Yamaha Indonesia menggelar terabasan bersama WR 155 R di Malang dan Bromo. Kesempatan ini tak bisa dilewatkan begitu saja. Walau bukan tergolong sepeda motor anyar, namun mereka mengenalkan part baru bernama Low Down Seat dan Lowering Kit. Pengetesan di jalur beraspal dan medan berpasir menyajikan pengalaman seru. Penuh tantangan, mengasah kemampuan berkendara, plus sembari menikmati bentang alam memesona.
Ragam persiapan dilakukan di diler Yamaha Sentral Malang, sebelum terabasan. Yang pertama, bekal seputar spesifikasi WR 155 R hingga kiat-kiat membawa motor trail secara benar. Pemanasan tak luput dilakukan agar badan tidak kaget tatkala menunggangi motor. Lantaran petualangan ini membutuhkan waktu tak sebentar. Ditambah medan dilalui tergolong menantang. Jauh-jauh hari sudah menyiapkan fisik. Misal, perbanyak olahraga (kardio) dan plank, karena perlu ketahanan lengan serta bahu kuat.
Baca Juga: Yamaha Sunday Race 2023 Sukses Diselenggarakan di Sirkuit Mandalika
Usai memakai riding gear secara sempurna seperti helm, goggle, jersey, glove, protector dan sepatu. Tidak langsung menunggangi motor. Melainkan adaptasi badan. Terutama kaki, karena boot sangat kaku dan berat (di atas 5 kg). Setelah siap, nyalakan enjin WR 155 R lantas melesat dari Malang ke Bromo lewat jalur Tumpang. Mengarungi medan on-road (aspal) dari jalan datar hingga tanjakan pegunungan, tanpa kendala berarti.
Malah, bagian ini menjadi adaptasi awal dan mulai mengenal karakter motor. Lama-lama makin paham kapan harus pindah gigi dan merasakan rasio gear serta seberapa panjang napas WR 155 R bisa digeber di gigi tertentu. Nah, perjalanan mendekati Bromo, aura suku Tengger mulai menyeruak. Seperti peribadatan Hindu dengan pernak pernik sesajen, bangunan warga yang khas, hingga vegetasi gunung nan indah. Belum lagi udara sejuk dan semarak peringatan HUT RI ke-78 sepanjang jalan. Jelas, menambah kenikmatan berkendara sekaligus memanjakan mata.
Padang Pasir
Selesai sudah jalur aspal di pegunungan Bromo. Di depan mata berupa hamparan padang pasir. Tampak dari kejauhan medan off-road ini padat dan landai. Namun malah sebaliknya, prasangka itu salah. Tantangan hari pertama terabasan bareng Yamaha WR 155 R justru baru dimulai. Start awal memang mulus-mulus saja, tanpa kendala. Begitu masuki pertengahan ladang pasir nan luas. Gundukan serta medan terjal semakin banyak.
Visual terbatas, karena debu tebal dari peserta lain menghalangi pandangan. Ini menjadi tantangan tersendiri. Jadi banyak sekali menggunakan insting serta feeling (naluri) berkendara. Tidak bisa berpikir panjang, karena harus tangkas mengambil jalur. Kalau tidak, salah langkah bisa jatuh. Bahkan ban selip di pasir, sehingga susah mendapatkan momentum lagi.
Beruntung Yamaha WR 155 R punya suspensi depan tipe teleskopik atas dengan diameter 41 mm plus panjang travel 215 mm. Menerjang gundukan besar semakin percaya diri. Terabas dan terbang! Lagi-lagi ini soal keseimbangan tubuh dan penyatuan bareng motor. Saat melintasi medan berpasir & bergelombang. Posisi berkendara yang paling baik adalah berdiri dari jok. Lantas kedua kaki menjepit motor secara kuat (knee grip). Tujuannya menjaga stabilitas. Ikuti saja ritme berkendara.
Dansa Bersama WR 155 R
Jangan lupa goyangkan bokong untuk atur keseimbangan. Serta pakai kaki bagian lutut sebagai suspensi, guna meredam guncangan. Kedua tangan pun relaks saat memegang setang kemudi agar mudah mengontrol motor. Betul, seolah-olah kita tengah berdansa bersama Yamaha WR 155 R. Walaupun pasir dilalui licin dan gembur, tak jadi problem. Asalkan bisa menjaga momentum motor tetap melesat di kisaran 40-50 km/jam. Di sini lebih banyak memainkan gigi dua, tiga dan empat.
Amat jarang pakai gigi satu kala berselancar di atas padang pasir Bromo. Sebab napasnya pendek dan tidak bisa membuat WR 155 R berlari kencang. Wajar, karena ia memang motor (dual purpose) yang dirancang demikian, dengan enam percepatan. Kebetulan motor ditunggangi sudah terpasang part bernama Low Down Seat, berfungsi mengurangi tinggi trail. Sehingga cocok bagi pengendara bila menginginkan motor ground clearance rendah.
Low Down Seat ialah varian jok yang desainnya menyerupai bentuk standar. Jadi bagi pengguna dengan postur di bawah 168 cm bisa terasa nyaman saat menunggangi Yamaha WR 155 R. Pelana dapat mengurangi ketinggian posisi duduk motor hingga 1 inci atau sekitar 2,54 cm sehingga memudahkan pijakan kaki ke tanah. Sementara itu untuk Lowering Kit (bikinan Daytona) berfungsi merendahkan posisi shock breaker belakang. Jika dipasang di motor mampu menurunkan ground clearance hingga 5 – 6 cm. Ini opsi menarik bagi terabasan pemula.
Performa berkendara bersama WR 155 R senantiasa menyenangkan. Jantung pacu memang sama seperti Yamaha R15. Ia menggunakan tipe SOHC 4 katup VVA, liquid cooled (radiator). Silinder tunggal itu memiliki ukuran diameter kali langkah 58 mm x 58,7 mm dengan kompresi 11,6 : 1. Tenaga puncak sebesar 12,3 kW (16,72 PS) di 10.000 rpm cukup untuk diajak berkelana jauh di berbagai medan di Bromo. Apalagi dalam putaran rendah (6.500 rpm), torsi maksimal gampang didapat 14,3 Nm. Tanjakan terjal terasa enteng dilibas.
Nah, karena hari itu merupakan HUT RI, rombongan terabasan bersama tim Yamaha turut mengibarkan bendera merah putih berukuran (panjang) 20 meter. Petualangan terasa genap, hingga matahari mulai temaram. Seremoni ini menyudahi aktivitas dan peserta kembali ke penginapan sekitar Bromo. Lokasinya lumayan jauh. Menyeberangi pasir sebentar, lanjut melesat di jalan aspal sekitar satu jam perjalanan.
Di sini terasa manfaat persiapan olah raga jauh hari sebelum terabasan. Badan terasa bugar setelah rehat semalam tanpa rasa pegal-pegal sedikitpun. Mungkin ini bisa dijadikan tips tersendiri bagi pemula yang hendak bermain motor trail dengan tempo seharian.
Jalur Menantang Pegunungan Bromo
Hari kedua persiapan menuju Malang. Acara dimulai tepat pada 07.00 WIB, pemanasan dan penjelasan mengenai medan bakal dihadapi. Kejutan! Ternyata jalur dilalui kembali ke Malang tidak seperti hari pertama. Melainkan single track (jalan setapak) berpasir, berdebu lebih parah. Kanan-kiri penuh dengan jurang, rumput kering yang kalau dilindas terasa licin. Belum lagi ranting menjulur, banyak potongan batang pohon.
Insting yang mulai terasah hari pertama dan semakin paham karakter Yamaha WR 155 R. Menjadi bekal mengarungi jalur off-road level intermediate di Bromo. Akhirnya diputuskan untuk merangsek tepat di belakang road captain agar tidak terlalu banyak menerjang debu dan pandangan relatif aman.
Cara membawa motor pun jauh berbeda dibanding hari pertama. Melalui jalur ini, penguji lebih sering memakai gigi satu. Sebab kita tidak pernah tahu track di depan seperti apa. Lantas tuas kopling dimainkan seperlunya. Pantangan pakai rem depan ketika trail harus menuruni perbukitan berpasir. Karena sangat berbahaya, dipastikan mudah jatuh. Engine brake sangat membantu, bahkan lebih aman guna mengurangi kecepatan berkendara (deselerasi). Tentu dibarengi rem belakang.
Kalau salah ancang-ancang dan kalkulasi tidak matang kala duduk di atas Yamaha WR 155 R. Bisa-bisa masuk ke dalam jurang Bromo. Sekitar 75 persen jalur ini merupakan tebing dengan medan ekstrem. Tapi inilah terabasan yang sesungguhnya. Adrenaline mengucur lebih deras dibanding saat kali pertama bermain di atas hamparan pasir. Selepas melewati daerah ini ketemulah jalan beraspal.
Namun lama tak berselang, road captain sengaja mencari lagi jalur serupa. Bukan menjadi problem, malah semakin memacu lebih kencang lagi duduk di atas Yamaha WR 155 R. Puas mengitari perbukitan Bromo, partisipan rehat sejenak di Bromo Hillside Cafe. Lokasi berada di ketinggian sekitar 2.400 meter di atas permukaan laut. Penuh decak kagum atas keindahan alam ciptaanNya. Perjalanan pamungkas dilanjutkan dari sini menuju Yamaha Sentral Malang. (Alx)
Baca Juga: Yamaha Beri Kiat-kiat Terabasan Bersama WR 155 R di Atas Pasir dan Perbukitan
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.