Yamaha Indonesia mengajak media mengeksplorasi keindahan alam Pulau Dewata. Dalam event yang bertajuk ‘Navigate to The Max: Tour de Bali’. Rute yang dilalui Denpasar - Kintamani - Ubud - Pantai Melasti - Denpasar. Ya, menggunakan Yamaha Xmax Connected terbaru. Mungkin ulasan ini baru permukaan. Masih banyak variabel belum bisa dikupas. Tapi tak apa. Sebab ada satu hal penting paling ingin kami uji: fitur navigasi. Ya, hal sederhana yang sangat dibutuhkan buat para rider yang doyan jalan jauh. Tak perlu repot letakkan smartphone di bagian kokpit.
Karena unit terbatas, saya melakoni perjalanan di hari kedua. Mengambil titik start dari kawasan Kintamani. Saat itu langit kelabu bergelayut di atas para peserta. Sedikit berkabut dan suhu lingkungan terpampang di panel indikator 20 derajat. Semua motor telah disiapkan. Begitu pula ragam pendukung perjalanan kala hujan. Tak ada kata tunda, semua berjalan sesuai agenda.
Pertama kali duduk di atasnya, tak ada beda dengan model lama. Jangkauan setang dan posisi kaki masih memberi rasa nyaman. Segitiga ergonominya enak, menggapai kemudi tidaklah sulit. Sementara kursi yang lebar dengan kontur empuk menjadi nilai penting dalam perjalanan ini. Bisa menopang bokong dengan baik.
Benar saja, baru melangkah keluar 10 meter dari penginapan, rombongan berhadapan dengan jalan menurun dan berbatu. Joknya mampu memberi penanganan yang baik. Tentu saja, urusan tempat duduk menjadi nilai utama saat melakoni perjalan jauh. Jika dipakai touring saja enak, tentu buat harian tidak ada masalah. Begitu pula suspensi dan pengeremannya. Sangat rasional.
Soal dimensi juga masih identik dengan pendahulunya. Menawarkan nuansa lebar dan gagah. Pandangan keseluruhan di depan terlihat jelas. Enaknya di bagian kokpit ada nuansa baru. Bisa mengubah layar tampilan. Sudah full digital sehingga tampak lebih modern dan informatif.
Hanya saja dengan tinggi rider 173 cm, angin dari depan yang menerpa windshield langsung ke bagian atas helm. Jadi tidak ada udara masuk ke ventilasi pelindung kepala. Agak gerah, tapi tak mengapa, toh komponen itu masih bisa menahan cipratan air. Tak perlu khawatir, lagi pula bisa diatur ketinggiannya. Efek dari posisi riding santai dan ergonomis, kontrol kemudi jadi mudah dan penanganan dapat diprediksi.
Lepas dari kawasan Kintamani, kami menuju Tukad Bangkung Bridge. Selama perjalanan ke jembatan yang diklaim tertinggi di Asia, peserta melewati jalur yang tergolong mulus. Tapi beberapa kali disambut tikungan tajam dan medan menanjak maupun menurun. Tubuh besarnya ternyata tak jadi kendala. Di atas kertas, bobot isi mencapai 181 kg. Dibuat menikung di berbagai level kecepatan, tak jadi soal.
Beruntung unit yang saya pakai menggunakan sistem damper atau peredam khusus di bagian rangka, bikin motor lebih rigid. Komponen ini inti dari kenyamanan berkendara Xmax Connected. Motor mudah dikendalikan dan diarahkan. Tak perlu menarik napas dalam-dalam dan meningkatkan konsentrasi setiap kali jalan berkelok-kelok maupun saat pengereman.
Ditambah dengan kursi lebar dengan ketinggian hanya 795 mm, mengontrol di beragam belokan tidaklah sulit. Apalagi sudut kemudinya cukup luas, memberi kemudahan kala di tikungan sempit. Selain itu, karet pijakan kaki juga punya permukaan kesat sehingga lebih mudah saat diinjak.
Bukan maxi skutik namanya bila tidak bisa selonjoran. Konsep pijakan santai masih bertahan. Bisa mengakomodasi dua posisi kaki. Saat berada di trek lurus, paling nyaman berkendara seperti halnya motor cruiser: kaki seperti selonjoran.
Jarak sumbu roda yang panjang juga membantu kestabilan saat cruising. Tidak perlu tenaga berlebih saat mengubah derajat kemudi di RPM rendah. Tak perlu khawatir saat bertemu jalan kerikil dan habis diguyur hujan. Lagi-lagi berkat bantuan damper rangka, bagian belakang tidak mudah bergoyang.
Suspensi teleskopik di depan dengan ganda di belakang patut diacungi jempol: empuk dan akomodatif. Dengan roda 15 di depan dan 14 di belakang yang dibungkus ban Dunlop juga berpengaruh terhadap pengendalian. Buat di jalan kering, teratasi dengan baik. Beruntung Xmax telah dibekali rem ABS dual channel. Keamanan saat di jalan jadi terjaga.
Ground Clearance 135 mm cukup mampu mengatasi medan kasar apa pun atau gundukan. Selama perjalanan, ia tak mudah amblas, padahal kontur jalan yang kami lalui beberapa cukup ekstrem untuk ukuran skutik.
Soal dapur pacu sebetulnya masih sama dengan model lama. Tak ada impresi berlebih. Walau demikian, saat pertama kali menarik gas, pengaturan jantung mekanis masih tergolong logis di kelas 250 cc. Tarikan bawah, menengah, hingga atas dirasakan linear. Tak perlu effort untuk mencapai kecepatan 80 km/jam. Meski ketidakhadiran fitur variable valve actuation (VVA) khas Yamaha, putaran mesin sudah lebih dari cukup.
Berbekal enjin 1 silinder 250 cc SOHC liquid cooled dengan tenaga 22,8 Hp di 7.000 rpm dan torsi 24,3 Nm di 5.500 rpm, terbukti andal untuk dikendarai. Saat dalam kondisi stop n go juga asyik. Hanya saja butuh kesimbangan kala bertemu macet.
Keseruan perjalanan kali ini bukan hanya soal destinasi tempat wisata, melainkan fitur navigasi yang menempel di bagian kokpit dan koneksi smartphone, Y-Connect. Ya, touring sekarang mendapat pengalaman baru. Di lain sisi, kita tidak lagi membutuhkan smartphone yang menempel di setang ataupun dasbor. Mencari arah tujuan jadi lebih gampang.
Panel instrumen Xmax Connected terbagi dalam dua bagian, yang atas ukurannya lebih kecil berisi info kecepatan, fuel meter dan odometer. Bawahnya yang jenis TFT berukuran 4,3 inci bisa menampilkan banyak hal. Utamanya adalah navigasi.
Untuk memulai perjalanan dengan navigasi, rider harus mengunduh aplikasi Garmin Street Cross di smartphone. Lalu buat akun baru. Selanjutnya hubungkan (pairing) dengan motor menggunakan bluetooth. Hidupkan Bluetooth pada motor dengan cara: nyalakan kontak motor, pilih menu setting pada TFT Infotainment display, pilih Connection, pilih Bluetooth, dan pilih Discovery Mode. Setelah terhubung, download peta (maps) untuk wilayah Southern Asia pada aplikasi.
Navigasi yang ditampilkan layaknya mirroring dari smartphone. Jadi diset dahulu tujuannya, nanti tinggal mengikuti arah yang ditampilkan. Nah, selain berupa peta jalan, terdapat pula info arahan belok ke kanan atau ke kiri dengan jaraknya, juga info prediksi waktu kapan sampai tujuan. Semua ditampilkan secara gamblang. Ini benar-benar pengalaman baru, khususnya di kelas skutik 250 cc. Yamaha sukses memberikan inovasi yang dibutuhkan banyak orang.
Selain itu, jika masuk ke Home maka ada banyak menu lainnya. Pertama ada Music, Meter Display, dan Weather. Info cuaca menampilkan kelembaban, sampai suhu minimum dan maksimum. Jadi kita bisa memprediksi perjalanan.
Sejatinya bahasa desain dari Xmax teranyar masih sama. Ubahan paling kentara ada di area lampu. Ia sekarang pakai headlamp dengan desain siluet huruf "X". Sisi bawah jadi DRL dan tak ada lagi cahaya yang nyempil di tengah. Kemudian sinyal belok direlokasi ke atas, tepatnya ke ornamen bodi yang bentuknya mirip telinga.
Bagian samping sebetulnya tidak terlalu banyak perubahan. Hanya saja kalau dilihat secara detail ada perbedaan. Tampak di panel bodi belakang yang kini terlihat lebih ramping. Sementara di bagian buritan, terlihat komponen stoplamp mengalami ubahan namun tetap mempertahankan DNA khasnya yang sporty. Dan sekarang tak ada lagi bohlam seperti di model lama.
Yamaha Xmax Connected memiliki panjang 2.180 mm, lebar 795 mm, dan tinggi 1.460 mm Sementara untuk jarak sumbu roda bermain di 1.540 mm, jarak terendah ke tanah 135 mm, dan tinggi jok mencapai 795 mm. Keseluruhan bobot motor ini berada di 181 kg dengan volume tangki BBM 13 liter.
Enaknya Xmax punya bagasi di bawah jok berkapasitas 44,9 liter. Segala peralatan touring bisa masuk. Bahkan masih ada ruang tersisa banyak. Nyatanya bisa muat 2 buah helm. Terdapat pula 2 buah konsol di bawah setang dan yang kiri ada power outlet jenis lighter. Sisi kiri buat menyimpan remote keyless, kanannya buat menaruh sarung tangan.
Walau pengujian singkat, Yamaha Xmax Connected tetap memberikan kepuasan. Terutama damper rangka yang sangat bermanfaat buat pengendalian serta fitur navigasi canggih yang membantu berikan rute terbaik. Oh iya, komponen peredam di frame dijual terpisah. Menurut informasi, harganya berkisar Rp3 jutaan. Tapi berhasil menyuguhkan cita rasa otentik khas skutik Maxi Yamaha. Posisi berkendara santai, performa logis serta pengendalian mudah. Paket harga Rp66juta (OTR Jakarta) membuatnya punya value menarik untuk dijadikan opsi skutik kelas menengah. (Bgx/Odi)
Baca Juga: First Ride Yamaha E01, Ini Baru Motor Listrik yang Proper!
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.