Tidak berlebihan. Royal Enfield Interceptor 650 dibuat sebagai motor desain klasik yang tidak tampil berlebih, sehingga membuatnya karismatik. Wujud reinkarnasi roadster klasik bermesin dua silinder puluhan tahun silam ini memang sengaja dibuat demikian. Tanpa banyak embel-embel, namun berbekal racikan teknis memuaskan.
Ia sesungguhnya berdiri dalam satu basis dengan Continental GT 650, hanya konsep penampilan jauh berbeda. Sekilas memang mirip. Lantaran keduanya sama-sama terinspirasi digdaya motor era 1960-an. Namun Interceptor 650 dibuat lebih simple, sementara GT mengusung gaya balap lawas.
Sementara Interceptor sendiri tampilannya jauh lebih kalem. Menggunakan tangki model bulat, yang juga punya aksen lekukan indah di bagian belakangnya. Jok pula lebih tebal guna memberi kenyamanan pengendara. Pun kalau diduduki berdua tak jadi masalah besar, konturnya tidak mengganggu. Lantas bentuk stang, cukup lebar dan tinggi. Kolaborasi itu membuatnya lebih nyaman dikendarai sehari-hari maupun jarak jauh.
Komposisi wajah dan bentuk Interceptor sederhana saja. A la motor klasik. Mengenakan lampu utama bulat dengan sein terpisah. Plus stoplamp minimalis khas era 60an yang proporsional. Atas kombinasi bentuk-bentuk tadi, dirinya begitu mudah dipersonalisasi dengan selera masing-masing. Bahkan, sesederhana mengganti ban bawaan dan knalpot saja bisa makin beringas.
Panel instrumennya tak dirusak oleh aneka instrumen digital. Hanya terdiri dari dua kluster menunjukkan speedometer dan takometer dengan jarum mekanis. Tapi tetap ada layar digital kecil, menunjukkan sensor dan hal fundamental. Presentasi ini kami kira sesuai konsepnya. Justru tampilan kokpit minimalis menguatkan karakter klasik.
Ada sedikit diferensiasi pada dimensi, Interceptor sedikit lebih besar dari GT. Jarak sumbu roda mencapai 1.400 mm dan jarak kursi ke tanah setinggi 804 mm. Tapi, tak membuat kaki kesulitan menjangkau permukaan. Semestinya masih ramah postur orang Indonesia. Di lain sisi, daya tampung bensinnya juga lebih besar. Interceptor mampu menelan 13,7-liter bensin. Sedangkan Continental GT lebih sedikit, 12,5-liter.
Sasis penopang sang karismatik cukup serius. Rangka tubular double cradle-nya hasil ramuan Harris Performance Inggris. Mereka adalah pembuat rangka motor legendaris. Semestinya konstruksi ini bisa membuat manuver kedua motor semakin mantap diajak bermanuver. Rangka itu berkolaborasi dengan suspensi teleskopik 41 mm di depan dengan travel 110 mm. Sedangkan di belakang, ditanamkan dua shock breaker tabung dengan piggyback reservoir. Suspensi ganda ini juga bisa disesuaikan dalam lima pilihan setelan.
Bagian paling menonjol tentunya ada di dapur pacu. Setelah sekian lama absen akhirnya Royal Enfield meneriakkan suara merdu, berkat mesin 648 cc parallel-twin SOHC. Outputnya mencapai 47 Hp/7.250 rpm dan torsi 52 Nm/5.250 rpm. Mungkin tarikan torsi tak bakal seinstan jajaran motor silinder tunggalnya, agak bermain menengah ke atas. Namun mereka tetap mengklaim mesin mampu mendorong sejak putaran bawah.
Jangan khawatir. Meski berwujud lawas perihal keamanan sudah dipikirkan matang demi menjinakkan tenaga besar. Penahan laju sudah menggunakan cakram 320 mm di depan dan 240 mm di belakang. Kaliper yang mengapit juga buatan ByBre (anak perusahaan Brembo) dengan sensor ABS dua channel lansiran Bosch.
Bagi Anda yang terpukau dengan sosok ini, bisa menebusnya mulai Rp 205 ,7 juta – Rp 210,4 juta tergantung pilihan warna. Total ada tujuh opsi warna dari single tone hingga nuansa ekspresif. Anda pun bisa mendapat promo cashback sampai Rp 12 juta, yang hanya berlaku selama pameran berlangsung, 8-14 Maret 2021 di Summarecon Mal Bekasi. (ZW)
Baca Juga: Royal Enfield Interceptor 650 Dinobatkan sebagai Retro Bike of the Year 2020
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.