Masuknya Hyundai Ioniq 5 menambah banyak pilihan mobil listrik di Tanah Air. Banderol tertinggi Rp829 juta untuk varian Signature Long Range. Ini jauh lebih mahal ketimbang Nissan Leaf yang meluncur duluan. Ia dilego Rp730 juta untuk opsi two-toned. Gap yang cukup besar itu tentu bakal mempengaruhi keputusan Anda dalam memilih. Lantas mau pilih yang mana?
Di atas kertas, performa jantung pacu Hyundai Ioniq 5 lebih unggul. Menganut Permanent Magnet Synchronous Motor (PMSM) yang menggerakkan roda belakang (rear-wheel drive), tenaga terhasilkan mencapai 217 PS dan torsi maksimum 350 Nm. Akselerasi dari posisi nol ke 100 km/jam untuk varian tertinggi ini membutuhkan 7,8 detik.
Sementara Nissan Leaf harus puas punya keluaran daya 150 PS dan dorongan 320 Nm. Meski begitu, bukan berarti performa Leaf tak bagus. Berdasarkan pernyataan Nissan, hatchback elektrik ini dapat melesat dari kecepatan nol hingga 100 km/jam dalam waktu 7,9 detik. Hanya selisih 0,1 detik saja dengan Hyundai Ioniq 5.
Perbedaan tenaga itu tentu terasa kentara, baik saat berkendara di dalam kota maupun di luar kota. Tenaga puncak yang dicapai berbeda. Termasuk akselerasi yang sangat berguna saat menjelajah dengan gaya stop&go di perkotaan atau menyalip di jalur bebas hambatan. Jika Anda sangat sensitif dengan urusan performa, Hyundai Ioniq 5 bisa menjadi pilihan. Namun, melihat selisih harga yang lumayan, Nissan Leaf tidak buruk-buruk amat untuk dipinang.
Terlepas dari performa, kemampuan jelajah dan kemudahan pengisian daya patut dipertimbangkan. Pemberian nama Long Range pada Hyundai Ioniq 5 berarti ia punya kemampuan bertualang yang lebih jauh. Kapasitas baterai tertanam 72,6 kWh. Berdasarkan brosur, ia dapat bergerak hingga 451 Km dalam sekali pengisian listrik.
Kami pun telah mencobanya. Rute Jakarta-Bandung-Jakarta berjarak 325 km bukan perkara sulit. Tak perlu melakukan pengisian listrik di tengah jalan. Padahal gaya berkendara yang diaplikasikan kombinasi normal dengan agresif. Bahkan tiba di Jakarta masih tersisa cukup banyak untuk menggerakkan mobil ke stasiun pengisian daya terdekat.
Untuk kemudahaan pengisian daya, Hyundai menyediakan beragam opsi. Penggunaan wall charger atau public charger dari posisi baterai paling minim ke 100 persen membutuhkan 6 jam. Pilihan lebih cepat ada dua, fast-charging station 50 kW sekitar 56 menit dan 350 kW Cuma butuh 17 menit. Dua opsi pengisian cepat mungkin menjadi pekerjaan rumah tersendiri, lantaran belum terlalu banyak jasa penyedianya.
Nissan Leaf harus bertekuk lutut bila dikomparasi Hyundai Ioniq 5 terkait daya jelajah dan pengisian daya. Ia menggendong baterai berkapasitas 40 kWh yang hanya mampu melesat sejauh 311 Km. Untuk penggunaan dalam kota mungkin tak jadi masalah, perjalanan luar kota yang membutuhkan perencanaan matang. Rasa was-was baterai habis, padahal masih menyisakan cukup banyak sempat kami rasakan saat pengujian ke Bandung.
Kami harus mengisi daya di Bandung, agar dapat kembali ke Jakarta dengan aman. Sebagai catatan, Leaf punya tiga opsi pengisian. Bila menemukan daya listrik 3,3 kW, maka dibutuhkan waktu sekitar 12 sampai 15 jam hingga penuh. Namun, jika dayanya 7,4 kW, berarti pengisian daya sekitar 5 hingga 7 jam. Ada pilihan kurang dari satu jam, yakni menggunakan fast charging.
Celakanya di sini. Soket fast charging Leaf menggunakan Chademo yang cukup jarang ditemui. Saat di Bandung saja, dua stasiun pengisian PLN mengalami kerusakan. Sementara di rest area sepanjang jalan tol kebanyakan menyediakan colokan model CCS Type untuk fast charging. Perangkat ini hanya kompatibel dengan Hyundai Ioniq 5 yang memang menggunakan model konektor itu.
Walau begitu, apabila Anda hanya menggunakan mobil listrik untuk kebutuhan perkotaan. Nissan Leaf rasanya sudah cukup mengakomodasi. Rata-rata jarak tempuh masyarakat urban sekitar 50 km per hari. Artinya, mobil bisa diisi dayanya minimal tiap 3 atau 4 hari sekali. Tapi berkat adanya wall charger di rumah, setidaknya Anda bisa terus mencharger tiap hari agar baterai penuh terus.
Baca Juga: MG ZS EV vs Hyundai Kona Electric, Gali Potensi Crossover Niremisi
Bicara kelengkapan fitur, Hyundai Ioniq 5 dapat dikatakan lebih mumpuni karena kelengkapannya. Namun, bukan berarti Nissan Leaf tak layak. Penyematan perangkat pada Leaf sebenarnya cukup dalam memenuhi kebutuhan pengguna.
Pada eksterior, sektor penerangan masing-masing bisa menyala sendiri saat melewati jalan gelap pada siang hari berkat Auto On. Lantaran sama-sama pakai teknologi LED, meski tampilan Ioniq 5 lebih provokatif dengan gaya Parametric Pixel yang retro. Kemudian Wiper pada Ioniq 5 didukung sensor hujan, yang mengaktifkan perangkat ketika terdeteksi adanya titik air jatuh ke windshield. Sementara Leaf hanya dilengkapi sensor speed, yang mengatur kecepatan wiper berdasarkan laju kendaraan.
Kenyamanan dalam kabin, khususnya pengaturan jok harus diakui dimenangkan Ioniq 5. Bagaimana tidak, seluruh joknya bisa diatur secara elektrik. Cukup tekan tombol. Berbeda dengan Leaf yang masih konvensional menggunakan tuas. Baris depan Ioniq 5 juga diberikan fitur fancy tapi cukup fungsional, yakni pemanas dan pendingin jok.
Tatanan dashboard Leaf memancarkan aura modern, meski ada sentuhan layaknya mobil-mobil konvensional. Sementara Ioniq 5 jauh modern dengan konsep minimalis. Paling menarik tentu perangkat infotainment dan layar informasi kendaraan. Jika dibandingkan cukup kontras.
Head Unit Leaf berukuran 8 inci yang tertanam pada dashboard. Untuk panel instrumen merupakan kombinasi antara digital display dengan analog. Layar virtualnya terbilang sederhana, walau memang menampilkan informasi cukup lengkap. Ukuran lebih besar disajikan Ioniq dengan gaya floating. Proyektor gambar di tengah berukuran 12,3 inci dan dibuat seolah menyatu dengan instrument cluster berdimensi sama. Sketsa yang ditampilkan pun lebih kompleks mulai dari pewarnaan, tatanan hingga informasi tersaji. Bak ada tablet PC tertanam di dalam. Ini masih ditunjang sistem audio dari merk ternama, BOSE. Sehingga keluaran suaranya bisa diadu.
Masing-masing juga punya Paddle Shifters. Bukan untuk mengatur transmisi, tapi tingkatan regenerative brakes untuk memanen energi hasil pengereman. Kemudahan berkendara terutama saat berjalan jauh disokong Cruise Control. Perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan kecepatan kendaraan di depan. Ioniq 5 sudah bersifat adaptive, bahkan mendukung hingga kecepatan nol km/jam. Mobil akan berhenti lalu bergerak kembali jika mendapati kendaraan di depan menjauh. Sayangnya Leaf masih statis alias mengikuti kecepatan yang dipatok pengemudi. Perbedaan ini cukup mencolok, karena Anda tak bisa lebih santai ketimbang menaiki Ioniq 5.
Lanjut ke perangkat keselamatan. Masing-masing dibekali fitur umum yang banyak ditemukan bahkan di mobil konvensional. Sebut saja Anti-lock Braking System, Electronic Brakeforce Distribution, Hill Start Assist dan Vehicle Stability Control. Keamanan pasif turut diperkuat airbag yang jumlahnya 6 buah pada kedua model. Peletakannya dua di depan, samping baris depan dan seluruh jendela hingga baris belakang. Jadi tak usah khawatir.
Pembeda dari Ioniq 5 dan Leaf terletak dari Advanced Driving Safety System (ADAS). Perlu diketahui saat ini pabrikan berlomba-lomba mengembangkan teknologi semi otonom yang mampu melindungi pemilik kendaraan. Penggunaannya pun bersifat relatif, soalnya dibutuhkan infrastruktur yang baik agar fitur tersebut dapat bekerja sempurna.
Jika Anda sangat memperdulikan keselamatan, keberadaannya bisa menjadi pertimbangan. Pasalnya, baik Leaf maupun Ioniq 5 punya dan dapat dibandingkan terkait kelengkapan. Di Leaf, teknologi ini disebut Nissan Intelligent Mobility. Di dalamnya ada e-Pedal yang merupakan akselerator sekaligus deselerator. Cukup memakai satu pedal, mobil bisa melaju ketika ditekan dan melambat ketika dilepas. Ini tentunya bakal memudahkan pengendara untuk mendapatkan energi dari regenerative brakes lebih maksimal. Soalnya, tingkat sensitivitasnya bisa diatur melalui paddle shifters.
Kemudian terdapat Forward Collision Warning (FCW) yang memberikan peringatan ketika Leaf yang digunakan terlalu dekat dengan kendaraan di depan. Ini turut disokong Forward Emergency Braking yang melakukan pengereman secara otomatis, bila dideteksi mobil mau menabrak. Terakhir adalah Intelligent Around View Monitor. Sebenarnya ini sudah banyak ditemukan pada mobil premium. Berkat empat kamera yang tertanam di sekitar bodi, imaji keadaan sekitar bisa terlihat di head unit. Parkir atau melewati jalan sempit pun menjadi lebih mudah. Terakhir Moving Object Detection yang sudah sangat umum.
Nah, itu dia ADAS yang dimiliki Leaf. Bagaimana dengan Ioniq 5? Keempat fitur di atas juga dimiliki mobil asal Korea Selatan ini tapi ada tambahan bahkan lebih sempurna. Contohnya kamera 360, ia mampu memproyeksikan jadi virtual view karena lensa yang digunakan lebih wide. Seolah Anda sedang bermain game dengan sudut pandang orang ketiga.
Selanjutnya ada ekstra perangkat, yaitu Lane Keeping Assist yang menjaga mobil agar tak keluar jalur bermarka. Ini dibantu Lane Following Assist yang mengotomatisasi kemudi agar selalu di tengah lajur.
Berdasarkan data spesifikasi dan fitur, Hyundai Ioniq 5 lebih unggul dari Nissan Leaf. Walau harus ditebus dengan penambahan kocek yang mencapai Rp100 jutaan. Performa juga, tapi sebenarnya masih bisa ditoleransi. Toh sebagai mobil perkotaan, terdapat batas kecepatan yang tidak terlalu tinggi.
Justru yang jadi perhatian adalah daya jelajah dan pengisian. Mengingat infrastruktur pengisian daya masih terbatas, perlu pintar-pintar untuk mengatur perjalanan khususnya ketika jaraknya cukup jauh. Ioniq 5 lebih mampu menjelajah ke banyak destinasi dan colokan CCS yang dipakai lebih mudah untuk ditemukan. Apalagi sang brand sudah menginvestasikan dana cukup besar untuk membangun infrastruktur, mulai dari diler, SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) hingga fasilitas umum seperti di mall atau restoran.
Namun, bila Anda hanya menggunakan untuk mobilitas sehari-hari di perkotaan, Nissan Leaf cukup ideal untuk dipilih. (Hfd/Odi)
Baca Juga: Nissan Leaf vs Hyundai Ioniq, Komparasi Mobil Niremisi Termurah saat Ini
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.