Honda Brio, mobil perkotaan yang sangat menarik. Ia punya bekal yang sangat sesuai dengan segmen city car. Dimensi ringkas, performa cukup dan efisien. Cocok untuk digunakan sebagai kendaraan sehari-hari. Membelah belantara kota yang penuh dengan kesibukan. Honda Brio sangat cocok dipakai berbagai kalangan. Mulai dari pelajar mahasiswa, pekerja kantoran, ibu rumah tangga maupun untuk kendaraan keluarga kecil.
Lebih menariknya lagi, anggota keluarga Brio ada yang masuk dalam skema Low Cost Green Car (LCGC), dengan menyandang nama Satya. Kondisi itu memberi jaminan banderol lebih ekonomis ketimbang hatchback city car biasa. Dipastikan harganya saat menjadi mobil seken juga masih masuk kategori murah. Ia pun bersaing dengan kontestan lain di segmen sama. Sebut saja duet Agya dan Ayla.
Sementara dari kompetisi non-LCGC ada pesaing seperti Suzuki Ignis, Nissan March dan Daihatsu Sirion. Namun Brio bisa dibilang punya konsistensi tinggi. Sejak awal, manufaktur tak terlalu menawarkan produk yang "murahan" ketimbang pemain LCGC lain. Kualitasnya sebagai produk murah boleh jadi hal yang dibanggakan. Tatkala pabrikan lain berlomba dengan produk murah namun kualitas jadi tanda tanya, Brio sudah menetapkan standar yang cukup baik.
Baca Juga: Perhatikan Ini Dulu Sebelum Beli Daihatsu Ayla Bekas
Tak cuma itu, performa pun jadi salah satu poin unggul Brio. Honda sampai menjadikan angka 90 sebagai semacam simbol pada Brio. Angka itu merujuk pada hasil tenaga, 90 PS, yang ditawarkan Brio. Paling unggul di antara pesaingnya. Mesin sudah 4-silinder. Ketimbang pemain lain di awal dengan 3-silinder. Kemudian, transmisi otomatis model CVT. Terkenal nyaman, halus dan berkontribusi pada efisiensi bahan bakarnya. Tentu bukan jadi soal kalau berbicara konsumsi BBM. Lantaran salah satu syarat LCGC bisa menyentuh 20 kpl. Brio non-LCGC pun menyanggupi.
Kelemahannya datang dari desain dan dimensi. Generasi awal Brio punya eksterior belakang yang menuai kontroversi selera. Kemudian menjadikan ruang bagasi ikut berkurang daya tampungnya. Ruang kaki di kabin juga sempit. Cukup pas untuk tinggi rata-rata orang Indonesia. Bakal sesak kalau diisi penuh lima orang dewasa.
Tapi soal tampilan keseluruhan, Brio punya aura sporty yang kental. Melebihi lawan-lawannya. Makanya banyak pengguna Brio dari segmen muda atau yang berjiwa muda.
Saat Honda Jazz merajai jalanan dan posisi lini pabrikan, Brio datang sebagai alternatif yang segar. Lebih ringkas dan berbanderol di bawah hatchback Jazz. Kendati begitu, eksistensinya sebagai produk impor tak bisa juga dibilang murah. Masuk sebagai produk CBU dari Thailand pada 2012 setelah mendebut tahun sebelumnya. Brio kala itu menggendong jantung mekanis 4-silinder 1.300 cc i-VTEC. Sejumlah pasar lain kebagian mesin berbeda 1,2 liter.
Pertama mengaspal, Brio 1.3L ditawarkan dalam varian S dan E. Mesin 1,3 liter i-VTEC punya tenaga 100 PS. Meski barang CBU, keberadaannya untuk mengisi segmen murah tetap tak bisa ditutupi. Material interior paling jelas berkata. Beberapa area plastik terasa irit bujet, kalau tak ingin dibilang murahan. Apalagi dengan skema perpaduan warna hitam, coklat dan beige. Seperti ingin menampilkan kesan mewah pada interior sedan namun minim eksekusi akhir.
Kelengkapan eksterior terbilang minim. Tanpa lampu kabut, defogger dan wiper belakang. Beruntung pelek 14 inci terpasang. Jadi tak seperti orang berkaki kurus yang memakai baju kebesaran. Pintu belakang cuma bisa dibuka dengan tuas dari dalam atau dengan kunci. Sementara tipe bawah S lebih minim dengan pelek kaleng dan material plastik hitam pada spion serta handle pintu.
Fitur pada interior memadai. Varian atas kedapatan head unit 2DIN dengan banyak sarana, pengaturan AC standar, cup holder dan power window tanpa Auto-up. Untuk varian bawah, jendela belakang masih manual engkol, belum otomatis.
Terlepas dari berbagai kekurangan, satu poin jempolan Brio. Ia datang dengan bekal fitur safety hebat. Standar pada Brio adalah 2 SRS airbags, rem ABS+EBD, pretensioner seat belt dan GCON+ACE. Kala itu, masih banyak mobil lain dengan bekal kantong udara cuma satu. Tak sedikit yang belum menyertakan ABS, apalagi ditambah dengan EBD.
Baca Juga: Alasan Honda Brio RS Baru Lebih Menggoda Ketimbang Jazz RS Bekas
Setahun sejak kemunculannya di Indonesia, Brio bersiap memasuki pasar baru LCGC. Honda Prospect Motor (HPM) merakit Brio untuk Indonesia pada 2013. Mesin 1.2L i-VTEC mendebut pada tahun ini, dengan tenaga andalan 88 PS dan transmisi manual maupun otomatis 5-speed. Muncul kemudian Brio Satya dengan tingkat varian A, S dan E. Sedang untuk Brio non-LCGC punya varian S dan E. Satu varian tertinggi disebut dengan Brio Sports dan tetap dengan mesin 1,3 liter. Satya cuma tersedia transmisi manual. Sedang otomatis 5-speed bisa dipilih pada Brio dan Brio Sports.
Tak cuma jadi lebih murah, Brio CKD diberi kelengkapan yang sebelumnya absen. Seperti semua jendela power window, lampu kabut dan wiper belakang. Varian bontot tetap dengan kesederhanaan, meningkat kelengkapannya pada varian lebih tinggi. Satya dan Brio tipe sama, berbagi fitur yang juga mirip. Bedanya cuma pada rem ABS+EBD, security alarm, peredam mesin, opsi transmisi dan garnish belakang.
Pada 2014, HPM memberi sedikit peningkatan pada Satya dan Brio. Seperti ganti warna dasbor dan penambahan alarm pada Satya dan revisi desain pelek pada Brio.
Saatnya keluarga Brio mendapat penyegaran. Ubahannya signifikan. Wajah dengan grille dan bumper lebih sporty modern, desain pelek diganti, buritan pun direvisi. Muka dan dasbor pada interior dibikin mirip Mobilio dan BR-V (masih berbagi satu platform). Turut ditunjang peningkatan kualitas dan kelengkapan fitur.
Pada fase ini Brio bermesin 1,3 liter hilang. Kasta puncak diisi oleh Brio RS. Jantung mekanis seragam 1,2 liter, namun powernya meningkat. Menjadi 90 PS, paling bertenaga di kelasnya. Transmisi pun beralih ke CVT untuk yang otomatis. Dan Satya kebagian opsi transmisi CVT (tipe E).
Pertengahan 2018 all new Honda Brio meluncur. Generasi kedua masih memakai platform sama, tapi sedikit diregangkan. Dimensi daan jarak sumbu roda lebih panjang, berkontribusi pada kabin yang lebih lapang. Tampilannya kian sporty dibanding versi facelift generasi 1. Buritan yang papas pun hilang, jadi lebih cembung seperti hatchback pada umumnya. Jantung mekanis model lama masih dipercaya pada all new Honda Brio. Juga dengan opsi transmisi manual 5-speed dan CVT. Desainnya jauh lebih mewah dan modern ketimbang para pendahulunya, diiringi peningkatan yang baik dari segi kualitas.
Mengesampingkan bujet, ragam varian Brio bisa dipilih. Untuk yang sudah cukup berumur dan belum facelift, varian Sports layak dilirik. Karena punya kelengkapan dan mesin yang bertenaga. Baru kemudian pilihan lainnya Brio tipe E non LCGC dengan transmisi otomatis.
Untuk model facelift lebih beragam. Selain tampangnya lebih menarik, kualitas dan fitur pun lebih segar. Bisa cari Satya tertinggi tipe E atau Brio RS untuk varian lebih tinggi. Perbedaannya tak terlalu signifikan dari segi kelengkapan. Cuma di estetika saja. Seperti kabin terang pada Satya, sedang RS dominasi hitam yang lebih sporty nuansanya.
Rumus yang sama juga berlaku pada generasi 2. Tinggal pilih sesuai bujet dan selera, karena Satya tipe E dan Brio RS tak jauh berbeda untuk kelengkapan dasarnya. Semua sudah didukung safety yang memadai. Pastikan lagi teliti perihal kondisi kendaraan dan perawatan sebelumnya. Cek kaki-kaki, kalau sudah banyak bunyi-bunyian kemungkinan sudah minta jajan. Soal mesin jarang terdengar masalah berarti. Tergolong kuat dan efisiensi selalu terjaga. Kalau sudah mendapatkan pilihan, segera ganti semua oli maupun cairan, agar kembali segar. (Tom/Odi)
Baca Juga: Perhatikan Ini Dulu Sebelum Beli Daihatsu Ayla Bekas
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.