TEST RIDE: BMW F 850 GS, Mesin untuk Kemana Saja
Penggemar film kartun Jepang, Dora Emon, tentunya tahu dengan ‘Pintu Kemana Saja’. Robot kucing masa depan itu memiliki peralatan yang bisa membawa Nobita, sang tuan, ke lokasi mana saja yang diinginkan. Mungkin sedikit nyeleneh sebagai perbandingan, tapi saya bisa menyebutkan BMW F 850 GS, merupakan motor adventure yang bisa membawa Anda kemana saja Anda mau.
BMW F 850 GS, merupakan keluarga motor adventure yang ditawarkan BMW Motorrad. Mereka memiliki model 310 GS, 850 GS dan juga 1200 GS yang sudah melegenda. Kehadiran motor petualang ini memang seiring dengan peningkatan permintaan di segmen ini. Nama-nama lain di Indonesia seperti Ducati, Triump Motorcycles, KTM, Honda, dan Kawasaki juga menawarkan motor dengan kemampuan seperti ini.
Nah, Motovaganza mendapat kesempatan untuk menjajal BMW F 850 GS, beberapa waktu lalu. Awalnya, saya pikir motor ini cukup berat – klaim gross weight adalah 229 kg – dan akan cukup sulit diajak bermanuver di jalanan macet seperti Jakarta. Ternyata tidak seperti yang terlihat. Motor ini cukup ramah diajak bermanuver, bahkan terasa lebih ringan dibandingkan Triumph Tiger 800 yang pernah saya coba sebelumnya.
Secara tampilan, ciri khas GS seperti yang ditampilkan kakaknya R 1200 GS masih terlihat. Kesamaan keduanya tampak dari bentuk lampu depan, tangki bahan bakar, hingga ke bagian belakang yang dilengkapi case holder untuk meletakkan boks.
Meski tak terlihat, BMW F 850 GS sebenarnya menggunakan rangka baru. Rangka twin-spar baja ini, dibuat dengan titik bebannya berada di mesin, dengan subframe belakang yang terpisah dengan rangka utamanya. Selain itu, lokasi tangki juga tidak berada di body belakang lagi, namun berada di tengah seperti motor adventure lain.
Motor langsung saya hidupkan hanya perlu menekan tombol start/stop engine. Kemudian saya mulai mencoba dengan mode Rain. Saya katakan ini lebih seperti mode Ekonomi, karena torsi dan tenaga terasa seperti distribusinya tertahan ke roda. Tak hanya itu, saat melibas di tengah kemacetan juga seperti motor yang menggunakan 1 katup. Namun, saat berjalan di jalur yang kosong ia seperti membawa motor 300 cc.
Urusan mesin, BMW F 850 GS menggendong mesin 853cc dua silinder, dengan teknologi electronic injection yang sudah mendapat peningkatan. Mesin ini tercatat memuntahkan tenaga maksimum 95 hp pada putaran 8.250 rpm, dan torsi 92 Nm pada putaran 6.250 rpm.
Setelah melihat jalur lebih lancar, saya mengganti dengan mode Road. Distribusi ke roda baik torsi dan tenaga membuatnya lebih sedikit mengasyikkan. Dua katupnya terbuka secara bergantian yang membuatnya jalan lebih santai. Bahkan bagi saya, motor ini sangat nikmat diajak jalan dengan mode tersebut. Selain itu, ketika melibas kemacetan motor ini jauh lebih terasa mudah dan nikmat untuk menyelip di antara mobil-mobil.
Ciri khas BMW, uap panas mesin tidak dibuang langsung ke atas ataupun samping agar pengendara tidak langsung merasakan hawa panas ke tubuhnya. Begitu pun saya, cukup merasa enjoy dan nikmat membawa motor ini di tengah hari yang panas dan macet. Panas mesin tidak langsung terasa karena uap mesin dibuang ke bawah atau ke aspal. Bisa saya hitung sekitar 50-60 menit hawa panas baru mulai terasa ke kaki saya.
Setelah puas mengajaknya di kemacetan dan berjalan pada siang hari, saya mencoba juga mode riding Dynamic dan Enduro selain Rain dan Road. Mengetes motor besar dan berkapasitas mesin besar harus dilakukan ke tempat yang lebih safety. Memang Motovaganza mengetes di jalur yang cukup sepi namun kewaspadaan harus lebih.
Mode Dynamic saya hidupkan. Distribusi torsi dan tenaga terasa penuh mengalir ke roda belakang dari mesin. Motor semakin nikmat untuk diajaknya mengebut. Bahkan rasanya dengan material frame berbahan aluminium membuat motor semakin terasa ringan. Tak terasa spidometer sudah di atas 100 km/jam. Bahkan bagi saya yang bukan pembalap motor ini dengan mudah saya ajak menikung tajam dengan kecepatan tinggi. Membuka dan menutup putaran gas saya tidak ragu bahkan adrenalin semakin meningkat. I just wanna say “ I’m happy”.
Puas mengebut dengan mode Dynamic, nampaknya tidak asyik kalau motor ini tidak diajak untuk bermain tanah. Apalagi GS Adventure ini habitat sebenarnya adalah jalur pegunungan atau tanah. Alhasil trail ringan saya coba.
Untuk menghadapi jalanan offroad, suspensi depan menggunakan upside-down berdiameter 43 mm, dan belakangnya menggunakan monosok, dengan fitur opsional Dynamic ESA. ESA atau Electronic Suspension Adjustment, merupakan fitur khas BMW R1200 GS, yang membuat pengendara dapat mengontrol preload dan rebound suspensi belakangnya sendiri.
Mode Enduro saya aktifkan. Wow, torsi mulai berkurang tapi tenaga tetap terasa. Tujuanya agar pengendara tidak mudah jatuh karena hilang traksi. Lagipula motor ini juga dilengkapi dengan traction control sehingga akan lebih nikmat untuk melewati jalur bebatuan dan tanah basah.
Sayangnya, motor yang saya coba ini masih menggunakan ban untuk jalan raya bukan ban pacul untuk trail. Sehingga kurang nikmat. Tapi untuk bobot bodi yang ringan membuatnya nikmat untuk melewati jalur bebatuan. Keempat riding mode ini didukung dengan fitur traction control dan ABS. tentunya motor akan semakin safety, apalagi baik depan dan belakang ia sudah disematkan brake kit dari Brembo.
Tak hanya itu, suspensi yang digunakan untuk depan adalah upside down dan untuk bagian belakang ia juga ada pengaturan manual untuk ketinggian serta kekerasannya. Seharian membawa BMW F 850 GS yang dibanderol Rp 560 juta (off the road) ini membuat saya jatuh cinta. I feel this bike is good for daily ride!
VALDO PRAHARA
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test