Beberapa waktu lalu, OTO Media Group kembali melakukan perjalanan penuh kesan. Destinasi kami sekarang tidak main-main. Menempuh rute Makassar ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Jika kami ukur via google maps, jarak perjalanan darat dari Makassar ke Tana Toraja sepanjang 825 km PP. Mengambil rute bagian timur Sulawesi dan pulangnya kembali ke Makassar melewati rute bagian barat. Mobil yang kami pilih adalah All New Honda BR-V. Akomodasi, performa mesin dan kecanggihannya tentu sangat tepat untuk road trip kali ini.
Perjalanan menuju ke Makassar ditempuh lewat udara. Sesampainya di sana, tim langsung menuju dealer Honda Remaja Jaya Panaikang. Terletak di Jl. Urip Sumoharjo km 6 Panaikang, Makassar, Sulawesi Selatan. Dua SUV All New BR-V sudah menanti. Telah dipersiapkan secara matang agar kondisi kendaraan selama perjalanan selalu prima. Biar ekspedisi yang kami lakukan aman, nyaman dan tentunya menyenangkan.
Tim Xpedisi Tana Toraja Bersama All New Honda BR-V langsung bertolak menuju kota Watampone, Kabupaten Bone. Namun sebelum ke destinasi, tim menyempatkan diri melihat wisata alam Rammang-Rammang dan Bantimurung. Jaraknya sekitar 70 kilometer dari dealer Honda Remaja Jaya. Kedua tempat ini lokasinya terletak di jalanan yang kami lewati menuju Watampone.
Kemewahan kabin langsung membuai ketika perjalanan panjang baru dimulai. All New BR-V memiliki level ergonomis yang baik. Desain dashboardnya dibuat berbeda dengan versi yang sebelumnya. Lebih mewah dan elegan dengan capacitive touchscreen 7 inci di bagian tengah dashboard. Cluster meter TFT Display 4,2 inci didesain apik di bagian belakang kemudi yang memuat ragam informasi kendaraan.
Mesin bensin 4 silinder segaris DOHC I-VTEC 1.500 CC terdengar halus. Tenaga yang dihasilkan 119 hp pada 6.600 rpm dan torsi puncak yang dihasilkan 145 Nm pada 4.300 rpm. Perlu diketahui Honda melakukan pembenahan besar pada sektor mesin dan transmisi pada BR-V teranyar dari versi sebelumnya. Kami merasakan respons yang lebih baik di putaran bawah. Dikombinasikan transmisi CVT yang bekerja secara halus mengalirkan tenaga secara linear ke roda depan.
Dandy, salah satu anggota tim kami selalu menikmati musik sepanjang perjalanan. Pengoperasiannya dari layar komando monitor touchscreen 7 inci yang sudah terkoneksi dengan Bluetooth dan smartphone sambil menikmati perjalanan. Pemandangan dari Makassar sampai Bantimurung dan lanjut ke Watampone betul-betul dahsyat. Jalanannya mulus, sepi, dengan pemandangan indah di kanan-kiri.
All New Honda BR-V terasa stabil ketika meladeni kelokan-kelokan medium dan pendek khas jalur pedesaan. Fitur Vehicle Stability Assist (VSA), diperkuat konstruksi bodi G-CON + ACE with Side Beam Impact berpadu baik dengan kerja suspensi MacPherson Strut di bagian depan dan H-Shape Torsion Beam di bagian belakang dalam meminimalisir body roll. Ketika dipacu di jalan lurus yang banyak kami temukan dari Makassar menuju Rammang-Rammang, kestabilannya terasa solid.
Respons setir terhadap output dari kondisi jalan sangat objektif sehingga pengemudi dapat memberikan input yang presisi. Posisi duduk di bagian pengemudi cukup commanding dan terasa nyaman sepanjang perjalanan. Selain itu, memberikan pandangan yang luas dari segala penjuru, nihil titik blind spot.
Memasuki kota Rammang Rammang kami dibuat kagum oleh gugusan Karst yang membentuk bukit-bukit kecil yang hijau. Apa itu Karst? Merupakan daerah yang memiliki bentang alam dan pola hidrologi khusus yang terbentuk dari kombinasi sifat batuan yang memiliki tingkat kelarutan tinggi serta porositas sekunder yang berkembang dengan baik. Pusing kan?
Pendeknya adalah Karst itu kawasan batuan gamping yang mudah larut bila terkena air hujan sehingga menghasilkan ragam bentuk permukaan bumi yang unik dan gua-gua bawah tanah. Makanya daerah Rammang-Rammang ini indah sekali. Dan All New Honda BR-V yang kami kendarai melintas di antara bukit-bukit batuan karst itu.
Bantimurung adalah kawasan wisata alam atau kita juga mengenalnya dengan sebutan taman nasional. Merupakan kawasan konservasi yang dijaga dengan ketat pelestarian lingkungannya. Taman Wisata Alam Bantimurung merupakan satu dari lima unit kawasan konservasi di wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang menjadi satu dari beberapa daerah wisata primadona di Sulawesi Selatan.
Perjalanan dari Makassar – Rammang Rammang – Bantimurung sampai ke Watampone, mungkin menjadi perjalanan terindah kami. Jarak 215 km yang mestinya memakan waktu sekitar 6 jam, kami habiskan cukup lama untuk suting dan foto-foto di beberapa spot terbaik. Padahal masih jauh dari Tana Toraja. Tapi sudah disuguhi bentangan alam dan rute jalanan luar biasa.
Waktu di Watampone, kami sempat singgah di Museum La Pawawoi terletak di pusat kota. Mungkin kita jarang mendengar nama ini, padahal nama La Pawawoi merupakan nama salah satu pahlawan nasional La Pawawoi Karaeng Sigeri yang merupakan raja Bone XXXI. Museum ini merupakan bangunan bekas Istana Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim Raja Bone ke XXXII.
Bangunan itu berdiri di atas lahan seluas 600 meter persegi dengan luas 150 meter persegi. Museum didirikan 5 Januari 1971 oleh Bupati Bone, H. Suaib dan diresmikan pada 14 April 1982 oleh Mendikbud Daoed Yoesoef. Dulu Museum La Pawawoi memiliki koleksi lebih dari 331 benda Pusaka. Di antaranya Bessi Sikkoi atau cincin besi yang saling mengait dan Lansereng dan benda-benda peninggalan kerajaan lainnya. Sayang, dalam perjalanannya ada beberapa koleksi benda pusaka yang hilang karena dicuri.
Sehabis dari museum di Watampone kami melanjutkan ke Perkampungan Sutra Pakkanna. Lokasinya di tengah perjalanan menuju Bambapuang. Jarak antara Watampone ke Bambapuang berkisar 200 km dengan waktu tempuh normal selama 4–5 jam. Tapi karena perjalanan kami tak normal, memakan waktu sampai 8–9 jam karena harus benar-benar merasakan All New BR-V yang dipakai sekalian pengambil foto dan gambar.
Menurut kami, Kampung Pakkanna adalah destinasi unik di Kabupaten Wajo. Pakkanna diambil dari dari nama desa yang bersangkutan dan sebagian besar penduduk desa berprofesi sebagai pengrajin tenun di samping juga bertani.
Tenunan sutera Pakanna terkenal ke mancanegara karena memiliki keanekaragaman motif dan desainnya menawan. Setiap pengunjung bisa melihat secara langsung proses pembuatan kain sutranya. Bahkan pengunjung diajak pula bagaimana membuat tenunan sutera sehingga bisa mengerti dan paham cara membuatnya.
Uniknya lagi, semangat gotong royong di antara sesama warga Pakkanna pengrajin sutra. Proses pengerjaannya dilakukan secara kolektif. Tiap warga atau keluarga memiliki bagian masing-masing di dalam proses pembuatan kain tenun hingga menjadi produk jadi. Ada yang kebagian memintai benang, kebagian pewarnaan maupun menenunnya.
Tradisi ini telah diwariskan turun temurun dari nenek moyang. Entah sudah berapa generasi warisan ini tetap bertahan sampai sekarang. Bahkan nama Pakkanna sudah harum di mancanegara.
Perjalanan dari Watampone ke Desa Pakkanna bikin kami berdecak kagum. Bentangan keindahan alamnya tiada dua. Apalagi kami menikmati bersama Honda BR-V terbaru Prestige dengan Honda Sensing. Kami yang berada di dalam kabin terasa nyaman berkat bantingan suspensi All New BR-V yang empuk. Bagian depan mengaplikasi MacPherson Strut dan bagian belakang mengadopsi H-Shape Torsion Beam. Kerja suspensi ini lebih bagus dibandingkan BR-V terdahulu karena mendapat setingan teranyar sesuai dengan pengembangan mobil yang dilakukan pabrikan.
Kendaraan terasa stabil ketika melahap tikungan-tikungan medium di Jalan Poros Bone – Wajo yang menghubungkan Watampone dengan Kabupaten Wajo, tempat Desa Pakkanna berada. Kestabilan itu berkat setelan suspensi yang tepat serta dibantu fitur Vehicle Stability Assist (VSA).
Enaknya lagi, banyak tempat penyimpanan di dalam kabin. Selain lebih lapang, interior Honda-BR-V generasi kedua ini juga lebih mewah dan lengkap dibandingkan generasi pertama. Jok terbuat dari bahan kulit dipadukan desain dashboard apik dan layar sentuh Advanced Capacitive Display 7 inci yang juga menjadi pusat komando sistem infotainment. Setir terasa empuk di genggaman dengan beberapa tombol pengaturan. Pada bagian belakang kemudi terdapat multi-information display TFT 4,2 inci berisikan ragam informasi.
Layar sentuh yang terletak di bagian tengah dashboard itu sudah terkoneksi dengan Bluetooth, hands free telephone, smartphone, voice command switch dan juga port USB. Juga berfungsi sebagai kamera belakang. Sistem infotainment All-New Honda BR-V varian tertinggi ini didukung oleh 6 speaker bawaan pabrik yang mengalirkan suara dengan jernih. Bikin Xpedisi Tana Toraja tidak membosankan.
Jangan lupa pula fitur keselamatan yang terangkum di Honda Sensing. Salah satunya adalah fitur Auto High Beam yang sangat membantu dalam perjalanan malam hari. Berkat fitur, lampu depan Honda BR-V akan secara otomatis pindah dari low beam (lampu dekat) ke lampu jauh (high beam) atau sebaliknya tergantung kondisi jalan atau dari arah sebaliknya. Sehingga membantu meningkatkan keselamatan.
Intinya, pengendaraan yang berkualitas, kabin yang lapang dan mewah dan fitur-fitur canggih yang dimiliki All New Honda BR-V telah menjadi teman perjalanan terbaik ke tempat-tempat yang dahsyat.
Perjalanan semakin berkesan ketika menjelajahi jalanan perbukitan menuju Gunung Nona Bambapuang di Enrekang, Sulsel. Kabupaten ini memiliki hamparan pegunungan yang luas, salah satunya Gunung Nona. Jarak dari Desa Pakkanna sampai ke Gunung Nona Bambapuang sekitar 120 km dengan waktu tempuh berkendara 3 jam. Kami melewati jalan berkelok di daerah perbukitan selama lebih dari 2 jam. All-New Honda BR-V yang kami pacu tak kerepotan meladeni setiap tipe tanjakan dan turunan.
Jalanannya aspal mulus, meski di beberapa titik ditemukan kondisi jalan yang agak rusak dan permukaan tidak rata. Di sini bantingan suspensi BR-V 2022 teruji empuk, setir terasa berisi dan obyektif meladeni setiap tikungan. Jalanan sepi begitu membuat, ditambah alamnya betul-betul ciamik. Kami sampai di Bambapuang jam 4 sore, kemudian menikmati berbuka puasa sambil bermalam karena besoknya harus melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja.
Selepas bermalam di Bambapuang, pagi-pagi sekali pukul 6.00 kami sudah jalan lagi untuk menuju destinasi utama yaitu Tana Toraja. Tujuan kami adalah kota kecil Makale yang jaraknya sekitar 70 km dari Bamba puang atau ditempuh berkendara dalam waktu 1 jam, 20 menit. Tak jauh dari kota Makale kami ingin mengunjungi Kuburan Batu Lemo, Desa Kete Kesu dan Desa adat Bori Kalimbuang.
Dari Bambapuang ke Makale, kami menemukan banyak sekali rumah tradisional di sepanjang jalan. Di antaranya ada yang masih berbentuk panggung. Makale adalah kecamatan yang juga menjadi pusat pemerintahan dan ibukota Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan ini terletak di ketinggian 1.500 m dari permukaan laut sehingga tak heran kalau kota kecil itu bersuhu sejuk.
Dari Makale, kami menuju Kuburan Batu Lemo. Di sini terdapat kuburan yang dibentuk di dinding bukit dan dulunya diperuntukkan bangsawan Suku Toraja. Tradisi pekuburan dalam liang batu di Lemo sudah berlangsung sejak 1650. Pertama kali digunakan atas perintah kedua adat setempat bernama Songgi Patalo, keturunan Puang Tomembuli Buntu.
Terdapat lebih dari 70 lubang batu kuno di dinding. Di situ juga tersimpan patung kayu (tao-tao/tau-tau) sebagai representasi dari mereka yang sudah meninggal. Menurut adat yang dipegang kuat, tidak semua orang Toraja bisa dibuatkan tao-tao. Hanya kalangan bangsawan saja yang berhak, itupun setelah memenuhi persyaratan adat.
Kuburan Batu Lemo hanya berjarak 14 km dari Lemo dan juga menyimpan warisan nenek moyang. Sama dengan Kuburan Batu Lemo, Desa Kete Kesu juga terkenal ke mancanegara sebagai desa tua yang kaya dengan warisan budaya. Warga yang tinggal di sini masih mempertahankan adat dan kehidupan tradisionalnya yang telah diwariskan selama lebih dari 500 tahun.
Dari Desa Kete Kesu kami menuju Bori Kalimbuang. Lokasinya terletak ke atas lagi dari Kete Kesu, berjarak sekitar 15 km. Perjalanan dari Kete Kesu ke Bori Kalimbuang harus melewati jalanan aspal yang sempit. Perlu ekstra hati-hati, terutama jika berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan. Untungnya ada fitur Lane Watch, yakni kamera yang membantu pengemudi pada saat ingin berbelok ke kiri.
Lane Watch bisa beroperasi secara aktif pada saat kita menyalakan lampu sein ke kiri sehingga pandangan pengemudi menjadi terbantu. Bisa juga diaktifkan secara manual dengan tinggal memencet tombol pada stik lampu sein di bagian kanan kemudi untuk membantu pengemudi memarkirkan kendaraannya.
Di Bori Kalimbuang juga terdapat situs pemakaman yang ikonik. Terdapat hamparan batu menhir warisan zaman megalitikum atau batu besar. Mengingatkan kita pada situs Stonehenge yang ada di Inggris. Terdapat 102 menhir yang terpasang dan berdiri dengan tegak di kawasan rante. Rante adalah kawasan tempat upacara pemakaman Rambu Solo dilakukan bagi penduduk tingkat tertinggi di Toraja.
Sama seperti Kete Kesu, Bori Kalimbuang telah menjadi obyek wisata terkenal dan mendunia. Oleh UNESCO, desa Bori Kalimbuang yang telah berdiri sejak tahun 1718 ini telah dinyatakan sebagai salah satu warisan dunia.
Bori Kalimbuang menjadi tujuan akhir perjalanan Xpedisi Tana Toraja Bersama All New Honda BR-V. Menurut kami, ini adalah sebuah perjalanan epik sekaligus ikonik yang pernah dilakukan oleh tim OTO Media Group. Tempat-tempat yang dituju dan rute yang dipilih out of the box, bukan rute pilihan banyak orang. Sekaligus membuktikan All New Honda BR-V dapat menjadi teman untuk perjalanan segala kondisi. (Sta/Eka/Odi)
Baca Juga: Review All New Honda BR-V Prestige with Honda Sensing
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.