Dua motor Honda bertema adventure begitu menggelitik saya. Pertama, Honda ADV150 yang diluncurkan pada GIIAS 2019. Kedua adalah Honda CB150X, mendebut di GIIAS 2021 lalu. Tapi bagi saya, CB150X punya daya tarik lebih besar. Begitu mendebut langsung bikin penasaran besar. Bagaimana tidak? Bisa dibilang CB150X sebagai pionir di kelasnya. Karena mengusung gaya sport adventure touring kental di kelas mesin 150 cc. Sontak bikin heboh. Di kelas atasnya, ada banyak yang bisa dipilih. Tapi buat pasar gemuk 150 cc, saat ini baru CB150X.
Entah melihat peluang atau memberanikan diri membuka jalan baru. Yang pasti boleh kasih dua jempol buat AHM. Katanya sih, memang CB150X ini terinspirasi dari para pengguna naked CB150R yang memodifikasi tunggangannya untuk kebutuhan touring. Jelas dengan gaya macam motor tualang, seperti setang tinggi dan lebar, pasang windshield dan lain sebagainya.
Betul saja, kalau bahas CB150X tak lepas dari CB150R. Karena ia dibangun langsung dari basis All New CB150R Streetfire. Sang naked bike andalan yang baru meluncur pada Mei 2021. Jadi masih sangat segar ubahannya. Kalau mengikuti perkembangan, CB150R Streetfire mendapat revisi signifikan terkait desain, dibanding generasi sebelumnya. Dibikin lebih kekar dan nuansa moge lebih menonjol. Dengan inspirasi dari moge beneran yaitu CB500F. Sementara CB150X dibikin mirip-mirip auranya dengan moge CB500X yang lebih terlihat gaya motor adventure tour nya.
Banyak bagian dari Streetfire yang masih jelas terlihat pada CB150X. Lampu-lampu nya, bagian bodi ekor, knalpot, sepatbor, mesin dan banyak lagi yang lainnya. Paling jelas beda ya area tangki, dengan shroud menyatu sampai ke moncongnya. Bagian ini juga yang bikin mirip dengan CB500X. Ya, mirip dengan sang moge dengan tampilan kekar dan gagah. Ini kemudian jadi salah satu daya tarik CB150X.
Ya, betul daya tarik utama memang tampilannya. Karena ini yang bikin beda. Meski tampak sintal, ukuran lebarnya masih sama kok dengan Streetfire. Dimensi keseluruhan cuma sedikit lebih panjang dan tentunya lebih tinggi. Tapi bicara lebar masih sama. Dari bodi samping belakang malah lurus juga sampai depan. Jadi sebetulnya tidak oversized di bagian tangki.
Tidak cukup bikin bagian depan kayak CB500X, urusan postur juga harus disesuaikan. Dibikin tinggi dengan shock depan lebih jenjang, travel yang juga lebih panjang. Jenisnya sama persis yang dipakai Streetfire, yakni Showa SFF-BP 37 mm upside-down. Tak lupa kelir emas wajib buat penandanya.
Kombinasi tangki gemuk dan postur jangkung, bikin CB150X mengintimidasi. Buat saya yang tingginya 177 cm saja, berdiri di samping atau melihat dari dekat, beneran kayak moge! Kalau tidak percaya, kita main angka. CB150X punya ground clearance 181 mm. Jarak yang sama dipunya oleh CB500X. Bahkan dimensi tinggi juga hampir menyamai CB500X, cuma beda sekitar 11 cm lah. Kalau keduanya berdampingan, bakal terlihat kemiripan dimensinya.
Aura moge penuh intimidasi ini juga yang bakal dirasakan orang-orang ketika melihatnya di jalan. Pasti banyak yang melirik, atau mengira kalau ini beneran moge. Apalagi kalau pengendaranya tidak terlalu tinggi. Ya 165 cm ke atas sampai 170 cm masih ideal. Jadi terlihat proporsional. Dan jangan khawatir soal bobot. Karena ini banyak dari plastik yang tidak bikin berat nya obesitas. Cuma nambah 4-5 kg dari Streetfire atau 139 kg (bobot kosongnya). Masih termasuk ringan lah, buat yang posturnya 165 cm sampai 170 cm sekalipun. Jinjitnya juga tak sampai bikin otot kaki ketarik terus keram. Pokoknya dijamin aman!
Pembungkus tangki pakai plastik, ada yang bodi kasar dan halus. Yang kasar, seperti kebanyakan motor zaman sekarang. Kualitasnya seperti kurang bisa bertahan lama atau bakal cepat usang. Apalagi bagian yang dekat dengan jok, gampang baret. Bagian dekat tutup tangki ada seperti lobang pengait. Bisa difungsikan buat pengaman atau pengait untuk tank bag.
Ada windshield yang sangat berguna menahan terpaan biar tidak mudah masuk angin pas touring. Tentu berfungsi juga buat aerodinamika. Kalau di moge bisa disetel naik, tapi pada CB150X ini fixed atau tidak bisa disesuaikan. Bagi yang merasa kurang tinggi, harus mencari aftermarket gantinya.
Panel meter full digital, sama persis dengan kepunyaan Streetfire. Lengkap dengan trip A dan B, sampai konsumsi bahan bakar juga ada, A dan B juga. Jam juga ada, selain speedometer, tachometer, posisi gear dan indikator bensin.
Jok cukup lebar. Tidak keras tapi bukan yang empuk banget juga. Cukup buat berkendara sehari-hari maupun jarak jauh. Cuma kalau terlalu lama pasti pegal juga bokong. Untuk bonceng, selama yang naik tidak tinggi besar masih ok. Agak lebih keras saja dibanding yang depan tentunya.
Setang tappered, tinggi dan lebar. Buat saya masih terasa nyaman. Kalau badan lebih pendek bakal lebih lurus lengannya. Tapi jangan khawatir, masih nyaman. Karena postur rider bakal terjaga tegap, tidak bungkuk ke depan.
Saya berharap bakal ada fitur seperti port untuk pengisian daya. Karena pasti sangat berguna, tak cuma untuk touring saja. Namun sepertinya pemasangan fitur itu masih di luar bujet AHM. Jadi, seperti yang sudah-sudah, harus memasangnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan pengisi daya smartphone maupun GPS.
Bicara handling, yang ditawarkan CB150X memang bikin nyaman banget. Handlingnya nikmat sekali, tidak bikin pegal tangan, kaki maupun badan. Kalau dipakai berkendara nonsetop 2 jam lebih, t ada rasa-rasa pegal. Paling cuma di bokong saja, yang mana hal yang wajar itu. Karena postur kita tegak, area tangan, lengan sampai bahu tidak mudah pegal. Yang biasanya disebabkan karena menahan setang. Selain itu, motor ini juga terasa stabil dan mudah dikendalikan. Buat pemula juga masih ramah tentunya. Bikin percaya diri saat membawanya di jalan.
Shock depannya sangat empuk. Mantap meredam jalanan tak rata. Lubang-lubang kecil bukan lawan, lindas saja. Diredam sangat baik oleh shock Showa upside downnya. Jadi getaran di tangan dan badan juga minim.Sedangkan shock belakang terasa agak kaku. Sepertinya dibikin begitu dengan pertimbangan penggunaan harian di perkotaan. Selain itu juga ada pertimbangan buat menambah beban seperti box dan pannier di belakang.
Wheelbase CB150X ini sedikit lebih panjang dari Streetfire. Tapi memang terlihat kurang proporsional. Bisa sedikit lebih dipanjangkan kalau mau terlihat lebih balance. Tapi setelan itu bukan tanpa alasan. Sudah diukur biar mendukung pengendaraan dan pengendalian lincah.
Bobot ringan, setang tinggi, radius putar dan dimensi panjang serta wheelbase itu tadi. Bikin CB150X sangat ramah buat dipakai harian. Macet-macetan rasanya bukan masalah. Menyelip di rimbunnya mobil seperti naked bike biasa saja. Tapi tetap butuh pembiasaan bagi yang posturnya tidak terlalu tinggi.
Bagaimana performanya? Lagi, ada kemiripan dengan yang ditawarkan Streetfire. Spesifikasi mesinnya sama, cuma beda setelan sedikit. Katanya disesuaikan biar dapat lebih banyak tarikan di bawah dan tengah. Tentu saja dibikin seperti itu agar lebih dapat feel-nya pas touring dengan kondisi jalanan Indonesia. Kita tahu kondisi jalanan Indonesia masih banyak menanjak, menurun, jalan berkelok dan permukaan tak rata.
Catatan spesifikasi mesin, bore 57,3 mm dan stroke 57,8 mm. Angka yang sama dengan Streetfire. Tenaga yang dihasilkan 15,6 PS pada 9.000 rpm. Lebih kecil dari Streetfire yang punya daya 16,9 PS pada 9.000 rpm. Torsinya malah sama, 13,8 Nm tersedia pada 7.000 rpm. Disalurkan lewat transmisi 6-speed.
Tarikan awal sudah cukup menyentak. Tapi memang nafas tiap gear terasa pendek. Cuma enaknya gear 2 cukup buat awalan, selama tidak berhenti total. Bahkan kala momentumnya kurang di tanjakan sekalipun dan rpm rendah, pakai gear 3 masih kuat menanjak. Mantap deh!! Asyiknya lagi kalau pas touring, jalanan perbukitan dan berkelok-kelok. Pakai CB150X nikmat banget. Cukup bermain di gear 3 dan 4 dengan rentang 4.000 - 5.000 rpm. Cruising terasa lancar jaya. Apalagi dikombinasikan dengan handling nya itu tadi yang jempolan. Seolah motor ini memang disiapkan buat medan jalan Indonesia.
Terasa memang setelannya padat di putaran bawah sampai tengah. Tapi kompensasinya di putaran atas. Kalau diajak lari kencang di trek lurus, CB150X ini bakal mudah kehabisan nafas, meski sudah 6-speed buat gearbox nya. Bukan masalah kalau melihat banyak kelebihan di sektor performa. Dan rasanya sudah tepat guna, peruntukannya sebagai kendaraan tualang touring. Tak perlu kebut-kebutan dengan membanggakan top speed.
Dengan performanya itu juga sedikit menjamin angka konsumsi bahan bakar. Setelah kami menggunakannya sehari-hari, menggabungkan kondisi perkotaan dan jalanan suburban, melintasi provinsi dan kota kabupaten, menyentuh jarak 150 km. Kemudian mengisi kembali tangki bensin sampai penuh, kemudian didapat hasil 49,5 km/liter. Dipastikan aman untuk touring jarak menengah atau jauh sekalipun. Apalagi dengan kapasitas tangki terisi penuh 12 liter.
Untuk deselerasi, cakram depan belakang tanpa ABS. Jenisnya piringan bergelombang. Performa sudah mencukupi buat harian maupun touring. Sementara roda 17 inci dengan balutan ban yang secara mengejutkan sangat layak dipakai blusukan ke daerah tidak dikenal. Meski jalanan basah akibat hujan, performa rem dan daya cengkeram dari ban standarnya bisa diandalkan.
Saya sangat setuju kalau Honda CB150X ini dibilang produk yang menarik. Karena entitasnya jelas berbeda dengan naked bike yang selama ini mendominasi pasar sport untuk kebutuhan touring. Honda CB150X menawarkan tampilan bak moge dan kemampuan jelajah lebih. Artinya, bisa digunakan untuk kondisi jalan yang lebih beragam. Memang tak sampai sehebat motor dual purpose macam CRF150L. Tapi tawaran CB150X jelas lebih menggiurkan ketimbang CB150R Streetfire.
Pertimbangan lain untuk memiliki CB150X ada pada poin harga. Dengan segala kelebihannya, ia cuma selisih Rp2 - 3 juta lebih mahal dari Streetfire. Bahkan lebih murah dari banderol CRF150L di angka Rp34 jutaan. Bagi orang seperti saya, yang tadinya tak tertarik dengan naked bike dan lebih ingin punya CRF150L karena kemampuan jelajahnya, CB150X seperti jawaban paling masuk akal saat ini. (Tom/Odi)
Baca Juga: Review All-new Honda CB150R Streetfire, Ubahan Penting Perbaiki Kualitas Berkendara
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.