Sang revolusioner kini tak semenakjubkan waktu baru lahir. Nama Honda ADV 150 agak jarang terdengar. Begitu pula tergolong langka lalu-lalang di jalan. Paling tidak saat dibandingkan PCX. Padahal secara produk sangatlah menarik, melawan arus utama konsep skuter. Namun bagi yang masih menginginkannya , mari menimbang: Lebih baik beli baru atau bekas?
Hingga saat ini, PT AHM masih menjualnya di angka Rp 34,74 juta – Rp 37,8 juta OTR Jakarta. Belum naik dari nominal tahun lalu. Sementara ketika kami mencari unit-unit bekas keluaran 2019, alias produksi pertama, ada di kisaran Rp 27 juta – Rp 31 juta. Tentunya makin muda makin mahal. Serta tergantung kondisi dan tipe yang dipilih. Jauh-kah perbedaannya?
Bisa dibilang ya. Kalau Anda merupakan konsumen dengan budget tunai, gap itu cukup besar. Katakanlah varian termurah (non-ABS) bekas dibanderol Rp 27 juta dan barunya Rp 34,74 juta, selisihnya mencapai Rp 7 juta. Bisa dialokasikan untuk modifikasi banyak sektor. Dengan catatan, kondisinya sehat-sehat saja. Beda cerita kalau mengenaskan dan pemilik sebelumnya tidak apik. Meski bakal jarang ditemukan begitu, sebab usianya muda.
Yang juga perlu Anda pertimbangkan, fasilitas servis gratis serta garansi sudah berjalan. Hampir habis masanya. Segala soal perawatan dan komponen dibebankan penuh ke pemilik. Dan tentunya akan punya kalkulasi berbeda dengan unit baru soal maintenance. Tapi selama mendapat unit segar, rentang harga itu masuk akal. Kami bisa katakan mereka pembeli kontan lebih baik berburu unit bekas.
Bagaimana jika mau mencicil? Khusus kasus ini, kami rasa membeli unit baru lebih menguntungkan. Toh jika dihitung, biayanya jadi tak jauh beda. Apalagi jika disokong uang muka besar atau cicilan tenor panjang. Malah bisa-bisa, mencicil kendaraan bekas lebih besar bunganya. Belum lagi perlu melakukan perawatan tanpa fasilitas jasa gratis. Gap Rp 7 juta sudah tak ada artinya.
Baca Juga: Tahan Dulu, Honda CBR250RR Bekas Kini Harganya Dekat All New CBR150R
Kami pernah observasi langsung. Salah satu kepala bengkel resmi motor Honda (AHASS) di kawasan Jakarta Selatan, mengatakan, tiap unit ADV berhak mendapat jasa servis gratis sebanyak tiga kali dan satu botol oli. Itu dihitung sejak tanggal pembelian.
Servis pertama, saat kilometer menyentuh angka 1.000 atau dua bulan. Tergantung mana yang duluan. Tapi sang kepala bengkel yang tak ingin disebutkan namanya bilang, toleransi jumlah kilometer cukup longgar ketimbang bulan yang terlewat. Ini cukup menguntungkan. Asumsikan saja sehari motor berkeliling 25-35km, dalam dua bulan sudah pasti menyentuh 2.000km. Pada fase ini, diberikan oli SPX 2 gratis, berikut jasa lengkap pengecekan serta pembersihan area CVT.
Kalau masih pakai perhitungan jarak tadi, di bulan ke empat (fase dua), motor pas mencapai 4.000an kilometer. Jadwal penggantian oli (per 2.500km) pun sedikit lagi datang. Jadi sekalian saja lakukan servis lengkap serta membeli oli Rp 58 ribu.
Nah, kebijakan servis Honda di fase tiga, ada di 8.000km atau delapan bulan. Jika masih konsisten dengan jarak harian tadi, ganti oli harus dilakukan pada bulan ke enam. Saran kami, datang saja ke bengkel resmi untuk ganti oli, tapi jangan lakukan servis. Fasilitas gratis fase tiga lebih baik dinikmati pada bulan ke delapan. Supaya jarak perawatan tak terlalu singkat.
Dalam fase tiga ini (delapan bulan), harus dimanfaatkan baik-baik, karena menjadi yang terakhir. Lakukan pengecekan menyeluruh. Mulai dari kondisi kemudi, busi, kelistrikan, CVT, hingga pembersihan area itu. Oli juga perlu diganti, berarti ada tambahan biaya Rp 58 ribu.
Berakhirlah semua fasilitas gratis. Kini semua tergantung pemakaian. Di bulan ke sepuluh atau sebelas (10.500km), oli kembali harus dikuras. Tambahkan Rp 58 ribu, termasuk jasa mekanik. Busi dan oli transmisi pun sudah saatnya diganti, masing-masing dijual Rp 25 ribu dan Rp 16 ribu. Jadi kalau ditotal, selama tahun pertama konsumen hanya perlu menyiapkan budget Rp 215 ribu, dengan asumsi pemakaian 1.000km per bulan. Ekonomis.
Lantas bagaimana tahun kedua, saat tak ada lagi subsidi dari AHM? Tentu, nominalnya bisa melonjak dua kali lipat bahkan lebih. Pertama yang perlu dibayar adalah pajak. Dari penelusuran kami, tertera angka Rp 428,8 ribu untuk PKB pokok ADV.
Catatan itu didapat dari aplikasi Samsat Jawa Barat. Tapi, nominal belum termasuk SWDKLLJ pokok. Kurang lebih ditambah Rp 35 ribu lagi. Ingat, perhitungan ini berdasar pada kepemilikan pertama. Jika nama Anda tertera di banyak kendaraan, tak menutup kemungkinan mencapai Rp 800 ribuan. Jangan lupa selalu blokir nama setelah menjual motor, karena berpotensi digunakan orang lain.
Berikutnya, spare part di luar oli mulai termakan usia. Misal saringan udara, harus diganti setiap 16.000km. Harganya Rp 73,5 ribu. Lanjut belt CVT yang diganti setiap 22.000km atau dua tahun, dijual seharga Rp 186 ribu belum termasuk ongkos pasang. Sama halnya dengan kampas kopling, dua tahun sekali baiknya diganti, atau 24.000km. Harganya Rp 186 ribu termasuk roller.
Kampas rem pun ikut terkikis, masing-masing Rp 118 ribu (Depan) dan Rp 62,5 ribu (Belakang). Karena sudah tak ada subsidi jasa gratis, paket lengkap servis dibanderol Rp 165 ribu. Meliputi pengecekan seluruh komponen dan pembersihan area fundamental ADV 150. Total di luar jasa, Anda perlu siapkan uang Rp 1,089 juta di tahun kedua. Ini belum termasuk penggantian oli dan perawatan lengkap, karena bergantung pada kebutuhan masing-masing.
Perhitungan tahun ketiga bisa mengacu pada paparan biaya tahun pertama ditambah biaya pajak dan servis tiga kali. Sementara tahun keempat bisa melihat rincian biaya tahun kedua. Kurang lebih, inilah gambaran kasar memelihara Honda ADV 150.
Harus digarisbawahi, setiap konsumen bisa mendapat angka yang lebih mahal atau bahkan jauh di bawah. Kami mengambil jarak rata-rata 1.000km sebulan, dan rasanya sangat relevan. Mengingat begitu banyak masyarakat yang tinggal di pinggiran Jakarta, sementara tempat berkegiatan ada di tengah kota.
Baca Juga: Aksesori dan Apparel Resmi untuk All New Honda CBR15R, Mulai Rp 50 Ribuan
Menjadi anomali di antara kompetitor saja sudah menjadi nilai tambah. Honda ADV 150 berhasil tak mengekor tema arus utama. Baru kali ini, nuansa adventure kental diterjemahkan pada skutik 150 cc. Maskulinitas itu juga diperkuat dengan kemampuan jelajah lebih luas. Apalagi, rangkaian fitur lengkap membuat ia makin layak dibeli.
ADV 150 dilengkapi Idling Start Stop (ISS). Berfungsi tiap kali motor berhenti selama lebih dari tiga detik. Otomatis mesin dimatikan dan cukup memutar gas sedikit akan menyala lagi. Prosesnya pun sunyi, tanpa suara sama sekali, karena sudah mengadopsi ACG Starter.
Terakhir, ia juga dibekali remote dengan berbagai fungsi. Untuk mengaktifkan alarm, Answer Back System, serta sinkronisasi pada kenop putar. Ya, tentu sudah tak membutuhkan anak kunci untuk menyalakan mesin. Tapi jika sewaktu-waktu sistemnya tak berfungsi, ada lubang rahasia tepat di sebelah kenop. Dari situ Anda bisa memasukkan anak kunci untuk membuka jok, melakukan penggantian aki.
Salah satu hal yang tak dipunya skutik sekelas, windshield tinggi. Tentu saja, penghantar angin ini menjadi aksesori wajib bagi motor ber-DNA tualang. Posisi ketinggian pun bisa diatur dalam dua tahap. Meski belum elektronik, mekanisme pergantian sangat mudah. Cukup menarik kenop di dekat mika dan tinggal sesuaikan saja.
Berikutnya, bagasi begitu luas. Ceruk di balik jok memiliki volume total 28 liter dan memanjang. Plus, terdapat undakan, berfungsi memisahkan peletakan barang. Helm sudah pasti bisa masuk. Bahkan beberapa tipe full face. Dan pada pemisah tadi, Anda dengan mudah menyimpan beberapa peralatan penting lagi untuk perjalanan jauh. Tak perlu berdempetan dengan helm.
Sekarang bicara daya tampung bensin, rasanya juga cukup. Nozzle bakal terus mengisi hingga dispenser SPBU menunjukkan angka 8 liter. Jika mengacu pada klaim konsumsi bahan bakar Honda (46,6 kpl), harusnya sanggup menempuh jarak 372,8 km.
Jarak dek ke tanah ADV cukup tinggi, 165 mm. Jauh di atas kompetitor atau saudaranya sendiri, yang rata-rata berada di angka 130 mm. Meski sudah tinggi, posisi muffler juga ikut ditekuk ke atas. Yang otomatis meminimalisir risiko kemasukan air. Yap, setidaknya melewati gundukan tanah, polisi tidur tinggi, atau kubangan air sedikit teratasi bukan?
Suspensi memiliki travel panjang. Fork teleskopik berdiameter 31 mm itu mencatat jarak main sampai 130 mm. Dan dibelakang, dua suspensi Showa dibekali subtank – memisahkan oli dan udara. Kualitas peredamannya diklaim moderat, dalam kata lain pas. Menunjang kelincahan manuver sang skutik eksentrik. Sama seperti yang depan, travel shock breaker belakang juga panjang, 120 mm. Bersinergi dengan per progresif, bukan linear.
Perihal peranti penjinak laju, Honda memasangkan wavy disc brake di kedua sisi. Bagian depan diapit kaliper tiga piston, serta sensor ABS. Sementara di belakang dijepit kaliper satu piston tanpa ABS. Ya, agak disayangkan sensor pengaman rem hanya satu kanal.
Dapur pacu 149,3 cc eSP PGM-FI mencatat output 14,2 Hp/8.500 rpm dan torsi 13,8 Nm/6.500 rpm. Sebetulnya, basis hingga ukuran bore dan stroke silinder sama persis dengan PCX. Namun ubahan pada ECM (Engine Control Module), air filter, serta model knalpot, berhasil memberi dampak momen puntir lebih baik. (Hlm/Odi)
Baca Juga: 5 Alasan Memilih Honda Vario 125 Ketimbang Scoopy Baru
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.