Riset Populix: Terungkap Beberapa Kekhawatiran Masyarakat Terhadap EV di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan populasi besar dan kebutuhan transportasi tinggi. Beberapa tahun belakangan, menunjukkan pertumbuhan signifikan terhadap penggunaan kendaraan listrik (EV). Berdasar Gaikindo, pertumbuhan 2023 saja mencapai 65,22 persen. Tahun ini diprediksi semakin naik. Namun demikian, isu baterai dan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik menjadi hambatan terbesar industri kendaraan listrik di Tanah Air. Hal ini dapat dilihat dari riset Populix terbaru bertajuk “Electric Vehicle Dynamics: Unveiling Consumer Perspectives and Market Insights”.
Dalam riset mereka, menunjukan kekhawatiran dengan sisa baterai selama perjalanan (65 persen), kapasitas jarak tempuh terbatas (61 persen ) dan tidak semua bengkel menerima perbaikan meskipun kerusakannya non-listrik (49 persen). Selain itu, keterbatasan infrastruktur atau fasilitas charging (43 persen). Lokasi stasiun pengisian daya masih sedikit dan cenderung jauh (42 persen) juga menjadi tantangan konsumen dalam menggunakan kendaraan listrik.
"Seiring dengan berkembangnya pasar kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Kolaborasi antara regulator dan produsen EV menjadi semakin krusial guna mengatasi tantangan mendasar. Misalnya seperti aksesibilitas, jarak tempuh, biaya, hingga ketersediaan infrastruktur pengisian daya. Itu bisa menghambat integrasi kendaraan listrik bagi mobilitas konsumen sehari-hari. Dengan memahami tantangan dan preferensi konsumen. Sinergi ini menjadi kunci dalam mendorong adopsi EV secara lebih luas. Serta meningkatkan pertumbuhan industri kendaraan listrik di Indonesia," ujar Timothy Astandu, CEO & Co-Founder Populix, dalam surel kepada OTO.com.
Dinamika Penggunaan Kendaraan Listrik
Riset mereka juga memperlihatkan beberapa aspek. Pengisian daya kendaraan listrik paling nyaman dilakukan di rumah (59 persen), sementara stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) hanya digunakan oleh 15 persen responden. Tempat penukaran baterai kendaraan listrik yang paling populer adalah lokasi brand resmi (78 persen). Diikuti oleh stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) (42 persen).
Frekuensi penggunaan SPKLU atau SPBKLU bervariasi. Menurut Populix, sebanyak 55 persen melakukan pengisian daya di tempat itu. Setidaknya satu kali seminggu dan bahkan sebagian kecil menggunakannya setiap hari.
Nah, di dalam kategori sepeda listrik, tujuan utama penggunaan termasuk belanja kebutuhan sehari-hari berkisar (79 persen). Antar-jemput teman atau keluarga (62 persen), mengunjungi teman atau keluarga (58 persen), mengirim barang (23 persen) dan bekerja (13 persen). Konsumen memiliki ekspektasi harga sepeda listrik rata-rata sebesar Rp4.700.000 dengan jarak tempuh 12,32 km guna memenuhi kebutuhan mobilitas mereka. Sepeda listrik paling banyak digunakan di Indonesia adalah Uwinfly (32 persen), Exotic (22 persen) dan Polygon (12 persen).
Responden menggunakan motor listrik dengan tujuan utama untuk belanja kebutuhan sehari-hari (72 persen). Mengunjungi teman atau keluarga (57 persen), antar-jemput teman atau keluarga (57 persen), bekerja (47 persen) dan perjalanan dalam kota (46 persen). Untuk memenuhi tujuan itu, konsumen merasa bahwa jarak tempuh motor listrik ideal adalah 74,93 km. Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap harga motor listrik rata-rata sebesar Rp18.000.000. Adapun tiga merek paling banyak digunakan adalah Volta (15 persen), Honda (15 persen) dan Polytron (13 persen).
Untuk mobil listrik, tujuan utama penggunaan meliputi mengunjungi teman atau keluarga (71 persen). Perjalanan dalam kota (69 persen), bekerja (67 persen), antar-jemput teman atau keluarga (63 persen). Kemudian belanja kebutuhan sehari-hari (60 persen). Rata-rata konsumen menilai harga mobil listrik yang ideal adalah sebesar Rp250.000.000 dan memiliki jarak tempuh minimal 261,18 km. Merek yang saat ini paling banyak digunakan: Wuling (57 persen), Hyundai (24 persen) dan Toyota (9 persen).
VP of Research Populix Indah Tanip menjelaskan. Saat ini pembelian kendaraan listrik masih didorong kuat oleh program-program promosi. Adapun bentuk promo yang paling disukai oleh konsumen mencakup diskon khusus dari produsen. Misalnya potongan harga atau cashback (65 persen ), garansi baterai atau unit (65 persen). Lalu subsidi pemerintah dalam bentuk diskon atau insentif langsung (57 persen), serta penawaran paket spesial selama periode tertentu (43 persen).
Sumber Informasi EV di Indonesia
Mayoritas responden mencari informasi seputar kendaraan listrik dari media sosial dan channel online (89 persen) serta aset-aset BTL (80 persen). Adapun lima sumber media sosial dan channel online paling banyak digunakan meliputi iklan YouTube (39 persen). Kemudian media sosial resmi brand (38 persen), website resmi brand (35 persen). Iklan Instagram (22 persen), dan review di forum online (20 persen).
Lanjut mengenai kategori BTL (Below the Line). 53 persen responden menyebut rekomendasi teman dan keluarga sebagai sumber informasi terpercaya. Kemudian diikuti oleh pameran otomotif di mall (41 persen) dan event otomotif seperti GIIAS atau IIMS (27 persen). Perlu diketahui pula. Selain media sosial dan channel online. Aset-aset BTL, responden juga mencari informasi seputar kendaraan listrik dari aset-aset ATL (Above the Line). Khususnya publikasi atau website otomotif sebagaimana dipercaya oleh 20 persen responden. Poster di jalanan atau iklan billboard yang menjadi sumber informasi 17 persen. (Alx/Odi)
Baca Juga: E-Fuel, Solusi Bahan Bakar Masa Depan?
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Mobil Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test