Yamaha LEXi LX 155 mampu mendongkrak posisinya ke level lebih tinggi. Berkat perubahan teknis yang menyematkan mesin NMax dan Aerox, akeselerasinya pun meningkat pesat. Bahkan diklaim bukan sekadar memasukkan enjin Blue Core 155 cc itu, melainkan sebuah unit baru dengan beberapa sentuhan anyar di jeroannya.
Untuk membuktikannya, kami jajal dalam perjalanan mengelilingi Bandung Jawa Barat dengan simulasi jalan berbeda. Dari perkotaan yang padat, lalu melipir lebih jauh ke daerah perbukitan Ciwidey untuk simulasi pengalaman touring dengan jalanan menanjak serta berkelok. Sehingga bisa terasa perbedaannya lebih presisi.
Bahas desain dulu. Karena merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mempertimbangkan pembelian. Sudah pasti tampilannya punya karakter sporty kuat, seperti LEXi sebelumnya. Ubahan eksterior paling nampak di bagian depan. LEXi LX mengemas headlamp led baru yang lebih agresif dengan pemanis Blue Lens alias DRL mengapit bagian tengah lampu utama. Posisi penanda sein turut direvisi ke bagian sayap kiri dan kanan atas.
Bagian samping kurang lebih hampir sama. Dek rata jelas jadi selling point. Pengendara bisa lebih fleksibel menentukan posisi kaki atau bisa juga difungsikan membawa barang yang dimensinya tak terlalu besar.
Sementara buritan, desain stoplamp direvisi. Bentuknya lebih sleek dan kini sudah mengadopsi penerangan LED. Ubahan desain yang ada menurut kami sukses membuatnya naik kelas, setidaknya butuh waktu hampir 6 tahun menunggu kelahiran generasi kedua LEXi di Tanah Air.
Poin paling menarik tentunya mesin. Jantung pacu Blue Core 155 cc SOHC, 1-silinder, 4-katup, pendingin cairan dan injeksi terpasang di rangka adalah generasi ketiga. Banyak mendapat revisi, mencakup 6 komponen dengan fokus meminimalisir gesekan dalam mesin. Alhasil, output torsinya bisa lebih besar 0,3 Nm dari NMax dan Aerox. Teknologi VVA (Variable Valve Actuation) pun disematkan untuk menyeimbangkan antara efisiensi teknologi Blue Core yang ada.
Detailnya segini. Tenaga dihasilkan 15,1 Hp di 8.000 rpm dan torsi 14,2 Nm di 6.500 rpm. Kenapa bisa lebih cepat berakselerasi dari NMax dan Aerox, karena bobotnya lebih ringan. Sebagai informasi, LEXi LX punya berat isi 116 kg untuk varian Standard, 117 kg opsi S Version, dan 118 kg untuk ABS/Connected.
Tarikan awalnya responsif. Meningkat tajam dari mesin lawas di versi 125 cc-nya. Girboks CVT juga bekerja dengan sangat baik mengolah aliran daya hingga tersalur lembut ke roda belakang meski torsinya tergolong besar untuk sebuah skutik medium.
Ketika menyentuh putaran mesin menengah hingga atas, torsi kuat tetap terasa. Tak ada gejala hilang tenaga atau keteteran. Diajak stop and go dan meliuk-liuk di tengah kemacetan tetap bisa diladeni dengan mudah. Begitu pula rute ke Ciwidey yang banyak tanjakan dan tikungan. Motor terasa enteng tanpa kesusahan. Di putaran mesin bawah dan tengah karakternya masih bisa mengakomodasi karakter jalan.
Ada 6 komponen dalam mesin ini yang mendapat revisi. Mulai dari Rotor atau magnet pada kruk as yang dibuat lebih ringan, kemudian kruk as juga yang dibuat lebih pendek untuk mengurangi bobot sehingga memenuhi faktor keseimbangan.
Lalu ubahan di dudukan Sprocket Cam, hidrolik tensioner dengan oli, silinder bodi, dan terakhir adalah komponen gearbox guna memperhalus bukaan akselerasi awal sehingga motor ini tetap nyaman dikendarai seluruh segmen konsumen. Masih ada lagi. Mesin disuntik Smart Motor Generator untuk memperhalus suara mesin saat pertama kali starter.
Yang pasti, performanya mengalami peningkatan cukup signifikan dibanding model sebelumnya. Mesin pembaruan ini jelas jadi value lebih dibanding NMax dan Aerox.
Bodi ramping tetap mempertahankan kelincahannya. Plus tarikan lebih responsif, membuatnya kian mengasyikkan melibas berbagai tikungan. Terasa saat menyusuri jalanan perkotaan Bandung yang ramai dan macet. Untuk selap-selip terasa sangat mudah. Ban yang tak terlalu besar membuat motor ini mudah dikendalikan. LEXi LX mengemas pelek 14 inci dengan profil ban 90/90 di depan serta 100/90 di belakang. Kami bisa bilang pengendalian motor ini memuaskan, tidak kaku apalagi bikin kagok.
Ada sedikit catatan. Suspensi belakang terasa keras meski sudah terpasang sub tank untuk varian S Version atau ABC/Connected yang kami coba. Sebagai contoh saat melewati jalan sedikit rusak peredamannya terasa stif serta sesekali merasakan 'jeduk'. Namun ketika dipakai berboncengan barulah lebih nyaman, suspensinya jadi lebih empuk. Kalau suspensi depan racikannya sudah pas. Empuknya bisa ditolerir, tidak membuat mantul-mantul dan juga tak terlalu keras.
Sebagai skutik perkotaan, tentu efisiensi bahan bakar jadi salah satu pertimbangan juga. Dari hasil perjalanan di perkotaan dengan jarak tempuh 24 km, ia mampu mencatatkan konsumsi rata-rata BBM 34,2 km/liter.
Kemudian saat menuju ke dataran tinggi Ciwidey dengan jarak berkendara 65,9 km didapat rata-rata 39,1 km/liter. Sementara saat arah pulang dari Ciwidey ke kota Bandung dengan mayoritas jalanan menurun serta senggang didapat rata-rata 45 km/liter.
Gaya berkendara yang dipakai sesuai pemakaian sehari-hari. Terkadang santai, ngebut, tidak menerapkan eco riding, dan mengaktifkan fitur Start Stop System (SSS) Jenis bahan bakar yang digunakan adalah Pertamax RON 92 dengan informasi konsumsi BBM diambil dari MID atau panel meternya.
Di setang kanan hadir saklar untuk Start Stop System yang jika diaktifkan, maka mesin motor akan mati otomatis saat langsam (idle) dalam waktu 5 detik. Fitur ini berguna untuk mengoptimalkan efisiensi bahan bakar. Nah, ketika mesin mati cukup puntir gas sedikit dan mesin akan menyala kembali.
Yamaha LEXi LX juga dibekali dengan soket pengisian smartphone yang berada di sisi kiri dek. Sayangnya masih bentuk power outlet, jadi masih berupa lighter bukan USB Port.
Varian S Version yang kami coba juga sudah kedapatan kunci kontak keyless. Jadi tak perlu lagi menggunakan anak kunci konvensional seperti di varian Standar untuk menghidupkan motor. Pada komponen remote juga tersemat fungsi Answer Back System serta immobilizer.
Panel meter full digital terbarunya pun lengkap menyoal informasi kendaraan. Pemilik bisa memantau odometer, trip A, trip B, rata-rata BBM, trip v-belt, konsumsi BBM real time, pengaturan intensitas cahaya speedometer, jam, bukaan rpm, pengingat ganti oli, hingga pengingat ganti v-belt.
Nah untuk varian teratas alias ABS/Connected ketambahan sistem rem Anti-lock Braking System di roda depan dan peranti Y-Connect. Fitur konektivitas ini menampilkan beberapa informasi penting dari kendaraan lewat smartphone.
Mulai dari notifikasi telepon, e-mail, perawatan berkala, malfungsi, hingga rata-rata pemakaian BBM per bulan dan per tahun. Jika ada panggilan masuk, simbol telepon akan berkedip pada panel meter. Nah, di situ juga tertera status baterai gawai yang Anda miliki.
Berakhir di kesimpulan. Peningkatan performa patut menjadi pertimbangan untuk memilih Yamaha LEXi LX. Setidaknya sensasi berkendara yang nyaman sudah kami rasakan lewat posisi berkendaranya yang ideal.
Urusan fungsional juga jadi selling point, bagasinya sanggup menyimpan helm bawaan pabrik dan menyisakan sedikit ruang untuk membawa barang bawaan. Di bagian dek ada slot penyimpanan yang bisa difungsikan untuk menyimpan barang atau botol mineral. Jangan lupakan juga dek rata yang masih dipertahankan, membuat pijakan kaki lebih fleksibel dan mampu untuk membawa barang bawaan lebih.
Penting juga dipahami kapasitas tangki motor ini. Terbilang kecil hanya 4,2 liter. Saat pengetesan di Bandung dengan jarak sekitar 130 km, tidak bisa mengandalkan satu tangki bahan bakar saja. Kami perlu mengisi lagi hingga penuh karena indikator bensin hanya menyisakan 1 bar saja.
Terakhir mengenai harga. Varian paling murah dijual dengan harga Rp25.3500 untuk versi Standar, Rp26.850.000 tipe S, dan Rp29.900.000 buat pilihan ABS/Connected. Apakah sepadan dengan semua didapatkan? (Kit/Odi)
Baca Juga: First Ride Yamaha Grand Filano
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.