Vespa S 125 i-get menjadi jajaran terakhir line-up Vespa yang mendapat penyegaran. Seluruh produk ini mendapat peremajaan. Ada bahasa desain yang sama di semua model, baik dari kasta teratas hingga terbawah. Vespa S 125 i-get mendapat ubahan yang lumayan. Wajah barunya terlihat berbeda dibandingkan edisi sebelumnya yang meluncur versi tiga tahun lalu.
Vespa melakukan seremoni peluncuran secara virtual beberapa waktu lalu. Namun rasanya kurang puas melihatnya dari layar kaca. Piaggio Indonesia, akhirnya pun mengundang awak media dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Mengajak untuk melihat dan menguji langsung line up Vespa paling murah ke dua setelah LX, seharga Rp 39 juta OTR Jakarta.
Begitu datang dan menengok ke arah S baru, rasanya tak salah jika saya katakan wajahnya jadi seperti Sprint. Lampu persegi panjang generasi lawas diganti, sampai ke area batok dan dashboard. Kini ia menatap lewat lampu hexagon, bentuk yang terlanjur identik dengan Sprint.
Bahasa desain lampu turut tertera pada seri S. Tentu memakai cahaya dioda terang nan hemat daya. Dan paling khas ialah penggunaan separator tengah, memisahkan antara high beam dan lampu utama. Hal ini dapat ditemukan pada semua jajaran Vespa facelift, dari GTS sampai LX. Persis.
Ada pun rombakan di area shield. Paling nampak, bagian dasi sekarang dihias lubang-lubang kecil berjajar vertikal. Semacam lubang udara, namun rasanya tak benar-benar berfungsi demikian. Hanya untuk menguatkan kesan sporty yang diusung.
Begitu pula tiga lubang klakson di bawahnya. Secara bentuk, mungkin tak jauh berbeda. Tapi jika dilihat detail, ada bingkai plastik diwarnai abu-abu matte. Lantas lampu sein, tak ubahnya seperti versi lalu. Hanya saja mendapat tambahan LED DRL – menyinergikan cahaya lampu utama dan senja jadi lebih cantik.
Sebetulnya ada dua perubahan lagi di area fasad, namun pasti banyak yang tak sadar. Salah satunya spakbor depan, sekarang jadi polos. Jambul krom yang dulu jadi ciri khas menghilang. Dan coba tengok kaca spion. Kalau biasanya varian sporty memakai ornamen serba kotak, Vespa malah memilih model bulat persis kepunyaan LX.
Kita tahu, dari dulu seri S punya bentuk dashboard paling stylish dan unik. Terbagi dalam beberapa kluster, serta dikelilingi bingkai hitam. Peletakkan sensor-sensor penting layaknya kokpit mobil balap, agak “raw”. Tercermin kuat kesan klasiknya.
Tapi mungkin bagi Vespa itu sudah tak relevan lagi. S turut mengikuti rekan-rekan yang lain, mengenakan panel instrumen analog digital model clam shell. Minimalis. Pembedanya hanya background jarum analog motif sporty dan font angka berwarna. Plus jengger pelindung tepat di atas speedometer.
Menyoal fitur, juga tak ada tambahan apapun di dalam situ. Seputar data penting semacam kecepatan (kph dan mph), fuel meter, odometer, penunjuk waktu, serta dua trip meter dan sistem kunci immobilizer. Standar Vespa dari dulu. Entah mengapa, meski fiturnya sama, tapi terasa lebih mengesankan model instrumen lalu.
Lain cerita saat melirik ke area bawah. Identitas S dipertahankan. Tak dipasang laci besar seperti LX maupun Primavera. Sakunya terpisah. Sebelah kanan untuk menyimpan barang-barang semacam botol minum, sementara sisi kiri dapat fitur baru USB socket. Posisinya terlindung penutup. Tak perlu khawatir perangkat listrik ini terciprat air saat sedang jalan.
Namun, tidak bisa begitu saja mengisi daya gawai dan menaruh di saku yang sama. Tak bakal cukup. Mau tak mau kabel charger pasti melintang ke laci kanan tanpa penutup. Baiknya, berhati-hati kalau melakukan proses charging sambil melaju.
Kalau sisanya perubahan minor. Footpeg dibuat dengan alur baru, tapi tak kentara juga perbedaanya. Begitu pula area bodi samping. Hanya dapat tambahan grafis hitam. Buntut belakang, nampaknya tak dapat revisi sama sekali.
Menyoal pewarnaan, baru ada bedanya. Setiap aksesori pendukung motor dilabur hitam dof. Sebutlah list bodi, spion, bingkai lampu depan belakang, tutup knalpot, behel, hingga corak stiker.
Sementara model peleknya memang baru, palang lima persis milik LX. Dan dilabur kelir senada dengan rentetan aksesori tadi. Komposisi roda S ini cukup unik. Dibungkus ban 110/70 11 inci di depan, serta 120/70 10 inci belakang. Padanan yang jarang ditemukan pada skuter umumnya. Sekaligus, diameternya lebih kecil dari Sprint dan Primavera.
Terakhir, jok berubah dari model single seat jadi standar lagi. Yang lalu memang agak egois, tatkala Anda hendak berboncengan pasti menyulitkan. Sebab meski empuk posisinya landai, meniru bentuk buntut lebah.
Bukan cuma itu. Selain datar, ketebalan busa agak dipapas supaya mudah diakses postur apapun. Secara bersamaan, selama saya rasakan tetaplah empuk. Tak mengurangi kenyamanan motor. Tentu, ubahan diiringi corak jok baru. Pembungkus kulit hitam sekarang dihias aksen putih mengelilingi area sadel.
S 125 i-get 2020 ditawarkan dalam tiga opsi kelir. Paling cerah Blue Vivace, berwarna dasar biru terang matte dengan aksen grafis hitam. Kedua Grey Titanio, tema lama yang pernah menempel di generasi awal. Dan paling legam adalah Black Vulcano, berpenampilan serba hitam. Semuanya dipadu aksen karet shock merah yang kontras.
Menuju sore hari, barulah saya berkesempatan berjalan-jalan sedikit. Tak begitu jauh. Dari kawasan Wijaya, melalui SCBD, Sudirman, hingga berakhir di GBK dan kembali lagi. Paling tidak cukup untuk mengingat lagi rasa mesin 125 cc i-get tiga katup yang diadopsi dari generasi lalu. Sebab jujur saja, sudah begitu lama tak kencan dengan sosok ini.
Sebagai pengingat, rangkaian dapur pacu merupakan hasil revisi dari generasi 150 cc non i-get beberapa tahun lalu. Kala itu posisi LX dan S diturunkan menjadi entry level, sementara pengembangan 150 cc i-get difokuskan untuk Sprint dan Primavera.
Catatan spesifikasi detailnya begini. Mengusung konfigurasi satu piston 124,5 cc i-get tiga katup berteknologi injeksi elektronik. Belum ada radiator, masih berpendingin udara. Lantas output daya menoreh angka 10,2 Hp di 7.600 rpm dan torsi 10,2 Nm memuncak pada 6.000 rpm, ditranslasikan lewat CVT ke roda. Kencang?
Rasanya tentu tak se-powerful mesin 150 cc i-get, atau bahkan jantung Vespa S generasi awal. Begitu selongsong gas diputar, tenaga yang keluar moderat saja. Memasuki putaran tengah baru terasa, seluruh daya dikerahkan. Keluar dan melesat hingga sekitar 70 kpj. Tapi Selepas itu, suplai tenaga kembali datar. Tak sebesar di putaran menengah. Khas 125 cc.
Namun yang mengesankan, luapan tenaga begitu linear. Lembut. Saya ingat betul generasi terdahulu kurang menyenangkan dibawa pada putaran bawah meski bertenaga. Rasa getaran yang kerap dikeluhkan banyak orang tak terasa di Vespa S 2020. Nyaman saja, proses delivery tenaga mesin ke CVT, serta terjemahannya ke roda belakang gradual. Pun sebetulnya, tenaga seperti itu relevan saja untuk dipakai harian. Tak kekurangan, juga tak berlebih.
Yang baru saya sadari juga, berkendara dengan Vespa S terasa tangkas. Bobotnya enteng, mudah diajak bermanuver pada kemacetan. Jauh jika dibandingkan Sprint dan Primavera.
Dan ternyata memang selisih beratnya lumayan besar. Primavera mencapai 118 kg, sementara S hanya 105 kg alias beda 13 kg. Pantas saja mudah dikendalikan. Bobot segitu terbilang ringan mengingat bodinya didominasi besi, pun jika dibandingkan skutik Jepang tak terpaut jauh bukan?
Ukuran motornya sendiri kompak. Panjang total 1.770 mm, lebar 705 mm, serta jarak sumbu roda sepantaran motor negeri Sakura, 1.280 mm. Pentingnya lagi, jarak jok ke tanah ramah postur standar, berkat revisi baru. Tingginya hanya 785 mm, alhasil kaki dapat memijak sempurna.
Lantas mengenai impresi suspensi, boleh dibilang seragam geng 150 cc. Karakter redamannya empuk, berkat monoshock helical spring di lengan tunggal depan. Ciri khas sejak dulu. Suspensi tunggal belakang juga sama, hanya saja belum sempat saya uji di settingan lain. Sebab ia punya empat tingkatan preload.
Getaran saat menginjak lubang agak kencang teredam baik. Secara bersamaan waktu meliuk di antara antrean mobil tidak limbung. Namun, saat hendak menikung agak tajam di kecepatan tinggi rasanya belum sempurna. Ada sedikit gejala ban belakang mengayun, tak seakurat rekan satu negeri: Lambretta V125 Special.
Ya, masing-masing punya kelebihan. Vespa unggul dari segi kenyamanan, jauh di atas Lambretta. Tapi di lain sisi tak setajam rivalnya waktu dipaksa menikung cepat. Tinggal sesuaikan saja, suka karakter yang mana?
Lanjut lagi ke aspek pengereman. Perbekalan S tentu saja belum sebaik seri-seri atas. Tidak ada sensor ABS sama sekali, kerjanya konvensional. Penjinak laju diprakarsai cakram 200 mm di depan dan teromol 110 mm belakang. Untuk tenaga segitu, cukup-cukup saja. Feedback tuas juga nyaman, cuma tak ada yang spesial.
Menjadi opsi menarik bagi mereka yang mencari sosok skuter sporty, tapi tak sanggup mengocek kantong dalam. Sebelumnya nada seperti ini baru bisa didapat pada Primavera S, Sprint dan Sprint S. Yang notabene memiliki harga Rp 46 juta – Rp 49 jutaan. Terpaut jauh.
Perbekalan amunisinya memang tak seimpresif line up 150 cc, tapi toh segitu pun cukup. Apalagi dalam konteks digunakan harian. Serangkai teknologi modern, hingga tema-tema atraktif pun tersedia layaknya jajaran Vespa lain, meski status sebagai entry level. (Hlm)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.