Tak menunggu lama, kami berkesempatan mencoba Hyundai Stargazer. Hyundai Indonesia membawa media untuk mencoba langsung MPV terbaru mereka di Hyundai Proving Ground Test Track di Cikarang, Jawa Barat. Unit disediakan adalah varian teratas Prime dengan transmisi iVT.
Duduk di balik kemudi Stargazer sedikit mengingatkan Staria. Lingkar kemudinya terbilang nyaman digenggam dengan kaca besar dan landai layaknya van. Menghasilkan sudut pandang luas. Walau pilar A yang cukup tebal dengan sudut kemiringan bisa membuat sudut buta. Untungnya, Hyundai memberikan jendela kecil untuk meminimalisir blind spot. Plus fitur Blind spot warning tentunya.
Soal posisi duduk, titik nyaman mudah didapat. Meski masih menggunakan tuas manual untuk maju, mundur dan mengatur ketinggian. Setidaknya pengaturan lengkap untuk pengemudi dengan postur yang pendek. Desain joknya juga ergonomis, menopang bagian punggung dengan nyaman, ditambah headrest berukuran lebar. Bahan kulit yang digunakan selain memberikan kesan mewah juga membuat betah diduduki. Apalagi dengan busa yang tebal dan empuk.
Hyundai Stargazer menggunakan mesin dan transmisi yang sama seperti Hyundai Creta dan Kia Sonet. Di atas kertas, unit bensin 1.5L MPI 4-silinder 16 valve 1.497 mampu memuntahkan tenaga sebesar 115 PS di 6.300 rpm dan torsi 144 Nm di 4.500 rpm ke roda depan. Pada pengujian pertama di lintasan lurus proving ground sepanjang 450 meter, akselerasinya cukup memuaskan. Tenaga langsung terisi begitu menginjak pedal gas.
Kesan lebih agresif didapat ketika mengubah mode berkendara menjadi Sport. Meter cluster berubah menjadi warna merah, serta karakter tenaga yang lebih spontan. Derungan mesin terdengar merdu dan komputer membaca perputaran tinggi untuk memindahkan ke gigi yang lebih tinggi.
Kesan awal transmisi ini sedikit kesulitan mengimbangi keinginan untuk berkendara agresif. Namun sirna saat berkendara lebih jauh di sekitaran pabrik Hyundai. Batas kecepatan di proving ground sekitar 80 km/jam mudah dicapai dalam hitungan detik.
Di area proving ground juga tersedia tanjakan dan turunan yang cukup ekstrem. Kami mencoba untuk berhenti saat kendaraan berada di tengah tanjakan, sekitar 45 derajat, dan kemudian menekan pedal gas kembali untuk bergerak. Meski mesin menggerung tinggi, torsinya mampu membantu Stargazer melewati tanjakan. Absennya paddle shift dari balik kemudi diobati dengan mode manual di transmisi. Cukup geser tuas transmisi ke kanan di, maka akan masuk ke mode S. Pengemudi tinggal mendorong tuas untuk upshift atau menarik tuas untuk downshift.
Pihak Hyundai mengungkapkan, meski mesin dan transmisi diambil dari Creta, tentu ada tuning berbeda untuk low MPV ini. Pengendaraan santai alias mengurut gas terasa lebih cocok di Stargazer ketimbang Creta yang bisa diajak bergerak agresif.
Selepas area proving ground, kami bergerak ke jalanan di sekitar pabrik kawasan Delta Mas. Jalanan yang kebanyakan lurus dengan bahan beton di area pabrik berubah saat masuk ke jalan utama kawasan perumahan. Aspal bergelombang dan rusak akibat dilewati truk berukuran besar berulang kali, menjadi penilaian yang pas untuk impresi pengendalian dan suspensi Stargazer perdana.
Rasa kemudi Stargazer cukup presisi. Mirip model Hyundai lain yang mampu menerjemahkan keinginan pengemudi untuk bergerak menuju titik yang diinginkan dengan cepat. Tidak perlu usaha yang berlebihan mengendalikannya, termasuk saat bermanuver melewati lalu lintas sekitar kawasan pabrik. Stargazer mampu bergerak lincah ke kiri dan kanan di celah kendaraan. Dimensinya yang serupa dengan low MPV sejenis membuat pengemudi tidak memerlukan waktu lama beradaptasi menghitung jarak aman.
Suspensi turut menjadi perhatian utama. Duduk sebagai pengemudi, suspensi Stargazer mampu meredam perubahan jalan dengan baik. Karakternya sedikit keras, namun tetap terhitung lembut untuk jalan perkotaan. Kami bahkan sempat lupa tengah menghajar bagian jalan yang rusak dengan kecepatan sedang berkat rebound suspensi yang meredam getaran dengan baik.
Kata Hyundai, Stargazer dikembangkan dengan platform berbeda dari Creta. Begitu juga soal suspensinya yang disetting sesuai karakter MPV. Meski tidak dijelaskan secara teknis, penggambarannya mengedepankan kenyamanan berkendara cocok untuk keluarga.
Kekedapan kabin juga menambah kenyamanan. Suara dari luar terhitung minim meski kebisingan ban masih terasa. Raungan mesin pun masih terbilang minim dan baru terdengar di dalam kabin saat menginjak pedal gas lebih agresif.
Bahasan soal berkendara dengan Stargazer dicukupkan sampai di sini. Masih ada pertanyaan mengenai konsumsi bahan bakar serta bagaimana kemampuannya melahap jalanan luar kota. Salah satu kemampuan yang wajib dimiliki untuk produk low MPV di Indonesia.
Varian Prime sudah dilengkapi peranti SmartSense. Selama menjajalnya, fitur ini bekerja di beberapa skenario. Seperti lane keeping assist saat berkendara lebih dari 60 km/jam, forward collision avoidance assist serta front departure alert yang memberikan tambahan keamanan dari arah depan. Blind spot collision warning memunculkan peringatan di kaca spion kiri dan kanan. Masih ada cruise control, rear cross traffic collision avoidance assistant namun butuh waktu yang lebih lama untuk bisa merasakan fitur ini bekerja.
Selain itu, Hyundai juga memperlihatkan kegunaan fitur Bluelink. Sama seperti Creta, Bluelink di Stargazer mempermudah komunikasi antara pemilik dengan kendaraan lewat sambungan koneksi telepon genggam. Fitur utamanya antara lain adalah auto collision notification (ACN), tombol SOS/Emergency Assistance dan Roadside Assistance (RSA).
Fitur ASN memberitahukan lokasi serta informasi pemilik kendaraan kepada Pusat Bantuan Hyundai ketika mengalami kecelakaan atau terdeteksi mengembangnya airbag. Nantinya, operator akan menerjemahkan sinyal itu dan mengirim unit medis maupun unit yang dibutuhkan lainnya ke lokasi pengemudi.
Pengemudi juga bisa menggunakan tombol SOS. Tombol ini langsung menghubungkan dengan operator di Pusat Bantuan Hyundai. Kemudian pengemudi mengutarakan kebutuhannya langsung dari dalam kendaraan tanpa harus kesulitan mencari dan menghubungi lewat telepon genggam. Ada mikrofon yang menghadap ke arah pengemudi dan penumpang untuk memperjelas suara serta mempermudah koordinasi. Sebagai tambahan, fitur RSA tersedia untuk melayani kebutuhan darurat 24 jam.
Bluelink juga mendapatkan fitur Stolen Vehicle Notification dan Stolen Vehicle Tracking. Fitur ini beroperasi saat upaya pencurian kendaraan sedang terjadi dengan mengirimkan notifikasi ke telepon genggam pemilik. Setelahnya pemilik kendaraan dapat mengidentifikasi posisi terkini dari mobil mereka. Masih ada Stolen Vehicle Immobilization. Ini adalah layanan untuk menghubungi operator dan meminta mobil yang dicuri untuk segera diberhentikan pengoperasiannya sementara waktu.
Fitur di Bluelink lainnya ada Manual/Automatic Diagnostic Report. Secara otomatis melaporkan hasil diagnosis jika terjadi kejanggalan pada mobil. Kemudian ada Driving Information and Vehicle Health Report yang menyediakan laporan bulanan atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan mobil. Fitur lainnya Vehicle Status Check/Notification akan membantu menginformasikan kondisi perawatan mobil dalam bentuk notifikasi pada aplikasi.
Selain fitur-fitur yang sudah disebutkan, Hyundai Bluelink juga akan memberikan izin pada pemilik kendaraan untuk mengakses fitur dasar. Beberapa diantaranya fitur Remote Engine Start/Stop, Climate Control, Remote Door Lock/Unlock, Remote Horn & Light Control, dan mengetahui lokasi parkir mobil lewat Find My Car.
Hyundai Stargazer benar-benar tidak bisa dipandang remeh. Terutama untuk rival di kelasnya. Desain, fitur, teknologi dan rasa berkendaranya mampu menjadikannya tolok ukur terbaru di kelas LMPV. (Sta/Odi)
Baca Juga: First Drive Hyundai Creta, Dukungan Fitur SmartSense dan Bluelink, Optimalkan Kenyamanan Berkendara
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.