah satu yang paling cerah ialah kuning, berpadu grafis hitam dan abu-abu. Perbedaan dengan generasi lalu juga tertera di batok lampu. Kini jadi sewarna bodi, bukan lagi hitam.
Tak kalah ekspresif yang hijau. Warna dasar bodi agak lebih cerah dari hijau khas Kawasaki, digabung corak hitam biru. Ini menjadi kelir yang benar-benar baru, sebab belum pernah ada di generasi 2019. Dan dua lagi adalah putih-biru, serta abu-abu-hitam. Sejauh ini baru varian Special Edition saja yang dapat ubahan. Versi standar masih dibungkus tema lama, dengan harga Rp 33,7 juta OTR Jakarta.
Soal kelengkapan aksesori, daftar barang masih sama. Seri SE tetap mengenakan fork upside down emas, bukan silver seperti standar. Komponen proteksi semacam hand guard, engine guard, pelindung rangka, juga masuk dalam paket. Varian tertinggi ini memang disiapkan untuk menerjang medan lebih dinamis.
Tidak ada ubahan di sektor teknis. Dapur pacu 144 cc satu silinder SOHC 2-valve tetap menjadi sumber tenaga. Padanan diameter dan langkah yang hampir setara ini mampu mengeluarkan daya di putaran merata. Daya maksimal 11,8 Hp keluar mulai 8.000 rpm serta torsi 11,3 Nm memuncak pada 6.500 rpm. Suplai bensin masih mengandalkan karburator, sementara penyalurnya transmisi manual lima percepatan.
Layaknya platform trail, D-Tracker dibangun dari struktur semi double cradle. Sementara belakangnya ditopang swing arm Uni-Track, persis kepunyaan KLX. Dipadu monoshock dengan lima setelan preload. Lantas fork upside down 35 mm menjadi bawaan standar tiap D-Tracker, antar varian dibedakan lewat warna saja.
Di area kaki-kaki, ada perbedaan signifikan dengan KLX. Sistem pengereman dibuat dalam perspektif penggunaan aspal. Sebab itu diameter cakram depan berukuran 300 mm dijepit dua piston, alias lebih besar. Dan belakangnya 220 mm diapit kaliper piston tunggal.
Sama halnya pada roda. Jika sepupunya pakai komposisi ban belang, ia menyeragamkan depan belakang. Selain itu alurnya juga khusus aspal, sama sekali tak diperuntukkan untuk mencicip tanah. Profil ban D-Tracker ini lebih lebar dari KLX. Depannya 17 inci 100/80, sementara belakang 17 inci 120/70.
Selain D-Tracker, yang dapat penyegaran warna belakangan ini adalah Versys-X250 Tourer. Kendati tak ada revisi bentuk, tampilannya kini lebih segar sekaligus gahar. Kawasaki menjualnya seharga Rp 67,9 juta OTR Jakarta.
Tema abu-abu terbaru beda total dari Versys lawas. Permukaan tangki bensin sepenuhnya dilapis solid grey, bukan metallic. Sementara area panel samping didominasi hitam. Berikut sayap depan, spakbor, serta batok lampu.
Grafis anyar menjadi aksen menarik sebab dibuat tarikan garis hijau nyala ala Kawasaki. Kontras dengan warna dasar. Jenis tulisan Versys pada fairing kiri-kanan pun baru, lebih terkesan modern. Komposisi seperti ini cukup mengingatkan dengan line up sport fairing Kawasaki, semacam H2 atau Z series. Sporty.
Sayangnya, Versys tema baru hadir dalam varian tunggal. Fog lamp belum masuk dalam paket penjualan, begitu juga sensor ABS. Untungnya sudah ada dua box penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan jelajah jauh.
Mengenai sumber tenaga sama persis sejak keluar di 2017. Konfigurasi ini adalah hasil adopsi dari Ninja 250 yang notabene ada di kelas sport fairing. Namun tenang saja, Kawasaki mengubah karakternya agar relevan dengan kontur lintas alam.
Memang padanan-nya sama, dua silinder paralel 249 cc DOHC delapan katup. Ukuran bore dan stroke pun hampir setara, 62 mm x 41,2 mm, alias overbore. Atas racikan tertentu, output torsi jadi lebih besar, yakni 21,7 Nm memuncak pada 10.000 rpm. Sementara daya maksimal mencatat 33,5 Hp di 11.500 rpm.
Salah satu elemen penting pada Versys, sudah mengadopsi sistem assist dan slipper clutch pada transmisi enam percepatan miliknya. Alhasil pengoperasian tuas kopling tak butuh banyak usaha, harusnya ringan. Perpindahan gigi juga lebih optimal, termasuk mengurangi risiko selip saat engine brake atau down shifting. Berguna saat touring pastinya. (Hlm/Odi)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.