Suzuki merilis Nex Crossover sebagai pengganti varian Cross. Sama-sama mengusung konsep tualang lewat tampilan lebih gagah. Namun Crossover terlihat makin serius lewat banyaknya komponen baru yang didapat. Setelah resmi diluncurkan, kami mendapat kesempatan untuk mencicipi langsung Nex Crossover. Sayangnya sesi pengetesan yang didapat sangat singkat.
Lantaran pandemi Covid-19 yang masih mengkhawatirkan, kami diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan. Salah satunya menghindari kerumunan. Maka itu, pihak Suzuki membagi jadwal uji coba agar tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah.
Mungkin ulasan ini baru permulaan. Masih banyak variabel belum bisa dikupas. Lantaran hanya berpelesiran di kawasan Jungle Land, Bogor. Waktu yang diberikan juga terbatas, satu group berisi tiga rider hanya diberi sekitar satu jam. Tapi tak apa. Sebab hal paling penting ialah menguji kelincahannya di medan aspal, berbatu dan lumpur. Ya, kondisi sederhana itu dibutuhkan untuk merasakan ubahan setang lebar yang dipasang di Nex Crossover. Dan beginilah impresinya.
Jika sudah pernah mengendarai Nex versi standar atau Cross, ketika naik Crossover pasti merasa ada perbedaan. Ya, bagian kemudi sedikit melar berkat penggunaan setang lebar. Dimensinya juga tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Ukurannya pas, sehingga tidak menyulitkan kala bermanuver. Efek dari pemakaian handlebar tadi, visibilitas jadi lebih luas dan posisi tangan juga tidak terlalu menekuk, jadi lebih rileks. Insinyur Suzuki sepertinya meracik itu agar sesuai dengan postur tubuh orang Indonesia.
Joknya cukup pendek, untuk pengendara berpostur 173 cm kaki menapak sempurna ketika turun, dan tentu saja ramah buat wanita. Hal itu juga karena dimensi bodinya cukup ramping. Model jok memang sama dengan saudaranya, tapi ia dirancang dengan material yang lebih baik. Terasa lebih tebal dan cukup empuk. Jadi bokong tidak cepat pegal ketika berkendara jauh. Agar posisi duduk saat riding lebih nyaman, baiknya sedikit mundur biar tak terlalu menunduk.
Bicara handling, karakternya cekatan dan sesuai dengan khas skutik entry level yang ringan. Hal itu juga karena memang berat kosong hanya 94 kg. Meski menggunakan setang lebar, buat dipakai harian untuk meliuk di kemacetan juga terasa mudah dan mudah dikontrol. Tak butuh penyesuaian berlebih, langsung gas dan motor asyik dibawa riding. Saya pun sudah mencobanya kala menyalip kendaraan di jalan aspal. Ketika putar balik pun, siku pengendara tidak gampang mentok. Jadi sangat cocok buat rider yang suka selap-selip di kondisi lalu lintas padat. dirinya tetap memberikan kelincahan meski mengadopsi konsep tualang.
Saat dibawa ke medan berbatu, ia juga masih mudah dikendalikan. Lagi-lagi setang lebar cukup membantu untuk masalah pengendalian. Asyiknya, bagian bawah tidak mudah mentok. Ground clearance atau jarak terendah dari tanah setinggi 150 mm. Sehingga terasa lebih mantap dan meyakinkan untuk dibawa bertualang kemanapun tanpa rasa khawatir.
Karakter suspensi juga membantu meredam kala melintasi area bebatuan. Saya tidak merasakan gejala mentok di peredam kejut depan maupun belakang. Hanya kala melintasi medan aspal dengan kondisi menikung, bagian belakang sedikit mengayun. Meski komponen itu sama dengan versi reguler, sepertinya pabrikan meracik ulang agar sesuai dengan konsep tualang. Namun sayang, getaran pada peranti kemudi masih sangat terasa. Tapi hal itu masih lazim, karena ini skutik entry level.
Dan berhubung melewati rute tanah dengan kubangan air, saya bersama dua rider lain mengujinya di tempat itu. Ambil ancang-ancang dari jauh untuk mendapat akselerasi, dan hasilnya Crossover bisa melalui medan itu dengan mudah. Begitu pula kala mendapati jalur terjal dengan kondisi lintasan bentala, dengan gampangnya Crossover melintasinya. Sekelas skutk entry level bisa seperti itu, menurut saya menakjubkan.
Oh iya, kenyamanan berkendara didukung pijakan kaki yang lega. Jadi pengguna ukuran sepatu 41 pun masih cukup. Enaknya, ada kontur bergerigi di dek, membuat kaki pengendara tidak mudah tergelincir. Padahal air dari cipratan kubangan tadi masih banyak di area itu.
Nex Crossover terasa lincah di medan kurang bersehabat. Hal itu didukung penggunaan kulit bundar tipe tubeless dengan model dual purpose. Jadi bukan hanya sekadar untuk mendongkrak penampilan, jenis ban ini sangat tangguh dibawa melewati jalanan rusak. Ia pakai ban lansiran IRC GP-5 series yang memiliki kedalaman tapak masing-masing 5,1 mm dan 5,5 mm.
Ia dapat memberikan grip bagus di jalan aspal dan cukup meyakinkan ketika diajak menikung. Meski tergolong bertapak kasar, hanya ada sedikit suara serta getaran roda yang terasa. Pada trek light off-road seperti kerikil juga tidak buruk, motor dapat dengan mudah dikontrol. Karakter suspensi yang empuk jadi terasa pas di sini. Ditambah dengan pelek berukuran 1,60 inci dibalut ban 80/90-14 di depan dan belakang 1,85 inci dengan ban 90/90-14. Dengan alas seperti itu, buat melewati jalan aspal maupun berbatu tidaklah sulit.
Sokongan performa mesin sangat memadai. Berteknologi Suzuki Eco Performance (SEP), 1 silinder 4 langkah SOHC 2 katup, berpendingin udara dengan kapasitas 113 cc berpengabut injeksi. Jantung mekanisnya memiliki bore 51 mm dan stroke 55,2 mm dengan klaim tenaga maksimum 9,2 hp di 8.000 rpm dan momen puntir 8,5 Nm di 6.000 rpm. Menurut Suzuki, teknologi yang disematkan membuat kendaraan lebih efisien dalam hal pemakaian bahan bakar, sekaligus tanpa mengurangi akselerasi performanya.
Meski tergolong skutik kecil, tenaga dihasilkan terasa cukup untuk berkendara harian. Tapi putaran bawah terasa lemot, apalagi ketika melewati jalan menanjak. Maklum kapasitasnya tidak besar. Untuk mensiasatinya, harus sering-sering membuka gas. Tapi tentu saja bakal mempengaruhi konsumsi bahan bakar, terutama ketika ingin menyalip kendaraan di depan.
Oh iya, ketika mesin dinyalakan masih terdengar suara cukup mengganggu karena masih pakai dinamo starter konvensional. Maklum, ia belum dilengkapi seamless start macam ACG (Alternator Current Generator) starter di Honda ataupun SMG (Smart Motor Generator) milik Yamaha. Sehingga ketika dinyalakan masih terdengar suara kasar. Meski demikian, Suzuki membekali fitur easy start system, mesin jadi mudah dinyalakan. Pengendara hanya perlu menahan rem dan menekan tombol starter satu kali tanpa perlu ditahan. Selain itu getarannya juga sangat minim, untuk stop and go area CVT juga halus tanpa gejala gredek.
Secara garis besar, bodinya masih serupa dengan varian Nex II standar. Tubuhnya tidak terlalu besar sehingga masuk dalam kategori skutik entry level dan bisa gunakan untuk wanita. Ia memiliki tinggi 1.055 mm, lebar 765 mm, panjang 1.890 mm, dan berat 94 kg. Hanya beda tinggi dan lebar dengan versi reguler. Bagian depan serbalancip. Lampu utama menjorok ke belakang sehingga bodi pinggirnya tampak tajam dan dinamis. Didukung pula dengan warna bodi cerah dan grafis nyentrik.
Perbedaan jelas, ada pada konsep. Crossover memberikan sensasi kebebasan berkendara serta menimbulkan hasrat bertualang bagi pribadi yang aktif. Memiliki dimensi yang kompak, dan tampilannya maskulin. Sangat pas untuk konsumen yang gemar berkendara di medan kurang mulus.
Sesuai dengan tema yang diusung, komponen paling mencolok yakni penggunaan handle bar tanpa cover. Memiliki peran utama dalam meningkatkan ergonomi dan kenyamanan posisi berkendara. Selain itu, memberikan efek skutik yang kokoh dan tangguh. Membuat posisi riding juga menjadi lebih rileks. Kemudian joknya dibungkus dengan lapisan kombinasi warna dual-tone. Beda dengan varian Nex lain yang masih mengadopsi satu warna.
Khusus varian ini diberikan desain stripping sporty. Ia tersedia dalam dua pilihan warna, Stronger Red-Titan Black dan Solid Black. Masing-masing memakai aksen merah pada brake caliper dan rear spring, memberikan aksen unik dan dinamis.
Di bagian tengah setang, ditanamkan digital instrument cluster. Komponen itu berbeda dengan keluarga Nex II lainnya yang masih pakai model analog dengan jarum yang sederhana. Sekarang lebih modern dan diisi dengan beragam informasi mengenai kondisi motor. Mulai dari petunjuk kecepatan, jarak tempuh, kapasitas bahan bakar, indikator sistem FI, indikator lampu, serta jam digital. Bentuknya kalau boleh dibilang mirip dengan kepuanyaan GSX series dan Satria F150.
Di bawah setang ada dua kompartemen cukup besar, bisa menampung botol air minum 600 ml ataupun menyimpan sarung tangan. Sayangnya dia tidak dilengkapi USB charger di kompartemen sisi kiri yang ada di Nex tipe tertinggi maupun Cross.
Sebagai fitur keamanan, kontaknya dilengkapi pengaman magnet. Jadi lebih aman ketimbang model polos. Cuma sayang fitur parking brake lock dan side stand switch tetap belum ada, padahal itu sudah jadi standar skutik sekelasnya. Demikian juga bagasi di bawah joknya masih sama, sempit hanya 4,8 liter, cuma bisa menampung jas hujan, itu pun mesti sedikit dipaksa.
Begitu juga dengan pengereman yang mengandalkan cakram di depan, dan rem model tromol roda belakang. Saya rasakan justru rem belakang terasa lebih pakem ketimbang depan. Ia kerap kali mengunci ketika melakukan hard braking. Hal ini karena bobotnya yang ringan serta suspensi depan empuk, sehingga distribusi beban lebih banyak ke depan. Meski tidak terlalu sensitif, komponen ini cukup untuk mengurangi laju kendaraan.
Tak hanya menyajikan penampilan yang lebih keren, konsep yang diterapkan Suzuki pada Nex Crossover juga sangat sesuai. Penggunaan setang lebar, panel instrumen digital, ground clereance tinggi serta ban dual purpose sangat membantu konsumen yang memiliki jiwa tualang. Sayang fiturnya masih minim jika dibanding rival, seperti belum ada side stand switch dan bagasi yang sempit. Tangki bensinya pun cuma 3,6 liter.
Kendati harganya terjangkau hanya Rp 17,9 juta OTR DKI Jakarta, performa mesin sudah sangat memadai. Meski mengadopsi konsep tualang, karakter lincah khas skutik perkotaan terdapat padanya. Apalagi konsumsi bahan bakar yang tergolong irit. (Bgx/Odi)
Baca Juga: First Ride All New Honda Scoopy: Evolusi ke Level Lebih Canggih
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.