JAKARTA -- Ketika Anda bicara soal motor adventure ukuran besar maka nama yang kerap kali muncul adalah BMW GS series, KTM, atau mungkin Triumph Tiger. Memang tidak salah, karena memang ketiga nama itu yang seringkali muncul. Padahal masih ada nama lain yang juga layak dibicarakan; Moto Guzzi V85TT. Nama ini memang jarang diperbincangkan karena memang masuk dalam kategori niche market. Kendati begitu bukan berarti dirinya tak punya kapabilitas. Serangkai teknologi canggih tersembunyi dalam wujud klasik.
Jika melihat sekilas tampilan, mungkin akan banyak berprasangka ia hanya berbekal fitur standar. Mengingat eksekusi penampilan menganut pakem lawas. Hampir sekujur tubuh diinterpretasikan sebagai petualang era 80an. Namun jika Anda menaiki motor, memandang ke arah kokpit, seketika asumsi-asumsi itu terbantahkan.
Urusan ini Moto Guzzi tak ambil pusing dengan tema klasik. Entah tuntutan memakai paduan kluster analog digital, sehingga tampilan informasi jadi sulit terlihat dan lain sebagainya. Sepenuhnya, data ditampilkan lewat layar TFT yang informatif.
Fitur
Informasi digital modern disajikan di dalam situ. Semisal, penghitung jarak tempuh dari sisa bensin di tangki. Berikutnya hadir pula hitungan konsumsi bahan bakar aktual, maupun rata-rata. Terbagi dalam dua trip meter.
Kecepatan puncak dan rata-rata juga dicatat. Berikut waktu yang dihabiskan selama perjalanan. Tentu, semua itu relevan dengan kebutuhan tualang. Dan V85TT sanggup memberikannya.
Jika butuh sistem hiburan, dapat memasang software supaya bisa mengaktifkan Bluetooth. Atas itu layar dapat terkoneksi gawai, menerjemahkan beberapa fitur. Semacam pemutar music, navigasi dan perintah suara. Hanya saja bukan perangkat bawaan, melainkan opsional.
Teknologi
Pengendara dimanjakan dengan berbagai fasilitas mengendara. Sesuai karakternya sebagai adventurer – kerap dibawa jalan jauh – Anda bisa mengaktifkan cruise control sejak sekitar 30 kpj. Fitur semacam ini sangat berfungsi di saat ruas jalan sedang kosong dan cenderung statis.
Riding mode, jelas masuk dalam paket sistem elektronik. Tertera tiga opsi gaya mengendara: Road, Rain, serta Offroad. Masing-masing mengatur keluaran tenaga dan traksi sesuai medan. Khususnya di menu offroad, ABS belakang secara otomatis bakal didisfungsikan.
Kalau masih belum cukup, ABS depan juga bisa dimatikan. Namun secara manual, lewat menu di dalam layar. Bukan otomatis seperti pas memilih mode berkendara. Lengkap, sekaligus bisa dipersonalisasi bukan?
Perangkat
Sisanya fundamental, serta seputar setingan display. Seperti pengaturan cahaya layar, pilihan satuan kecepatan, suhu dan lainnya. Berikut opsi beberapa bahasa. Shift light juga bisa diatur sesuai keinginan. Dan uniknya, terdapat menu kalibrasi otomatis – jika sewaktu-waktu habis membongkar area roda. Ini berfungsi agar kerja ABS dan serangkai elektronik lainnya bisa kembali optimal.
Bersama dengan struktur teralis, suspensi upside down 41 mm menopang peredaman depan. Jarak mainnya panjang. Ada pun tingkat pengaturan preload dan rebound bisa disesuaikan. Dan di belakang, satu suspensi tunggal menyangga dari sisi kanan. Berikut dilengkapi pengaturan preload dan damping. Menunjang buat menerjang medan ekstrem.
Sementara untuk memberi grip maksimal di aspal maupun tanah, pelek jari-jari dibalut ban Metzeler semi kasar ukuran 19 inci 110/80 di depan dan 17 inci 150/70 belakang. Sayang, tipenya masih memakai ban dalam. Sebab model pelek jari belum se-advance kompetitor, semacam BMW GS.
Sistem Pengereman
Mengenai sistem deselerasi, perbekalan tampak tak ada kurangnya. Dua cakram 320 mm floating dijepit kaliper Brembo empat piston masing-masing. Lantas belakang berukuran 260 mm terapit kaliper dua piston, buatan merek yang sama. Tentunya, ABS dua kanal jadi standar, termasuk sistem untuk menyala matikan fungsi sensor.
Bobotnya termasuk besar. Total dalam keadaan terisi, bisa sampai 229 kg. Untungnya jarak jok ke tanah bisa dipersonalisasi. Kalau memakai bawaan, tingginya 830 mm. Sebagai informasi, kami pernah sedikit mencicip dan tak benar0benar intimidatif. Sesaat setelah duduk, suspensi menurun dan kaki memijak lumayan baik. Masih dapat ditolerir.
Guzzi, memasang dapur pacu khasnya pada V85TT. Adalah mesin Flying V, atau disebut transversal V-Twin yang kepala silindernya mencuat dari sisi. Ukuran silinder dibuat agak overbore, namun perbandingannya tak jauh. Atas itu tenaga 80 Hp keluar di 7.750 rpm dan torsi 80 Nm memuncak pada 5.000 rpm. Tak butuh rpm tinggi untuk memacu tenaga maksimal.
Girboks
Suaranya, begitu intimidatif. Bukan soal seberapa nyaring. Deruman khas mesin ini sudah begitu seram meski dalam nada rendah. Apalagi saat memutar selongsong gas sembari idle, ada sedikit efek guncangan ke samping – mengesankan tenaganya begitu berlimpah.
Girboks enam percepatan jadi penerjemah tenaga ke roda belakang. Tapi bukan pakai rantai. Guzzi memilih jenis drive shaft, atau kerap disebut gardan, supaya proses penyaluran lebih halus dan responsive. Berikut, tak butuh banyak perawatan.
Dapur pacu itu memenuhi regulasi Euro 4, alias tak terlalu banyak emisi gas buang. Dan pentingnya lagi, konsumsi bahan bakar klaim mengesankan. Seliter bensin dikatakan sanggup menjelajah sampai 20,4 km. Alias, jika tangki penuh jarak 469 km harusnya dapat ditempuh. Pas buat bertualang.
Desain
Inilah variabel utama dari V85TT. Interpretasi desain tak seragam teman-teman sejenis. Ketimbang mengemas wujud dalam konsep modern, Guzzi merancang adventure-nya ala motor klasik 80an. Jarang ditemukan di pasaran.
Paling kelihatan dari pemilihan lampu model dua lingkaran. Empat puluh tahun lalu jamak terlihat di motor jangkung, bahkan sampai jenis sport fairing. Dan Guzzi menerapkannya hari ini.
Tentu tetap ada sentuhan modern. Seperti garis tegah yang menyambung itu, merupakan LED DRL. Dan jika sadar, bukan sekadar separator. Bentuknya menyerupai emblem sayap burung yang juga menempel di sisi tangki. Detail, khas cita rasa Italia.
Aksesoris
Silang warna tubuh V85TT pun atraktif. Mencolok tapi tidak norak. Tangki serta panel samping dipadukan warna kuning putih berhias strip hitam. Lantas rangka serta tulang belulang untuk behel maupun bracket lampu dilabur merah.
Tak hanya itu, Moto Guzzi juga memasang aksesori pelindung a la penjelajah. Area bawah mesin ditutup plat besi dengan finishing aluminium. Cover upside down depan, windshield, serta handguard turut jadi standar.
Plus spakbor depan seperti motor trail berikut muffler berposisi tinggi. Selain fungsinya memproteksi, rangkaian aksesori mengentalkan maskulinitas dari petualang Italia seharag Rp 650 juta ini. (Hlm)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.