Pabrikan di Indonesia makin peduli terhadap keselamatan. Sangat bagus, penting sekali untuk mengurangi angka kematian akibat kecelakaan. Teknologi pun kian canggih, tak hanya bersifat pasif tapi kini mampu bekerja aktif. Honda Prospect Motor (HPM) sudah melengkapi jajarannya dengan inovasi itu. Dikenal dengan nama Honda Sensing. Kini sudah tersedia di Honda CR-V, Odyssey dan Accord. Sebuah suguhan premium sesuai segmen yang dimasuki. Memang menambah nilai jual, tapi sangat sepadan dengan yang didapat. Keselamatan berkendara tetap nomor satu.
Ambil contoh CR-V Prestige yang baru saja dirilis. Dibanding varian turbo reguler, selisihnya sekitar Rp 55 jutaan. Tapi itu sepadan untuk mengongkosi Honda Sensing sebagai paket fitur unggulan di tiga produk HPM. Nah, “indera perasa” itu merupakan kesatuan peranti keselamatan canggih dari pabrikan. Fungsi utamanya, meminimalisasi potensi kecelakaan saat berkendara. Secara garis besar ada tujuh bagian yang bisa membuat pengendara lebih nyaman dan aman.
Secara umum, fungsi Honda Sensing meliputi berbagai peranti. Misalnya saja Collision Mitigation Braking System (CMBS), Forward Collision Warning (FCW) – Integrated with CMBS, Lane Keeping Assist System (LKAS) dan Road Departure Mitigation (RDM). Lalu turut diimbuhi pula oleh Lane Departure Warning (LDW), Adaptive Cruise Control (ACC) with Low Speed Follow (LSF) serta Auto High Beam.
Baca Juga: Tidak Sampai Rp 1 Miliar, ini Nilai Plus Honda Odyssey 2021 Dibanding Toyota Alphard
Beberapa waktu lalu, kami sempat menjajal keunggulan perangkat itu. Pengujian menggunakan Honda Accord di Proving Ground Bridgestone. Dimulai dari fiitur pertama, Collision Mitigation Braking System (CMBS). Ia bekerja pakai milimeter wave radar unit yang kasat mata. Posisinya terletak persis di belakang grille depan. Kemudin monocular camera diposisikan di antara kaca spion tengah serta kaca depan. Keduanya terintegrasi, mendeteksi kondisi objek di depan mobil.
Mobil pun diajak melaju pada kecepatan 20-30 km/jam. Di depannya, terpasang obstacle berbentuk mobil pada jarak 100 menter. Begitu sang kendaraan mendekati objek, ada peringatan visual dan audio. Anda lantas diingatkan agar mengambil tindakan koreksi. Namun jika pengemudi kurang tanggap bahkan potensi tabrakan berlanjut, secara langsung komputer melalui Collision Mitigation Braking System (CMBS) mengambil alih. Ia segera menerapkan tahap pengereman otomatis, meski Anda tak menyentuh pedal rem sedikitpun. Jadi, perannya besar dalam mengurangi dampak tabrakan. Apalagi misal, pengendara lengah atau meleng.
Yang kedua, Road Departure Mitigation (RDM). Fitur menggunakan kamera monokular untuk mengenali garis solid dan putus-putus yang terdapat di jalan raya, juga marka pembatas jalan. RDM menggunakan EPS untuk menjaga kendaraan tetap pada lajurnya. Misal, jika kendaraan terdeteksi keluar dari lajur dan melintasi garis solid pembatas jalan. Sistem bekerja melalui VSA, untuk mengembalikan kendaraan ke lajur semula. Setir sedikit memberi koreksi otomatis. Namun Anda yang tetap memegang kendali.
Baca Juga: Perubahan Honda CR-V 2021 yang Membuatnya Makin Menarik
Ia masih satu bagian dari Lane Departure Warning (LDW). Fungsinya memberikan peringatan kepada pengemudi, jika kendaraan terdeteksi meninggalkan lajur tanpa mengaktifkan lampu sen. Sistem ini bekerja saat kendaraan melaju di antara kecepatan 72 hingga 180 km/jam. LDW menggunakan kamera yang sama, memberikan peringatan visual dan getaran sebelum sistem lainnya bekerja.
Lalu yang menarik lagi, berupa Adaptive Cruise Control (ACC) with Low-Speed Follow. Sangat berbeda dengan cruise control biasa. Ini memungkinkan Anda mengatur kecepatan dan jarak dengan kendaraan di depan, sesuai yang diinginkan. Kamera monokular terus-menerus mengukur jarak dengan kendaraan yang terdeteksi di depan. Lalu menyesuaikan kecepatan mobil untuk mempertahankan jarak yang telah ditentukan. Anda dapat memilih pengaturan jarak Short, Medium, Long atau Extra Long.
Jika diperlukan, sistem melakukan pengereman otomatis bisa kendaraan di depan berhenti mendadak. Untuk mengaktifkan kembali, tekan tombol Res+ pada setir bagian kanan. Kemudian fitur terakhir, Auto High-Beam Headlights. Cara kerjanya dimulai dari memosisikan tuas lampu diputar dari low beam ke posisi auto. Saat Anda berkendara di atas kecepatan 40 km/jam. Sistem ini secara intuitif siap berganti antara lampu besar dan lampu normal tergantung pada situasi jalan. Juga bergantung pada tingkat cahaya di luar mobil.
Canggih sekali perangkat itu, bukan? Namun perusahaan tetap mengimbau, pengemudi ialah sebagai pemegang tanggung jawab dan kendali utama. Honda Sensing tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi kendali pengemudi. Dan ia memang ditujukan sebagai pencegahan saja. Anda tetap berperan aktif dalam melakukan tindakan mencegah, termasuk saat menggunakan sistem ini. Jika dikehendaki, beberapa fitur dapat dimatikan oleh pengemudi.
"Honda Sensing itu bukan untuk mencegah adanya kecelakaan. Tapi bisa mengurangi risiko terjadi kecelakaan. Dan fitur ini juga bergantung pada pengemudinya. Lalu fitur keselamatan itu semua harus sesuai dengan buku pedoman serta bagaimana merawatnya agar hal itu bisa berfungsi dengan baik," ucap Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing PT Honda Prospect Motor, usai merilis produk baru secara virtual. (Alx/Odi)
Baca Juga: Detail Desain Generasi Terbaru Honda HR-V, Meluncur April 2021
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.