Spirit of Passion, BMW R 18 Custom Bernuansa Art Deco
Penampilan BMW R 18 praktis menyita perhatian pecinta motor klasik atas kesederhanaan dan kecantikannya. Sebagian besar pemilik, bisa jadi sangsi ketika terbesit untuk mengobrak-ngabrik wujud. Sebab seperti tak punya kekurangan lagi. Namun lain yang dilakukan Kingston Custom. Mereka berhasil menerjemahkan kustomisasi ekstrem dengan sempurna, dalam nuansa selaras, Art Deco.
‘Spirit of Passion’ tajuknya. Proyek ini merupakan bentuk kerjasama antara BMW Motorrad dan Kingston Custom asal Jerman. Dirk Oehlerking, sang pemilik bengkel, memilih untuk berbuat gila soal wujud, meski berisiko. Ia menambahkan aksesori unik hingga menutupi area sisi dan fasad. Namun hal itu berhasil ditranslasikan begitu apik. Bahkan tidak keluar jalur dari filosofi R 18. Meski berubah total Anda pasti tetap bisa mengenali motor. Berkarakter.
Pemilihan konsep Speedster Art Deco, rasanya begitu pas diterjemahkan ke sini. R 18 dibuat lebih streamline dengan pemasangan plat mengkurva – membungkus depan dan samping – serta diberi aksesori visor mika nan minimalis. Detail-detail pin stripe juga ikut diteruskan dari tangki, sehingga komposisinya menyatu. Bersinergi dengan laburan serba hitam di tubuh.
Dan makin unik lagi, identitas BMW justru bukan diambil dari motor tua. Moncong dipasang double kidney grille memanjang khas mobil BMW klasik. Serta emblem biru putih diletakkan persis di atasnya. Besar kemungkinan, gaya itu dipinjam dari seri 327-328 roadster yang eksis di 1930-1940an. Alias sesuai generasi leluhur R 18.
Baca Juga: BMW Motorrad Daftarkan Nama Transcontinental, untuk R 18 Touring?
Selain makin cantik, mukanya kini pun terlihat makin brutal. Sekaligus intimidatif. Lampu bulat yang seharusnya mencuat tanpa cover kini tertutup. Jauh ada di dalam lubang fairing. Sekilas jadi tak memiliki lampu utama. Padahal, benda itu tersembunyi di dalam.
Yang juga memukau, roda depan ikut tersembunyi. Orang tak bakal menyadari kapan Anda membelokkan stang. Lantaran benar-benar tertutup layaknya speedster klasik. Lantas ia sesuai pula di roda belakang. Pelek jari-jari standar dibungkus dop hitam legam. Seakan roda menyatu dengan ban dan fender. Interpretasi futuristik dari era pasca Perang Dunia Pertama.
Tidak ada yang berubah dari sisi struktur dan teknologi. Ubahan ekstrem sekadar meliputi penampilan. Serta tambahan-tambahan pemanis. Sang modifikator enggan mengacak-ngacak mahakarya BMW terlalu jauh. Paling-paling, menukar exhaust standar menjadi gaya roadster. Serta memasang panel instrumen serta jok custom.
“R 18 terlalu sempurna. Saya mengambil langkah untuk tidak memodifikasi bagian-bagian inti. Frame seratus persen masih asli, begitu pula teknologinya. Sudah bagus. Tidak perlu ada ubahan lagi. Dan boleh dibilang, ini menjadi proyek paling mengesankan selama 35 tahun berkarir di dunia custom motor. Terutama atas kepercayaan BMW Motorrad menunjuk kami,” kata Oehlerking.
Baca Juga: BMW R 18 Varian Classic Masuk Indonesia Februari 2021, Harga Lebih Mahal Rp 70 Juta
Sekilas Pandang BMW R 18
Eksistensi BMW R 18 bukan sekadar ajang mengikuti tren motor lawas. Nilai historisnya tinggi. Ia menjadi wujud reinkarnasi cruiser murni BMW setelah puluhan tahun absen. Tentu perkembangan teknologi beberapa dekade berubah signifikan, namun insinyur Bavaria sengaja menginterpretasikan dalam kemasan otentik.
Jika ingin melihat leluhur BMW R 18, kita tak bisa seperti merunut keluarga Softail Harley-Davidson. Jejak sejarahnya lompat-lompat. Karena itu mari kita berjalan-jalan ke tahun 1936, di saat R 5 lahir ke muka bumi. Yang menjadi inspirator atas terciptanya R 18.
Puluhan tahun setelah itu, tepatnya 2016, muncul motor Homage yang sepenuhnya membawa konsep R 5 masa lalu. Hanya saja mulai diracik teknologi modern. Hingga akhirnya di 2019, konsep R 18 lahir – melanjutkan purwarupa R 5 - dan dipamerkan pada pagelaran otomotif dunia. Dan benar saja, setelah pagelaran usai ia masuk jalur produksi. Hingga April 2020, semua itu terjawab. Gambaran dari konsep mayoritas sesuai ekspektasi. R 18 resmi mendebut secara global.
Salah satu hal spesial, ia memangku mesin boxer paling besar sepanjang sejarah. Mungkin kita akrab dengan tenaga besar dari R nine T, atau R 1250 GS yang terkenal brutal. Percayalah, ketimbang dua motor itu R 18 jauh lebih gila. Mesin tidur punya kubikasi gigantic, 1.802 cc.
Diameter bore mencapai 107,1 mm, sementara panjang stroke 100 mm. Boleh dibilang tak benar-benar condong overbore, perbandingan segitu justru mengarah ke komposisi square. Sebab itu, pencapaian daya tergolong cepat. Tenaga 91 Hp sanggup diraih mulai 4.750 rpm. Dan torsi 157 Nm keluar di rentang 2.000 rpm – 4.000 rpm. Titik fokusnya jelas memberi momen puntir sempurna, Klaimnya, ia dapat melesat hingga 178 kpj.
Sistem suplai bensin sudah injeksi elektronik, yang seharusnya presisi mendistribusi bahan bakar. Dan mekanisme respons gas, juga dibungkus oleh teknologi mutakhir. Ia menganut sistem throttle-by-wire. Sebab itu ada mode berkendara beserta kontrol traksi elektronik.
Menariknya, girboks enam percepatan pun tak sebatas transmisi biasa. Sensor MSR bekerja untuk mengurangi efek engine brake terlalu heboh, ketika down shifting dari putaran tinggi. Mirip slipper clutch, tapi sepenuhnya pakai sistem komputer. Lantas penyaluran ke roda belakang, mengikuti sang leluhur pakai drive shaft yang diekspos pada sisi kanan. Harusnya, proses delivery tenaga lebih instan dan tangguh ketimbang rantai atau belt.
Untuk menyalakan motor, R 18 dilengkapi sistem kunci pintar. Cukup simpan remote di saku seketika sudah bisa menyala. Tapi, ada hal yang tetap dipertahankan konservatif. Untuk mengunci stang harus memutar anak kunci di sisi kanan frame. Dan buat pembuka tutup tangki, memakai kunci yang sama. Menarik bukan?
Lanjut soal deselerasi. Jika kompetitor merasa kombinasi dua cakram cukup, tidak bagi mereka. Roda depan dijaga dua cakram besar dengan kaliper empat piston masing-masing. Yang tentunya buatan Brembo. Pun di belakang, cakram diapit kaliper jenis sama. Tidak dibedakan sama sekali.
Masing-masing terkoneksi ABS demi keamanan saat hard braking. Dan uniknya, ketika mengoperasikan rem depan secara otomatis jepitan belakang ikut bekerja. Seperti mekanisme combi brake. Proporsinya dibagi 70 persen di depan dan 30 persen belakang. Kalau menginjak pedal rem kaki, sepenuhnya menghentikan roda belakang. Komplet.
Yang tak kalah keren, BMW memikirkan betul pengendaranya bakal sulit memundurkan sosok 350 kg (Fully loaded). Karena itu diberikan reverse assist, aktif ketika posisi gigi sudah netral. Mekanismenya menarik. Cara mengaktifkannya lewat tuas besi dekat transmisi, yang berbentuk semacam batang choke. Jika sudah, tinggal memencet saklar starter dan motor pun mundur perlahan. Jadi bukan mengandalkan gigi, melainkan dari tenaga dinamo, seperti Piaggio MP3 atau motor BMW besar yang bisa mundur. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Imajinasi Keren Konsep Motor Listrik BMW Motorrad, Bergaya Retro-Futuristik
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor BMW Unggulan
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor BMW dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Road Test