Motovaganza Riding ke Gunung Halimun Salak (Bagian 1)
Setelah cukup lama Motovaganza tidak riding (sekitar dua bulan), akhir pekan kemarin kami memutuskan untuk ‘menghidupkan’ lagi hobi kami. Riding dengan motor trail memijak jalanan aspal dan off-road, melintasi daerah pedesaan dan menghirup nikmat udara pegunungan.
Destinasi yang kami tuju adalah Gunung Halimun Salak dengan titik keberangkatan dari Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Kami sibuk cari info sana sini, terutama rute-rute yang perlu kami tempuh. Motor kami memang trail, Kawasaki KLX 250 lansiran 2016 dan Kawasaki KLX 150 L lansiran 2015 awal, dengan ban pacul. Hobi riding yang kami lakukan selama ini bukan jalan-jalan ke medan off-road ekstrim, harus berhari-hari di dalam lumpur, di tengah hutan atau bahkan sampai buka jalan di rute antah berantah.
Metode riding yang kami tempuh lebih berbau adventure, cross-country, medan off-road ringan. Menikmati kabut pegunungan, menghirup udara mahal yang bebas polusi, melihat aktivitas masyarakat desa dan tak lupa menyeruput kopi di sepanjang jalan. Selain hobi maen motor trail atau orang bilang dirtbike, bisa sekalian refreshing. Dari Senin – Jumat kami babak belur kerja, di weekend kami jalan-jalan. Me time.
Kami berangkat dari Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pukul 05.00 pagi hari Sabtu (10/9). Satu Kawasaki KLX 150 L, sebuah skutik Yamaha X-Ride dan Honda BeAT. Kami akan bertemu dengan seorang pengendara lagi, Bang Chalil, di meeting point gerbang komplek perumahan Telaga Kahuripan, Parung, Bogor, yang membawa Kawasaki KLX 250.
Lengangnya jalanan pagi menuju Parung membuat kami bisa sampai di Telaga Kahuripan dalam waktu 20 menit. Pukul 5.30 kami jalan dari Telaga Kahuripan setelah mengisi bensin terlebih dahulu. Kami sengaja lewat Telaga Kahuripan, kemudian lewat Jalan H. Miing untuk mempersingkat waktu tempuh ke Leuwiliang. Jalanannya aspal, kecil namun lengang, tak perlu melewati titik-titik macet di sepanjang Jalan Semplak atau di kawasan Kampus IPB Darmaga.
Pukul 07.30, kami sudah masuk Jalan Mohnoh Noer. Tapi sebelumnya kami mengisi perut dulu dengan sarapan lontong sayur dan nasi uduk, plus teh manis panas. Perjalanan masih jauh kawan.
Jalanan Mohnoh Noer lebih kecil. Kalau ada mobil dari lawan arah, satu mobil harus berhenti, dilapis aspal mulus. Hanya beberapa titik saja yang berlubang dan agak rusak. Selebihnya bagus. Membuat KLX 150L yang saya tunggangi agak kesulitan membelok. Maklum bannya ban pacul, kalau di aspal sulit menikung.
Mana “tahunya” besar-besar. KLX yang saya tunggangi sudah tidak standar lagi, dimodif sana sini untuk bermain di medan lumpur. Gir sudah besar sehingga perpindahan dari gigi satu ke gigi dua harus diurut agar tidak menyentak di jalanan aspal. Kalau di lumpur enak karena memang ditujukan untuk mendapatkan sentakan torsi yang besar.
[gallery columns="4" ids="17711,17712,17713,17714,17715,17716,17718,17719,17720,17721,17722,17723,17724,17725,17726,17727">
EKA ZULKARNAIN
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test