PT Toyota Astra Motor (TAM) makin getol memboyong mobil-mobil ramah lingkungan ke Indonesia. Jenama asal Jepang itu menjadi brand yang memiliki line-up mobil hybrid terbanyak. Selain C-HR Hybrid, Civic Hybrid, Corolla Altis Hybrid, Alphard Hybrid, dan yang terbaru Corolla Cross Hybrid. Seberapa menarik mobil bergenre Sport Utility Vehicle (SUV) ini?
Ketika hadir Agustus lalu, mobil ini mendapat status sebagai hybrid termurah di Tanah Air. Secara tampilan sebenarnya tak ada yang khusus. Ia sama seperti crossover aka SUV lainnya. Gagah, tinggi, kekar, tentunya diklaim punya kemampuan jelajah dan dapat diandalkan untuk menerabas beragam kondisi jalan.
Nah, menariknya tentu adalah soal statusnya sebagai hybrid. Banyak pertanyaan muncul di kepala kami. Seberapa irit mobil ini? Seberapa besar kontribusi motor elektris mengurangi konsumsi bahan bakar? Bagaimana sensasi berkendara dengan mobil hybrid? Apakah masih sama seperti mobil bermesin pembakaran?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kami mendapat kesempatan untuk mengujinya. Tak tanggung-tanggung kami membawanya ke salah satu destinasi menarik di wilayah Bogor, Jawa Barat, yaitu Gunung Batu.
Untuk yang pertama, kita bahas dulu eksteriornya. Desainnya kaku, tegas dan berwajah agresif. Khas mobil-mobil bertema SUV. Tapi sudah ada bahasa desain kekinian. Misal, grille besar seolah ingin mengatakan, di balik kapnya tersembunyi mesin berperforma tinggi yang butuh banyak asupan udara dingin saat melaju kencang.
Ini ditambah lagi oleh sepasang mata sipit LED proyektor yang seperti sedang menatap tajam. Lampu kabut membulat di bagian bawah juga menjamin visbilitas solid di beragam kondisi jalan.
Dari samping mobil ini tampil berotot. Tapi ada ornamen chrome sebagai bingkai bagian atas jendela sekaligus garis atap. Pelindung bodi bagian bawah, berupa cladding berwarna gelap dan roof rail, penanda identitasnya sebagai SUV tulen. Belakangnya minimalis. Tak banyak ornamen dan lekukan. Tapi proporsinya terlihat seksi karena pinggulnya yang besar.
Menariknya, ketika masuk ke kabin, bhasa desain yang dituangkan ke interior sedikit berbeda. Mengemban nama legendaris Corolla, interior mobil ini semewah versi sedannnya. Desain dan layout dasbor dibuat mendekati, meski tak sama persis. Kabinnya minimalis tak banyak tombol berserakan.
Sistem multimedia layar sentuh 9-inci dapat terhubung dengan smartphone secara Miracast. Bahkan head unitnya disiapkan mendukung mobilitas perkotaan. Ada pengingat tanggal hari ini. Cocok buat di Jakarta yang punya aturan Ganjil-Genap.
Ada yang menarik yaitu fitur NFC bisa membaca sisa saldo e-Money untuk bayar tol ataupun parkir. Fitur ini seperti yang ada di smartphone jaman now. Sangat membantu. Kemudian pengaturan audio bisa secara mudah dioperasikan oleh ibu jari saja. Bahkan tersedia fitur perintah suara. Head unitnya ini sekaligus berfungsi sebagai display untuk kamera parkir.
Panel indikator AC sudah digital dengan mode auto dan dua zona. Di bawahnya, tersedia konsol penyimpanan dengan penerangan iluminasi. Sedangkan di atap ada moonroof yang bisa dibuka. Fitur pelengkap perjalanan yang menyenangkan, terutama pada SUV petualang.
Mobil ini memiliki dimensi yang cukup ringkas untuk ukuran SUV. Namun dirancang untuk mengangkut 5-penumpang, jadi ruang kabin yang ditawarkan memadai. Begitupun kursi baris keduanya. Sudah dibekali sandaran tangan, tersedia tiga sandaran kepala pula. Seluruh jok dibalut kulit untuk memberi rasa nyaman. Pun demikian dengan lingkar kemudinya.
Bagasinya menyediakan ruang penyimpanan yang luas. Membuka dan menutup pintu bagasi pun mudah. Semudah memencet tombol dan pintu bagasi terangkat sendiri. Bahkan ada fitur kick sensor. Pokoknya Anda tak akan kecewa mendengar harga mobil ini Rp 497,8 juta.
Oke, sekarang saatnya mencoba mobil ini dan menjawab pertanyaan di atas. Masuk ke dalam kabin cukup pegang handle pintu, selama kunci di kantung kunci pun terbuka. Cari posisi berkendara yang ideal tidak susah. Karena kemudinya sudah tilt steering dan jok pengemudi dibekali pengaturan elektris. Menyalakan mesin pun cukup pencet tombol.
Sulit bagi kita untuk membedakan apakah mobil sudah benar-benar dalam kondisi siap jalan atau belum. Karena ternyata saat mesin dihidupkan, justru mesin bensin tak menyala. Mobil melaju dalam mode full electric. Hanya baterai yang bekerja.
Sensasi berkendara mobil listrik yang hening tanpa suara dan getaran, bisa dirasakan sepenuhnya. Bahkan Toyota sampai membunyikan suara artificial ke bagian luar kendaraan demi alasan safety. Tujuannya memberi tahu orang di sekitar, kalau ada mobil yang melintas. Ya karena saking heningnya itu.
Jadi sebetulnya, tak perlu naik mobil Full Electric Vehicle untuk bisa merasakan sensasi berkendara mobil listrik. Buktinya, Toyota Corolla Cross Hybrid ini pun juga bisa. Karena mesin baru menyala saat energi baterainya sedikit. Mesin hidup sebagai generator untuk mengisi ulang baterainya atau saat mobil membutuhkan bantuan tenaga mesin untuk menggerakkan roda.
Sengaja destinasi yang kami pilih ini bukan jalanan perkotaan yang mulus dan datar. Tujuannya sekaligus menilai, seberapa hebat performanya, seberapa irit efisiensi bahan bakarnya dan seberapa diandalkannya mobil ini diajak melewati kondisi jalanan yang beragam. Wajib hukumnya bagi Toyota Corolla Cross untuk dipakai bertualang berkelana ke daerah pegunungan di pedesaan, kalau ingin sah disebut crossover.
Menariknya nih, sewaktu mesin bensin bangun dari tidurnya dari dalam kabin hampir tidak terasa perbedaannya. Suara mesin hanya sayup-sayup menyusup ke dalam kabin. Getaran pun minim khas mobil mewah seharga hampir setengah milyar. Tapi waktu saya pindah ke mode berkendara POWER dan injak pedal gas lebih dalam, pertanyaan saya pun terjawab.
Seolah kepribadian lain dari mobil ini yang tenggelam dibalik persona mobil listrik, berontak. Raungan mesin menelisik ke dalam kabin dan membangkitkan emosi saya untuk mengajaknya menari mengikuti irama jalanan berliku yang sangat sayang untuk dilewati dengan tenang. Lengkingan mesin meninggi seiring semakin dalam pedal gas dipijak, membuat saya lupa sejenak bahwa saya sedang mengemudikan electrified vehicle.
Apalagi karakter penyaluran tenaga mesin bensin yang gradual terasa sangat natural. Intuisi berkendara alamiah yang begitu akrab seperti saat sedang mengendarai mobil umumnya, kembali hadir. Sensasi ini tak akan pernah ditemui kala mengendarai mobil listrik sepenuhnya.
Kesenangan mengemudi ini disuplai mesin 1.8 liter naturally aspirated yang bertenaga 98 PS dengan torsi puncak 142 Nm. Ditambah dorongan tenaga 72 PS dan torsi 162 Nm dari motor elektris. Rute pegunungan yang menantang, bak arena bermain yang ideal bagi Toyota Corolla Cross Hybrid.
Stabilitas berkendara mobil ini sangat memenuhi ekspektasi. Struktur rangka TNGA dengan low center of gravity menjamin kelincahannya saat dipacu di tikungan. Ditambah bidang pandang yang sangat luas. Pillar-A ramping dan diletakkan pas. Tak merusak pemandangan di tikungan tajam sekalipun.
Pergerakan mobil yang minim body roll, sukses bikin pergerakan kemudinya terasa begitu intuitif. Mungkin dibantu juga dengan fitur kontrol stabilitas. Memang tak bisa dibilang sempurna. Bobot kemudinya terlalu ringan menurut saya dan feedback dari roda ke setir tak begitu dapat dirasakan. Sedikit mengurangi kesenangan mengemudi. Tapi saya sadar, ini SUV.
Konsekuensi paling signifikan harus diterima penumpang di kursi belakang. Peredaman suspensinya terasa agak sedikit keras. Saya jadi terbayang, bagaimana jadinya kalau suspensi belakang Toyota Corolla Cross memakai double wishbone seperti yang dipakai oleh Toyota Camry, Corolla sedan ataupun C-HR. Mungkin bisa sedikit lebih meredam bantingannya, tanpa mengurangi karakter sport mobil ini.
Perjalanan yang kami lakukan memang singkat. Tapi setidaknya berhasil menjawab pertanyaan saya. Sekaligus menasbihkan Toyota Corolla Cross Hybrid sebagai SUV yang bisa dipakai berkelana ke melintasi jalan khas pegunungan di daerah pedesaan tanpa kendala. Tanpa perlu repot kehabisan energi baterai, karena masih mengonsumsi bensin sebagai sumber energi utamanya.
Lalu berapa konsumsi BBMnya? Jangan kaget, konsumsi BBM kombinasi dalam kota dan tol terbaik yang bisa kami catatkan sejauh kurang lebih 100 km, 22,6 kpl. Anda tahu, berapa konsumsi BBM saat menuruni bukit sejauh kurang lebih 20 km, 66,9 kpl. Percaya atau tidak, saat menuruni bukit hampir 90% perjalanan, mesin bensin tidak hidup. Energi baterai terus terisi secara regeneratif.
Jangan lupa, pindahkan tuas transmisi ke posisi B di turunan tajam. Tujuannya selain berfungsi mengisi daya baterai lebih optimal, juga sebagai penghambat laju, semacam engine brake di mobil bermesin pembakaran konvensional.
Singkatnya, Toyota tidak bohong waktu Toyota memilih kalimat "Two Sides of The Finest" sebagai slogan untuk mobil ini. Anda bisa merasakan sensasi mengendari mobil listrik sepenuhnya, tapi di sisi lain, mampu membangkitkan kesenangan mengemudi saat mesin bensin hidup. (RS/Raju)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2025. Semua Hak Cipta Dilindungi.