Akhirnya kami mencoba unit paling murah dari jajaran produk Aprilia ini. Skutik berperawakan tualang dengan tampilan sport yang konsisten seperti saudara-saudaranya. Untuk pasar Indonesia, Aprilia SR-GT 200 diimpor utuh alias CBU (Completely Built Up) dari Vietnam. Harga yang dilepas cukup tinggi untuk sebuah motor matik berkubikasi di bawah 200 cc, maharnya tembus Rp60 juta untuk varian standar dan Rp61,5 untuk varian ber-gimmick sporty.
Secara kubikasi mesin, memang bisa bersaing dengan Honda ADV160. Tapi soal harga, malah target pasarnya berbeda. Aprilia lebih menyasar konsumen premium sementara Honda menggaet konsumen menengah ke bawah. Bagaimana tidak, diferensiasi harganya mencapai Rp22 sampai Rp24 juta.
Dengan set harga yang ditawarkan oleh PT Piaggio Indonesia (PID), seberapa menarik skutik adventure ini buat dimiliki? Kami akan membahas secara detail setelah mencobanya sebagai kendaraan harian dan menguji kemampuan motor ini di jalur tanah dan semi off-road di salah satu kawasan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Oke, sebelum jauh membahas teknis dan impresinya, kurang lengkap jika tak mengulik desain dan visual yang dibawa. Aprilia SR-GT 200 diperkenalkan pertama kali pada pameran otomotif EICMA, Milan 2019 yang kemudian jadi buah perbincangan loyalis roda 2.
Aprilia SR-GT 200 menawarkan tampilan sporty dan tangguh. Bagian depan terdapat klaster tiga lampu full LED yang menjadi ciri khas pada lini produk Aprilia. Kemudian pakai fairing ganda yang muncul di sisi pelindung. Tak ketinggalan windshield dan stang lebar agar pengendara memiliki kontrol penuh motor terutama ketika tengah bermanuver.
Menilik dari samping, terlihat ramping dengan overhang yang dikurangi. Aura sporty tampak jelas dari garis-garis dinamis di bagian samping. Kesan 'kencang' tampak mencolok dengan penyematan carbon look di bagian tengah. Sementara jok memakai pola jahitan eksklusif dan tema two-tone pada varian Sport.
Mundur ke belakang, DNA sportnya makin kental. Dia pakai stoplamp LED minimalis dengan rancang sepatbor terpisah atau yang biasa disebut mudguard. Adapun kesan tangguhnya dituangkan lewat rancang suspensi tinggi di depan, serta desain fascia yang mengarah sebuah motor adventure.
Soal desain tentu ini selera, ada yang suka atau ada juga yang tidak. Meski begitu, harus digarisbawahi visualnya punya karakter khas yang sekali mata memandang sudah tahu jika ini produk premium.
Aprilia SR-GT 200 cukup besar layaknya matik maxi dari merek Jepang. Dia memiliki panjang 1.920 mm, lebar 765 mm, tinggi jok 799, dan jarak sumbu roda (wheelbase) di 1.350 mm. Sementara untuk berat isi (terisi bensin, oli, cairan radiator) mencapai 184 kg. Dengan postur tinggi saya 172 cm plus menggunakan sepatu riding, duduk di atas jok Aprilia SR-GT 200 sebagai pengendara terbilang ergonomis. Konstruksi jok terbilang tinggi, namun untungnya desain bagian depan dibuat pipih sehingga tak membuat area paha menjadi melebar.
Memang masih jinjit sedikit, tapi itu bisa diakali dengan menaikkan satu kaki ke footrest sehingga 1 kaki lainnya bisa menapak dengan sempurna di aspal. Saya rasa dengan tinggi pengendara 165 cm pun skutik ini masih bisa dikendalikan.
Saya juga bisa mengatur posisi kaki yang paling ideal ketika berkendara. Bisa pijakan normal, sporty, hingga rileks selonjoran. Selanjutnya soal posisi tangan, desain setang tinggi dan lebar membuat berkendara jadi lebih santai, riding selama 1 jam tak membuat area kaki dan tangan mengalami pegal berlebih.
Namun untuk karakter jok posisi pengendara. Sedikit keras sehingga ketika berkendara dalam durasi lama area bokong menjadi kurang nyaman. Tapi itu bukan masalah besar, setidaknya Aprilia SR-GT 200 menawarkan kenyamanan lebih dari posisi atau layout tangan dan kaki.
Lahir dengan tema petualang, komponen windscreen tak boleh dilewatkan. Khusus di Aprilia SR-GT 200 menggunakan opsi warna hitam smoke dengan ketinggian yang tak mengganggu pandangan pengendara.
Penggunaan warna hitam smoke memang sukses meningkatkan tampilan motor ini jadi lebih sporty. Tapi selera pribadi, saya lebih suka dengan warna clear sehingga visibilitas dan pandangan jadi lebih luas. Ini cuma soal selera saja.
Skutik ini dijejali mesin berkubikasi 174 cc, SOHC, 1-silinder, pendingin cairan, dan disokong teknologi i-Get. Mesin yang serupa dengan kepunyaan lini produk Vespa dan Piaggio, tapi pabrikan mengklaim ada pengembangan mesin baru khusus skutik SR-GT 200.
Adapun output yang dihasilkan dari enjin, dia mampu memproduksi tenaga maksimal hingga 13 kW atau 17,4 daya kuda pada 8.500 rpm dan torsi puncak menyentuh 16,5 Nm di 7.000 rpm. Tenaga dan torsi itu kemudian disalurkan lewat transmisi CVT (Continuously Variable Transmission) ke roda belakang.
Untuk penggunaan dalam kota, tenaga dan torsi sangat bisa diandalkan. Saya menyebutnya pas, tidak kurang atau tidak lebih, untuk meraih kecepatan sampai 90 km/jam tak butuh usaha yang berlebih.
Karakter mesin overbore (61,5 mm x 58,7 mm) seakan membuat asupan tenaga di putaran mesin atas tak ada habisnya. Tuas gas diputar dalam-dalam tenaga terus mengisi. Meski demikian, karakter putaran mesin rendah tak seagresif itu.
Tapi jangan khawatir, torsinya 16,5 Nm tentu bisa diandalkan. Urusan stop and go, selap-selip di tengah kemacetan tak jadi masalah besar buat. Secara umum itu yang bisa saya sampaikan perihal performa di jalan dalam kota.
Tentu yang lebih menarik mengetahui bagaimana kemampuannya ketika diajak ke jalur cukup ekstrem di kawasan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Rute yang dilalui lewat Depok menyusuri Cilebut, hingga berakhir di kawasan Cijeruk.
Sebelum sampai ke trek bebatuan setapak, lebih dulu Aprilia SR-GT 200 yang saya test ini melewati jalanan menanjak dan menurun khas kawasan Bogor kabupaten. Untuk melibas tanjakan mulus bermodal setengah gas pun tak jadi kendala. Bila terasa tenaga kurang, cukup tambahkan putaran gas dan motor bisa melaju di tanjakan dengan mulus.
Di sela-sela menuju Cijeruk, saya menyempatkan diri berkunjung ke sebuah lapangan berpasir. Tujuannya menguji kemampuan dan keasyikan motor ini buat 'menari' di lintasan tak rata dan licin. Respons mesin yang cepat membuat saya semakin asyik menggeber Aprilia RS-GT 200 hingga full throttle. Membuka gas dalam-dalam tak jarang membuat roda belakang ‘slide’. Melibas tanjakan cukup tinggi maupun melewati gundukan tak jadi masalah. Tapi perlu diingat, kemampuannya tetap bukan seperti motor trail.
Lalu kami disambut jalan setapak, tanah merah, tanpa ada aspal sedikitpun. Kurang lebih jalur menuju destinasi didominasi tanjakan, sedikit saja untuk trek menurunnya. Melewati bebatuan bisa dilibas dengan sempurna oleh SR-GT 200. Sesekali memang ada mentok, tapi bukan ke titik rawan seperti mesin atau bodi bawah melainkan berbenturan tipis dengan komponen standar tengah.
Profil ban dual purpose membantu grip ke jalan tak rata menjadi lebih bagus. Kemudian suspensi depan dengan travel 120 mm dan suspensi belakang ganda di 102 mm juga berkontribusi besar memuluskan perjalan saya saat itu.
Ketika melewati jalanan bebatuan, sempit, dan menanjak kecepatan yang saya bisa pakai sekitar 10-20 km/jam sama. Karena kembali lagi, skutik ini bukan diciptakan sebagai trail tapi memungkinkan untuk di ajak ke jalur ekstrem tanpa ada masalah.
Kira-kira saya membutuhkan waktu 30 hingga 40 menit untuk bisa keluar dari jalur off-road. Bisa disimpulkan, Aprilia SR-GT 200 mengagumkan untuk dipakai di 2 alam berbeda.
Sasis menggunakan model double cradle. Sehingga menyumbang kestabilan yang positif ketika motor diajak akselerasi di jalan raya, berkendara di jalanan pasir, maupun melibas jalan rusak seperti di kawasan Cijeruk.
Motor terasa enteng untuk manuver di jalan raya dan terbilang nurut seperti tak terasa jika bobotnya menyentuh 184 kg. Untuk Anda yang baru mengendarai Aprilia SR-GT 200, sepertinya tak butuh waktu lama untuk adaptasi.
Kemudian untuk kaki-kaki. Di depan dibekali suspensi jenis teleskopik dengan travel yang tinggi 120 mm. Menurut saya empuk, bisa meredam hentakan cukup baik. Sementara di belakang pakai model suspensi ganda 102 mm dengan opsi pengaturan preload sampai 5 tingkatan.
Saat pengetesan, setelan suspensi belakang masih dalam kondisi opsi pabrikan. Dan yang saya rasakan sedikit keras ketika motor diajak berboncengan. Ada gejala jeduk, sangat terasa oleh saya dan pembonceng.
Kedua pelek menggunakan model cast wheel (racing) dengan lingkar ukuran berbeda. Di depan pakai 14 inci berbalut ban 110/80, semenatra di belakang 13 inci berprofil ban 130/80. Kedua bannya sudah pakai merek premium Michelin Anakee.
Sebagai skutik dengan harga yang bisa dibilang tak murah, tentu saja pertimbangan sebelum membelinya adalah soal kelengkapan fitur. Terkait ini, Aprilia SR-GT 200 punya ragam teknologi dan fitur untuk memikat calon pembelinya.
Berakhir di kesimpulan, seberapa layak motor ini buat dipinang? Bila Anda mencari skutik dengan kemampuan menjelajah di jalur light offroad saya merekomendasikan Aprilia SR-GT 200 untuk dimiliki. Kemudian buat sektor kenyamanan serta performanya di jalanan dalam kota juga positif, karakter mesinnya ramah sehingga buat Anda yang pemula pun bisa dengan mudah beradaptasi.
Tentunya, motor ini opsi menarik selain Honda ADV160 yang sudah lama bermain di pasar skutik tualang Tanah Air sendirian. Dengan harga berbanding desain, fitur, kemampuan, dan mesin, ini jadi alternatif menarik buat mereka yang ingin tampil premium dan berbeda. Bila penasaran, Anda bisa mencoba langsung SR-GT 200 di diler-diler Aprilia terdekat. (KIT/ODI)
Foto: Edi Weente
Baca Juga: Test Ride Honda ADV160 ABS, Diajak Touring 125 Km, Ini Plus Minusnya
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.