Setelah diberikan informasi tentang fitur dan teknologi Stelvio, kami diundang untuk menguji langsung motor tersebut. Hanya ada satu unit yang tersedia untuk uji coba, sehingga kami harus bergiliran. Sayangnya, rute untuk pengujian tidak terlalu panjang, hanya sekitar 2-3 Km, sehingga tidak semua aspek dapat kami ulas.
Desain menjadi variabel utama yang menonjol. Secara gaya, Stelvio dibangun menggunakan platform yang sama dengan V100 Mandello, baik mesin maupun sasisnya.
Moto Guzzi Stelvio dirancang lebih untuk turing di jalan raya, berbeda dengan V85TT yang lebih tangguh dan cocok untuk off-road. Motor ini terinspirasi dari jalur Stelvio yang terkenal, pegunungan tertinggi dan terluas di Italia, yang menawarkan 48 tikungan tajam dan menantang.
Bodywork disesuaikan dengan fungsinya. Tangki bahan bakar yang besar di depan dan menyempit ke belakang dilapisi cover plastik. Terdapat fairing kecil di kedua sisi bawah tangki. Bagian belakang sudah dilengkapi dengan braket yang memudahkan penambahan aksesori seperti top box atau side box.
Untuk mendukung petualangan, dilengkapi dengan windshield yang melindungi dari angin. Setangnya tinggi dan lebar, dilengkapi dengan hand guard berbahan plastik. Spionnya canggih, mampu menampilkan indikator peringatan, terkait dengan fitur radar yang meningkatkan keamanan berkendara.
Stelvio menggunakan rangka teralis yang mendukung mesin V-twin yang kompak. Konstruksinya mirip dengan Mandello namun dengan geometri yang direvisi untuk model yang lebih panjang. Area head-tube diperluas dengan rake yang lebih besar, memberikan ruang untuk roda depan berukuran 19 inci.
Titik pemasangan ke mesin meningkat dari empat pada Mandello menjadi enam pada Stelvio, memberikan kekakuan yang lebih baik. Posisi pijakan kaki pengendara sedikit berbeda dari Mandello, namun tetap terpasang langsung ke mesin dengan dudukan berbahan karet.
Stelvio tidak dilengkapi dengan suspensi semi-aktif, pilihan yang menarik untuk motor yang banyak digunakan di jalan raya. Menggunakan suspensi upside down dari Sachs dengan diameter 46 mm dan travel sepanjang 6,7 inci yang dapat disesuaikan untuk rebound damping dan spring preload. Untuk bagian belakang, terpasang di lengan ayun satu sisi.
Roda depan berukuran 19 x 3,0 inci dan roda belakang 17 x 4,5 inci, dilengkapi dengan ban Michelin Anakee Adventure. Sistem pengeremannya menggunakan kaliper Brembo empat piston radial-mount dengan cakram 320 mm di depan, serta kaliper dua piston untuk cakram 298 mm di belakang, sama seperti yang digunakan pada Mandello. ABS yang disertakan sensitif terhadap kemiringan dengan tiga pilihan pengaturan: on, off-road, dan off.
Ketika pertama kali duduk di atasnya, kami teringat pada V85 TT. Memang, ada kemiripan. Dengan setang yang tinggi dan lebar, posisi duduk menjadi tegap. Namun, tangan tetap mudah mencapai setang. Untuk seseorang dengan tinggi 173 cm, kaki tidak bisa menapak dengan sempurna karena ketinggian jok adalah 830 mm.
Jok depannya sempit namun belakangnya lebar. Dilapisi kulit anti panas dan bahan sedikit kasar, konturnya yang empuk memungkinkan pengendara bergerak bebas tanpa perlu mengangkat bokong. Dudukan karet pada pijakan kaki sangat membantu, efektif meredam getaran dari mesin.
Mengendarainya di jalan tidak menimbulkan masalah, hanya memerlukan sedikit penyesuaian, terutama karena bobot motor yang mencapai 246 kg saat tangki penuh dan penggunaan setang yang lebar. Motor ini pasti nyaman untuk touring, namun bisa menjadi tantangan saat berada di kemacetan kota.
Dalam hal handling, motor ini sangat dapat diandalkan. Berkat suspensi upside down dari Sachs dengan diameter besar dan shock tunggal KYB di belakang, motor ini menawarkan kenyamanan. Ditambah lagi dengan roda berprofil lebar dan ban yang sesuai dengan konsep Stelvio, pengendara tidak perlu khawatir saat melintasi medan yang kasar.
Kelebihan lainnya adalah windshield yang dapat diatur secara elektronik. Dalam posisi normal, angin akan terasa di dagu, sementara ketika diatur ke posisi maksimal, angin akan melewati bagian atas helm.
Meskipun pengetesan dilakukan dengan rute dan waktu yang terbatas, kami tetap dapat menikmati keunggulan teknologi radar yang telah terpasang. Untuk informasi, ini adalah model pertama yang mengadopsi teknologi Piaggio Fast Forward (PFF) Rider Assistance Solution. Ini adalah sistem radar 4D Imaging dengan sensor yang ditempatkan di atas lampu depan dan di bawah lampu belakang.
Piaggio Fast Forward (PFF) Rider Assistance Solution dirancang untuk memberikan keamanan dan kenyamanan saat berkendara di berbagai medan. Fitur-fiturnya termasuk Forward Collision Warning (FCW), Blind Spot Information System (BLISS), dan Lane Change Assist (LCA).
Selama test ride di jalur perkotaan, notifikasi dari ketiga fitur tersebut sering aktif. Hal ini wajar, mengingat kondisi jalan yang ramai pada saat itu. Pada kecepatan tertentu, indikator FCW sering muncul di layar instrumen. Sama halnya dengan BLISS dan LCA yang memberikan peringatan kepada pengendara melalui lampu pada kaca spion ketika ada kendaraan lain di blind spot.
Sayangnya, pengetesan ini tidak bisa mengulas semua fitur yang ditawarkan oleh Stelvio karena keterbatasan waktu. Mungkin pada sesi test ride berikutnya kami akan membahasnya secara lebih lengkap. Namun demikian, Moto Guzzi Stelvio telah berhasil memberikan pengalaman berkendara yang baru.
Kita tentu sudah mengenal mesin V-twin longitudinal 90 derajat 1.042 cc DOHC dengan 4 katup per silinder. Ukuran bore x stroke adalah 96,0 x 72,0 mm. Sistem pendinginan cairan dan EFI loop tertutup memastikan mesin kompak ini memenuhi standar Euro 5+. Suara mesinnya cukup lembut dan getaran yang dihasilkan masih dalam batas yang wajar.
Mesin ini dapat menghasilkan tenaga sebesar 115 hp pada 8.700 rpm dan torsi 105 Nm pada 6.750 rpm. Penggunaan di jalur perkotaan memerlukan kehati-hatian ekstra karena tenaganya yang ganas, sehingga adaptasi yang cepat diperlukan. Meskipun belum digunakan untuk perjalanan jauh, tampaknya tenaga yang dihasilkan sudah cukup untuk memenuhi keinginan touring.
Sebagai informasi tambahan, meskipun mesinnya mirip dengan V100 Mandello, terdapat beberapa perubahan kecil untuk adaptasi pada Stelvio. Sistem EFI dilengkapi dengan sensor O2 hilir untuk memastikan Stelvio memenuhi standar Euro 5+. Moto Guzzi juga meningkatkan ketebalan bagian belakang casing mesin di mana lengan ayun terpasang, untuk menambah kekuatan dalam menghadapi tekanan saat melintasi medan yang kasar.
Perbaikan juga dilakukan pada kotak persneling. Setiap gigi telah diolah kembali untuk memastikan perpindahan gigi yang lebih halus. Penggunaan kopling anti-hopping (slipper) self-assist baru bertujuan untuk meningkatkan akurasi dan sensasi perpindahan gigi. Quickshifter juga tersedia, namun perangkat ini dijual secara terpisah.
Fitur tambahan meliputi pencahayaan full LED dan DRL, port pengisian, panel instrumen TFT 5 inci, windshield elektrik, Cornering ABS, Traction Control, dan Cruise Control. Dengan teknologi ride by wire, tersedia lima mode berkendara: Tour, Road, Rain, Sport, dan Off-road.
Motor ini juga dilengkapi dengan konektivitas MIA dari Piaggio Group, yang memungkinkan pengendara mengontrol musik, panggilan, dan navigasi. Quickshifter up and down tersedia sebagai aksesori opsional yang dijual terpisah.
Di pasar Indonesia, Moto Guzzi Stelvio hanya ditawarkan dalam satu warna, Giallo Savana, dengan harga Rp850 juta OTR DKI Jakarta. (Bgx)
Baca Juga: First Ride Aprilia Tuareg 660
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.