VinFast Siap Jajal Pasar Otomotif Indonesia
KTT ASEAN ke-43 membuka jalan VinFast masuk Indonesia. Menteri perdagangan bertemu dengan petinggi Vingroup/VinFast untuk membahas potensi bisnis di Indonesia. Terutama peluang kerja sama dan investasi di bidang kendaraan listrik. Indonesia dianggap memiliki ekosistem semakin kuat dan terus berkembang.
Ini sejalan dengan tema ASEAN Matters Epicentrum of Growth. Dikatakan sebagai implementasi dari kerja sama konkret. Baik dalam kerangka regional maupun lingkup bilateral antara Indonesia dengan Vietnam. VinFast mendirikan pabrik di Indonesia merupakan langkah tepat karena kedua negara punya perekonomian relatif stabil.
VinFast menyatakan keinginannya untuk membuka peluang kerja sama antara Indonesia-Vietnam di bidang kendaraan listrik. Salah satunya, dengan adanya rencana pendirian industri manufaktur mobil dan baterai di Indonesia. Usai perusahaan ekspor ke Amerika Serikat dan sudah mulai groundbreaking pabrik di sana. Mereka mulai melihat ASEAN. Indonesia jadi tujuan favorit buat tanam modal.
Mobnas Vietnam ini sudah menembus pasar global dan melakukan produksi kendaraan listrik skala besar. Saat awal berdiri, VinFast memproduksi dua mobil yaitu LuxA2.0 dan LUXSA 2.0 dengan mesin pembakaran internal. Pada akhir 2022, mereka fokus kepada produksi baterai untuk kendaraan listrik. Dalam periode sama, sanggup menjual hingga 24.000 unit mobil dan 7.400 di antaranya jenis EV, serta 60.000 skuter elektrik.
Baca Juga: Indonesia Berpotensi Jadi Pusat Otomotif di Asia Tenggara, Asalkan..
Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia. Logam ini merupakan salah satu bahan baku mineral untuk baterai kendaraan bermotor listrik (KBL) selain lithium, kobalt, grafit dan mangan. Pemerintah Indonesia sangat mendukung pengembangan KBL di Indonesia dan telah menetapkan target terukur dalam pengembangan, penerapan, dan penggunaan KBL di Indonesia. “Kemendag telah menetapkan ketentuan impor baterai lithium tidak baru sebagai bahan baku industri. Hal ini bertujuan mendukung dan mendorong pengembangan industri KBL dalam negeri,” kata Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan RI.
Ekspor kendaraan listrik Indonesia memiliki peluang sangat besar. Terbukti, ekspor yang didominasi HS 87038098 ini terus mengalami tren positif dalam dua tahun terakhir (2021—2023). Pada periode Januari—Juni 2023, ekspor kendaraan listrik Indonesia mencapai US$3,19 juta. Sebelumnya, pada 2022, ekspor kendaraan elektrik tercatat sebesar US$417 ribu dan pada 2021 sejumlah US$65 ribu. Tujuan utama ekspor kendaraan listrik Indonesia yakni Thailand dengan persentase mencapai 81,5 persen, diikuti Fiji (8,6 persen), Nepal (3,81 persen), serta Hong Kong dan Jepang (1,50 persen).
“Indonesia terbuka bekerja sama dan kolaborasi dengan negara-negara mitra untuk pengembangan kendaraan listrik. Termasuk peningkatan infrastruktur dan pengisian daya. Menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif. Serta mengoptimalkan produksi dan penggunaan sumber daya berkelanjutan. Melalui kerja sama ini, industri dalam negeri akan tumbuh dan ekspor kendaraan listrik dipastikan melonjak,” harap Zulhas. (Alx/Odi)
Baca Juga: Resmi Masuk Indonesia, Neta Rakit Mobil Listrik dengan Mitra Lokal Mulai Kuartal II 2024
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Mobil Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test